fragmen 1 - lemah

1.8K 239 26
                                    

Pernahkah kau merasa lemah hanya karena tatapan memelas dari sosok asing yang baru kau temui pertama kali?

Aku tidak tahu jika seseorang yang dingin dan ambisius sepertiku bisa mengalaminya.

Hal itu terjadi dua bulan yang lalu. Tepatnya saat melakukan penggerebekan di markas kelompok mafia yang sedang kuselidiki karena terlibat kasus besar dengan para petinggi negara. Aku menemukannya, bocah lelaki kurus, di sebuah ruang bawah tanah dalam keadaan telanjang bulat. Tatapannya kosong dan tidak bernyawa. Tapi saat kuguncang bahunya, pupilnya mulai merespons. Dan ia memberikan tatapan memelas seolah tengah meminta pertolongan. Meskipun mulutnya tidak mengeluarkan suara apa pun.

Aku dan anggota timku pun memutuskan untuk membawanya ke markas.

Sebelum menginterogasinya, kuperintahkan anak buahku untuk mencari informasi tentangnya. Identitas, pekerjaan, dan hubungannya dengan mafia tersebut. Namun nihil.

"Seseorang tanpa identitas?"

"Ya, Kapten. Mungkin dia seorang penyelundup dari negara lain."

"Jika memang demikian, untuk apa dia dikurung di bawah tanah? Dan apa kau lihat kondisi tubuhnya? Dia seperti sudah lama tinggal di sana."

Kondisinya cukup memprihatinkan. Tubuh kurus nyaris tinggal tulang, kulitnya sedikit kasar dan pucat seperti sudah lama tidak terkena cahaya matahari, dan tatapan matanya sangat kosong.

Jika dia seorang penyelundup, pasti dia memiliki tujuan datang ke negara ini. Tentu bukan untuk berakhir dalam kurungan seperti itu.

Dan jika dia seorang tawanan atau sandera, itu cukup aneh karena dilihat secara sekilas saja, tidak ditemukan luka kekerasan fisik ataupun seksual.

Selain kurang diberi asupan makanan dan jarang disinari matahari, dia hanya seperti introvert bisu yang tidak pernah keluar rumah karena malu dan takut bertemu orang lain.

Jadi, siapa dia sebenarnya?

"Hubungi Interpol. Beritahu mereka tentang penemuan kita. Siapa tahu dia adalah buronan atau salah satu orang yang dilaporkan menghilang di negara lain."

Anak buahku menerima perintah. Namun saat kembali untuk melaporkan hasil pencariannya, yang kami dapat masih sama.

"Tidak ada informasi apa pun, Kapten."

Sial. Aku mulai kehilangan kesabaran.

Pada akhirnya aku memilih untuk menemui dia di ruang tahanan dan melakukan interogasi secara langsung.

"Damn it! Tidak bisakah kalian memberikan pakaian untuknya?" Aku mengumpat dengan keras, meneriaki siapa pun orang yang bertugas di sekitar ruang tahanan yang kumasuki. Mereka menunduk ketakutan saat melihat kilat amarah dari kedua netraku. Tapi sebelum aku benar-benar meledak, seseorang akhirnya berani menjawab, mewakili pecundang lainnya.

"D-dia menolak untuk berpakaian, Kapten. Kami tidak bisa memaksanya. Meskipun sudah dipakaikan, dia akan melepasnya kembali."

"Apa-apaan? Dia punya obsesi bertelanjang atau bagaimana?"

"K-kami tidak tahu. Selama beberapa hari ini dia selalu bertingkah aneh. Selain tidak pernah mau memakai pakaian, dia juga hanya menyentuh makanannya satu kali dalam sehari. Lalu setiap pagi dia akan mengintip di celah jeruji, seperti tengah menunggu seseorang. Dan saat salah satu dari kami masuk, entah untuk memberinya makan atau menyuruhnya berpakaian, dia pasti akan langsung bersimpuh di depan pintu."

Ini sangat aneh. Sungguh. "Apa ada yang lainnya?"

"Dia masih menolak berbicara, Kapten."

"Baiklah. Bawakan aku kertas dan pensil."

Hari itu saat aku mencoba untuk membuatnya berbicara, dia malah memberikan tatapan memelasnya lagi. Tapi untungnya dia tidak menolak saat aku menyelimutinya. Dan tangannya pun mulai bergerak meraih pensil, menggoreskan benda itu di atas kertas putih, membentuk pola aneh yang terlihat abstrak. Tapi sekecil apa pun respons yang diberikannya, aku harus mencatatnya dalam laporan.

Kurasa kami membutuhkan dokter untuk menanganinya.

"Tebakanmu benar, Chanyeol. Dia seperti sudah dikurung sangat lama di bawah tanah. Aku berani jamin sudah lebih dari 5 tahun, mungkin sejak dia remaja, atau lebih muda dari itu."

"Bisa kau jelaskan detailnya? Dari mana kau menyimpulkan hal tersebut?" Aku bertanya pada rekanku, Kim Minseok, seorang Psikolog yang bekerja di markas, sekaligus senior yang baik dan ramah.

"Gambar yang kau berikan padaku. Itu bukan sekedar sketsa abstrak."

Sudah kuduga. "Lalu apa yang kau lihat di sana?"

"Matahari."

"Hanya itu?"

Minseok mengiyakan. "Hanya itu."

Terlalu banyak teka-teki. Dan terlalu banyak hal aneh dalam diri bocah itu. Dia seperti kepingan puzzle sisa yang tidak cocok ditempatkan di mana pun.

"Ada satu cara untuk menggali informasi darinya. Tapi aku khawatir reaksinya akan buruk. Jadi sebaiknya kau buat dia berbicara terlebih dahulu. Setelah itu, aku akan datang lagi untuk melakukan hipnoterapi padanya."

Aku berusaha keras semalaman untuk membuatnya berbicara. Tapi dia tetap bungkam. Bahkan saat aku mengancam akan memukulnya, dia tetap bergeming. Namun ketika aku hampir menyerah, melihatnya yang terkantuk-kantuk tanpa ada keinginan untuk merespons, aku bangkit dan memutuskan untuk keluar. Hari sudah hampir pagi. Aku juga butuh tidur setelah begadang semalam suntuk dan mencoba mengajaknya berbicara. Tapi sesuatu menahan kakiku untuk melangkah lebih jauh.

Bocah itu bersimpuh di lantai dan memberikan tatapan memelasnya lagi. Kedua tangan kurusnya menahan kakiku yang mengenakan sepatu kerja. Terlihat sangat kontras.

"Apa? Kau ingin keluar? Ingin melihat matahari?" Aku mencoba peruntunganku. Dan di luar dugaan, dia menganggukkan kepalanya sebagai respons. "Katakan siapa namamu. Lalu aku akan membawamu keluar untuk melihat matahari."

Ada jeda yang panjang dan hampir membuatku membentaknya tak sabaran. Tapi akhirnya dia mau menggerakkan mulutnya dan membisikkan sebuah nama yang membuatku harus ikut bersimpuh di sisinya.

Satu kali, aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas. Jadi aku meminta dia mengulanginya sekali lagi, dengan suara rendah dan lirih di samping telinganya. Aku mencoba untuk tidak mengintimidasinya dan membuatnya ketakutan.

Dengan suara seraknya yang sangat tidak enak didengar karena telah lama tidak berbicara, satu nama itu akhirnya aku dapatkan di pagi buta, dalam keadaan sama-sama bersimpuh di lantai ruang tahanan yang dingin.

"Baek-hyu-n."

Pencarian panjangku dimulai dari sana.

.

.

.

A/N :

Here is your snack baekkibaek56
Kali ini agak panjang dan kompleks, dan di awal mungkin akan sangat jauh dari rikwesan, sorry kalo merusak imajinasi 😭🙏🏻

Lcourage
031220

A N O M A L I (chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang