Prolog

89 7 2
                                    

Namaku Hardian Yusuf, tetapi teman-temanku memanggilku dengan sebutan "Kibo", ya, Kibo. Karena aku mempunyai rambut yang keriting dan agak sedikit kribo hehe. Aku adalah seorang anak petani yang tinggal di desa, jauh dari sebuah kemewahan. Bahkan saat anak-anak lain mencicipi serunya naik eskalator di mall, aku cuma bisa merasakannya setahun sekali. Aku tidak sedang bercanda, nyatanya memang seperti itu.

Setiap menjelang hari raya idul fitri, ibuku selalu mengajakku untuk berbelanja baju baru di mall, dengan menggunakan uang yang ibuku tabung selama satu tahun melalui hasil bertani. Semua itu ibuku lakukan demi melihat wajah anaknya tersenyum dan tertawa. Saat itu, aku tidak menyadari apapun tentang hal seperti itu, yang aku tahu cuma bisa ke mall dan beli baju baru, yaaa namanya juga anak kecil hehe.

Dan ini adalah perjalanan hidup dan kisah cintaku, seorang anak petani yang mencoba keluar dari zona nyaman dan berusaha menjadi seseorang yang lebih besar. Pada awalnya, banyak orang yang mentertawakan dan tidak sedikit yang menghina tentang impianku untuk meraih gelar sarjana di salah satu universitas ternama di Indonesia.

Bagi sebagian orang, itu hal yang mudah dengan kekayaan dan fasilitas yang mereka miliki. Namun, bagiku? bisa dibilang itu adalah hal yang sangat mustahil, tapi aku tidak menyerah. Orang tuaku selalu mengajarkanku untuk tidak menyerah pada keadaan. Suatu ketika ibuku berkata kepadaku sambil menyuapiku,

"Nak? kamu tahu kita ini miskin, tapi kamu tahu gak? apa yang membuat kita ini berbeda dengan mereka yang mempunyai uang?," tanya ibuku.

Dan aku menjawab dengan polosnya,

"Emangnya apa bu? orang kaya ga pernah makan nasi pake garam ya bu?" jawabku.

Lalu ibuku sedikit menjewerku, "Hush, bukan nak."

"Terus apa dong bu?" dengan penasarannya aku bertanya lagi kepada ibuku.

"Kita memiliki hati yang kuat dan ikhlas, walau kita tahu kita hidup dalam kemiskinan tapi kita tidak pernah mencoba untuk menyakiti orang lain, bahkan merugikannya seperti mengambil uang mereka. Tidak seperti mereka, walau sudah memiliki kekayaan tetapi tetap saja mengambil uang rakyat." jawab ibuku.

"Nanti kalo kamu bisa meraih cita-cita kamu dan sukses, inget pesen ibu ya nak, jangan pernah menyakiti orang lain." sambung ibuku sambil mengelus kepalaku.

Aku yang masih berusia 5 tahun pada saat itu hanya bisa terdiam dan meng-iya-kan perkataan ibuku dan satu hal yang aku ingat dari kata-kata ibuku "Jangan menyakiti orang lain".

Sejak saat itu, aku berjanji kepada diriku sendiri untuk selalu mengingat nasehat dari ibuku yang sangat aku cintai.

Dan 8 tahun pun berlalu, sekarang aku sudah berada di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, di sekolahku saat kenaikan kelas dari kelas 1 ke kelas 2, anak-anak kelas 1 yang mempunyai nilai diatas rata-rata akan diseleksi untuk digabung dalam satu kelas yaitu kelas 2A. Dimana kelas 2A ini dipersiapkan untuk olimpiade mewakili sekolah ditingkat kota. Dan aku pun lolos dengan nilai yang cukup memuaskan, dan sekarang aku berada di kelas olimpiade tersebut, kelas 2A. Di kelas 2A ini, aku mempunyai sahabat bernama Ryan.

Pada awalnya banyak yang tidak menyangka dengan pencapaianku, sampai aku dituduh menggunakan contekan. Tapi setelah diperiksa, para guru penguji tetap meloloskanku, karena pada kenyataannya aku memang menyelesaikan seluruh ujian dengan hasil usaha belajarku sendiri.

Setelah keluar dari ruang BK dimana aku diperiksa, aku melewati ruang kelas 2B. Aku yang ditemani sahabatku Ryan, dihampiri oleh Aldi. Aldi adalah temanku dari kelas 2B yang menuduhku mencontek dan melaporkanku kepada guru penguji. Dia tidak suka karena orang yang miskin dan terlihat tidak punya potensi sepertiku lolos sedangkan ia tidak. Aldi pun kembali mengejekku,

"Nyontek kan Lo? Ngaku deh! Oh iya, mana ada maling yang mau ngaku, hahaha" Ucap Aldi sambil mendorongku sampai aku kehilangan keseimbangan. Mendengar ucapan Aldi barusan, Aku pun kesal dan menjawab ejekannya dengan mengeraskan suaraku,

"Biarpun Gua miskin, Gua ga akan melukai dan menyakiti siapa pun, karena Gua tahu banget rasanya disakiti," Ucapku didepan ruang kelas 2B kepada Aldi sambil teriak.

"Dihina, diejek, dan direndahkan sejak kecil sering Gua rasain. Dan ibu Gua selalu ngajarin buat jangan ngebales itu semua dengan hal yang sama!" Sambung ucapku kepada Aldi.

Teman-temanku yang menyaksikan kejadian tersebut terdiam seribu bahasa, dan terlihat bingung. Aku dan sahabatku Ryan akhirnya pergi meninggalkan mereka dan kembali ke kelas. Kemudia sejak saat itu mulai banyak teman-teman disekolahku yang menaruh respect kepadaku, dan menerima keberadaanku.

Pada kenyataannya, banyak orang yang kurang beruntung dalam materil diluar sana, tapi mereka memiliki keinginan yang tinggi untuk membawa kehidupan mereka menjadi lebih baik. Dibanding dengan orang kaya, mereka mempunyai motivasi dan semangat lebih untuk bisa berkembang. Dan itu semua terbukti, banyak di kelas 2A yang latar belakangnya mirip denganku walau sebagian dari mereka sedikit lebih baik dariku.

Minggu pertamaku di kelas 2A, berjalan dengan lancar dan sekarang para siswa diwajibkan untuk mengisi formulir ekstrakurikuler yang akan mereka pilih. Saat di kelas 1 aku tidak mengikuti ekstrakurikuler. Jadi anak-anak yang belum mempunyai ekstrakurikuler sepertiku, diwajibkan memilih lagi ditahun ajaran berikutnya. Aku sudah memutuskan, dan akhirnya aku ikut bersama Ryan memilih eksktrakurikuler pramuka, karena aku suka bermain ditempat seperti hutan,kebun, dan sawah. Maklum aku kan anak desa hehe, jadi yang kaya gini cocok buat aku. Saat jam istirahat tiba, aku dan Ryan pergi ke kantin dan tidak sengaja aku bertemu dengan seorang siswi yang membuatku sampai tersipu dengan kecantikannya,

"Kemana aja gua setahun? kok gue baru sadar ya, ada cewek secantik dia(?)" ucapku dalam hati sambil melihat siswi itu. Kemudian aku pun bertanya kepada Ryan. Ryan ini bisa dibilang peneliti siswi-siswi cantik disekolahku, dia tahu banyak soal siswi yang cantik, kalo udah lulus gelarnya apa yak? "S.Pcc, Sarjana peneliti ciwai-ciwai" hahaha.

Aku pun bertanya "Yan, itu siapa?" sambil memandangi wajah siswi itu terus.

"Namanya Afifah Chairunisa, temennya sih manggil dia Nisa, emang kenapa?" jawab Ryan dengan tatapan curiga kepadaku.

"Eng.. enggak, gapapa," jawabku sambil sedikit gugup. Ryan pun mengejekku yang terus memandanginya,

"Ngedip woy, kesambet gua yang repot nanti." dan aku pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas karena jam istirahat pun sudah habis. Sambil jalan menuju kelas, Ryan bercerita tentang Nisa kepadaku,

"Dia anak TNI Bo, emang kenapa? lu naksir? jangan deh, ketinggian Bo." kata Ryan. Dan aku pun terkejut dan sangat menyayangkan bahwa ternyata dia anak dari keluarga militer yang sudah pasti kehidupannya serba berada. Sangat jauh dibandingkan denganku, bukan beda langit bumi lagi kalo kaya gini. Tapi bagaikan bumi dan pluto, tapi Pluto sama langit jauhan mana ya? Hmm.

Hari pertama ku mengikuti kegiatan pramuka pun tiba, dimana kami disuruh mengenalkan diri masing-masing, dan betapa kagetnya aku bahwa Nisa juga memilih ekskul yang sama.

Aku merasa ini hanya kebetulan, dan tidak ada yang spesial, semua cuma kemungkinan yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. So, aku coba santai aja. Kalo kata Ryan sih "Stay cool" haha. Dan ternyata...



Terima Kasih sudah mau mampir di tulisanku.

Mohon maaf jika dalam tulisanku masih banyak terdapat kekurangan. Kalian bisa kasih kritik dan saran di komentar agar kedepannya tulisanku bisa menjadi lebih baik:)

Jika kalian suka silahkan vote ceritaku yaaa.. dan jangan lupa follow agar tidak ketinggalan update terbaru dariku. Aku akan update setiap hari, jika ada perubahan akan aku beri informasi disetiap akhir cerita. Sekian:) Have a nice day

TRUE LOVE ? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang