Yunseong dan Minhee cekikikan sendiri melihat perut buncit Minhee yang terus ditendang keras oleh buntel, utun dan apemPerut telanjang Minhee terpampang jelas benjolan kecil ketika mereka menendang dengan penuh semangat
Sesekali Minhee meringis pelan merasakan tendangan ketiganya yang semakin brutal di dalam sana
"Kalem dong dek, bunda sakit perutnya kalo kenceng-kenceng"
Minhee meringis kesakitan ketika ketiganya malah semakin bersemangat di dalam sana, akhir-akhir ini buntel, utun dan apem terlalu aktif bergerak membuat Minhee terkadang harus terbangun tengah malam karena kaget merasakan tendangan tiba-tiba dari dalam perutnya
Yunseong menatap Minhee yang meringis menahan ngilu pada bagian perutnya kasian
"Sakit banget yang?" tanyanya lembut seraya mengelap peluh dari pelipis kesayangannya
Anggukan kecil Yunseong dapatkan dari Minhee
Di elusnya perut yang semakin membesar itu dengan sayang, sesekali mengecupnya lembut agar ketiga bayinya lebih tenang di dalam sana
"Ayo udah malem pada bobo, jangan desak-desakan ya di dalem bunda sama ayah mau tidur juga oke?"
Minhee terkikik geli melihat kebiasaan Yunseong sebelum tidur menyempatkan mengajak bicara ketiga buah hati mereka terlebih dahulu, terlihat menggemaskan bagi Minhee
"Mas adek pengen gendong"
Minhee merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, Yunseong mendongak menatap wajah memohon Minhee
"Ga bisa dek, mas takut kenapa-napa mending jalan aja yuk mas gandeng"
Si manis awalnya merengut tidak suka tapi akhirnya menurut saja, toh dia sadar diri badannya semakin berat
.
.
.
Minhee meringis memegangi perutnya yang terasa nyeri luar biasa, kedua matanya perlahan membuka sempurna
Nafasnya tersenggal, berulang kali Minhee mengatur nafasnya dengan susah payah, sesekali tangannya menyeka keringat dingin yang terus bercucuran di pelipisnya
Minhee mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, handphonenya tergeletak di meja rias yang membuatnya memekik kesal karena tidak dapat meraihnya dengan tangan
Yunseong belum juga kembali, padahal dia hanya minta dibelikan nasi goreng didepan gang yang jaraknya tidak terlalu jauh
"Akh, sakit"
Tangannya meremat kencang perutnya yang semakin sakit, detik berikutnya Minhee memekik kaget merasakan bagian bawahnya basah, air ketubannya pecah
Dengan tergopoh-gopoh Minhee berjalan merambat menuju meja rias untuk meraih handphonenya
Susah payah dia berjalan, jarak dari kasur ke meja rias terasa begitu jauh sekarang
Belum sempat menghubungi Yunseong, Minhee sudah terkulai lemas sambil memegangi perutnya erat
Tepat setelah Minhee tergeletak dilantai Yunseong datang dan langsung melempar bungkus plastik berisi nasi goreng pesanan sang istri ke sembarang tempat
"Adek!"
.
.
.
Yunseong mengusak wajahnya gusar, mulutnya tidak henti merapalkan doa untuk keselamatan Minhee dan ketiga buah hatinya
Istrinya tidak bisa melahirkan secara normal karena terlalu beresiko, dengan terpaksa Minhee harus melakukan operasi caesar
Yunseong yang pada dasarnya phobia darah dan suntikan dengan terpaksa tidak bisa menemani sang istri, cukup merasa bersalah karena tidak bisa menemani kesayangannya ketika dalam keadaan seperti ini
Bunda, Ayah, dan Bang Daniel sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit begitupun dengan Mami, Papi Yunseong
Operasi sudah berjalan dua jam lamanya, tapi belum juga ada tanda-tanda tangisan bayi dari dalam sana, membuat lagi-lagi calon ayah itu berfikir negatif
Keluarga besar hwang dan kang sudah tiba, mereka tidak henti merapalkan doa bersama-sama dan saling menguatkan satu sama lain
Daniel merangkul pundak Yunseong yang terlihat gusar
"Seong tenangin diri lo, gua yakin Minhee bisa"
"Gue khawatir bang"
"Gue tau, tapi jangan kebanyakan overthinking seong, mereka pasti baik-baik aja kok"
Yunseong hanya bisa menghela nafas berat lalu mengangguk singkat
Tidak lama terdengar sayup-sayup tangisan suara bayi saling bersahutan dari dalam ruang operasi membuat kepalanya sontak mendongak
"Rame amat, nangisnya keroyokan" sahut Ayah dari sebrang tempat duduknya
"Selamat seong, cie udah jadi ayah uhuyy" ucap Daniel menyemangati adik iparnya dengan menepuk pundak nya kencang beberapa kali
Senyum Yunseong merekah lebar, dengan tergesa kakinya berjalan mendekati pintu ruang operasi yang terbuka
Dokter mendekati Yunseong sambil tersenyum lebar lalu menjabat tangannya erat
"Selamat Pak Yunseong ibu dan keempat anak anda selamat dan terlahir sehat"
Seketika senyum Yunseong tergantikan oleh tampang speechless ketika mendengar penuturan dokter yang membuat otaknya berhenti bekerja untuk beberapa saat
"E-empat?"
hayoloh nambah ~