4. Mawar Kuning

59 6 2
                                    

Penyesalan memang akan selalu hadir diakhir sebuah kisah. Meninggalkan luka yang menggores hati dan membuat hidup seakan sudah tak berarti, dan sekarang Aku mempunyai sahabat baru di kehidupanku, dan Aku menyebutnya "Kegagalan".

Kegagalan selalu hadir dan menemani usahaku selama ini. Membuat semua yang ku lakukan menjadi sia-sia dan kegagalan telah mengajarkanku arti sebenarnya tentang kesabaran. Ya, kegagalan adalah guru kehidupanku. Membuatku patah arah dan tak peduli pada hasil dari apa yang telah ku lakukan, yang ku tahu sekarang hanya terus melangkahkan kaki dan tetap berjuang. Biarkan waktu yang akan menjawab usahaku, entah kapan Aku mampu to say goodbye pada kegagalan.

Setelah seleksi olimpiade diumumkan dan Aku tahu kalau akhirnya bukan Aku yang mewakili sekolah, membuat diriku menjadi terombang-ambing, layaknya kapal yang berlayar ditengah terpaan badai. Ambisiku terhadap semua impianku perlahan memudar karena ini keadaan yang sangat sulit bagiku. Bagi seorang anak yang baru berusia 14 tahun, Aku harusnya menikmati masa-masa remaja dengan teman-temanku, tapi Aku malah menjadi dewasa lebih cepat dari mereka. Ini bukan kemauanku, tetapi keadaanlah yang memaksaku meninggalkan masa remajaku.

Aku kembali menjalani hidup seperti biasa dan menganggap bahwa seleksi olimpiade itu tidak pernah terjadi. Aku kembali mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, berangkat sekolah tepat waktu, dan...

Aku kembali memikirkan Nisa yang menyapa pikiranku dengan wajah cantiknya, senyum manisnya, serta tingkah manjanya yang lucu. Aku tahu akhir-akhir ini mungkin Aku telah menyakitinya dan akhirnya Aku memutuskan meminta maaf kepadanya.

Saat di sekolah Aku coba menjelaskan perasaanku tentang Nisa kepada Ryan,

"Yan, menurut Lu, Nisa marah gak ya sama Gua?" tanyaku dengan wajah sedih kepada Ryan.

"Marah kenapa? Emangnya Lu kenapa sama Dia?" tanya Ryan dengan begitu bingungnya.

"Yaaa kan waktu itu Gua langsung kabur pas dia sapa" jawabku sambil menulis pelajaran yang sedang dijelaskan guruku di papan tulis.

"Enggaa lahh.. Gua udah jelasin kok waktu itu kalo Lu lagi sakit," ucap Ryan sambil menghapus tulisan di bukunya.

"Seriusan Lu?" tanyaku dengan tatapan penuh keraguan kepada Ryan.

"Iyeee ah bawel Lu," jawabnya sambil melanjutkan menulis.

"Yaa kan Gua takut aja, gaenak Gua soalnya," ucapku sambil sejenak berhenti menulis karena pensilku patah.

"Lu ada peraut pensil Yan? Pinjem dong," sambung ku kepada Ryan.

"Nih.." sambil memberikanku peraut pensil. Kemudian Ryan memanggilku,

"Bo.." ucapnya

"Apaan?" jawabku sambil meraut pensilku yang patah.

"Liat nih.. hehehe" ucap Ryan dengan sedikit tertawa kemudian menujukan sesuatu kepadaku. Ternyata..

"Wihh nyolong Lu ya?" dengan begitu kagetnya Aku melihat handphone baru Ryan. Karena kaget, spontan Aku berbicara sedikit keras sehingga membuat teman-temanku yang berada disekitarku dan Ryan mendengarnya. Keadaan kelas yang hening membuat suaraku menjadi terdengar jelas dan mereka yang mendengarnya kemudian melihat kami berdua dengan tatapan yang sinis, lalu Aku langsung menutup mulutku dengan tangan karena malu. Untung saja tidak terdengar oleh guru, kalau terdengar bisa panjang nih urusannya.

"Ssssttt... Berisik banget Lu Bo!" ucap Ryan yang terlihat sangat panik hahaha... Yaaa paniklah, disekolah kami memang tidak diperbolehkan membawa handphone apalagi bagi kami yang berada dikelas olimpiade.

TRUE LOVE ? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang