BAB 18 (CLBK?)

487 27 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Yang gak tau cara menghargai usaha seseorang dan gak tau tata krama saat bertamu, gak usah baca cerita ini yah.  Makasih 😇

Follow IG: syhnbahy__

.
.
.

POV Devan Mahendra.

Pembukaan acara oleh MC baru saja selesai. Syahid dan Raisa lebih memilih untuk berkeliling dan berkenalan dengan teman seangkatan lainnya. Herman? Jangan ditanyakan lagi. Dia sedang menebar pesona sekarang. Katanya ada teman seangkatan kami yang belum lama menjanda, ingin menggaet ucapnya.

Dasar tua-tua keladi!

Aku sendiri lebih memilih untuk duduk di meja tempat kami berkumpul tadi. Ditemani dengan beberapa makanan ringan dan minuman, aku lebih asyik seperti ini.

"Hai, boleh gabung?" tanya seseorang dengan nada lembutnya.

"Oh, hai. Silakan, duduklah," ucapku mempersilakan orang dengan suara lembut itu duduk.

"Kamu Devan, 'kan?" tanyanya.

"Iya. Kita pernah ketemu?" tanyaku berusaha memastikan siapa wanita yang ada di hadapanku ini.

"Kamu lupa siapa aku, Dev?"

"Tentu saja. Wajarlah, ini sudah bertahun-tahun semenjak kita lulus SMA," balasku.

"Aku Jane, Dev. Jane anak IPA 1 yang selalu ngejar-ngejar kamu," terangnya.

Jane? Yah, aku ingat sekarang.
Jane adalah gadis berkacamata yang selalu menyatakan cintanya padaku dulu. Tapi itu dulu, saat tubuhnya masih berisi dan belum semenarik sekarang.

"Jane? Jangan bercanda. Kau sangat berubah sekarang, semakin cantik saja. Aku sampai pangling," terangku.

Jane adalah gadis lugu yang selalu mengikutiku ke mana saja. Aku bahkan sering kali dipasangkan dengannya saat mengikuti olimpiade sains sewaktu sekolah.

"Ini aku, Dev. Aku berubah karena tuntutan pekerjaan," ucapnya.

"Benarkah? Kau terlihat berbeda. Eh, maksudku berbeda dalam artian yang baik. Bagaimana dengan kabarmu? Mana pasanganmu?"

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Soal pasangan, tak perlulah aku membahasnya sekarang," jawabnya.

"Baiklah, maaf jika pertanyaanku menyinggung dirimu, Jane," ucapku meminta maaf.

"Tidak, kamu nggak tau apa-apa. Lalu, ke mana anakmu? Dia semakin cantik," ucapnya menanyakan keberadaan Wafa.

"Dia sedang di rumah sekarang. Sudah kuajak kemari, tapi dia lebih memilih untuk di rumah. Malu punya papa yang kelihatan kayak ABG katanya," jelasku.

"Anak-anak zaman sekarang seperti itu, Dev. Biarlah, mereka sedang dalam masanya sekarang," terangnya.

"Benar juga. Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa mengenaliku? Ini sudah lama sekali semenjak reuni terakhir kita," selidikku.

"Boleh aku jujur, Dev?"

"Yah, tentu saja boleh."

"Sudah lama aku mengikuti akun instagram milikmu. Tak sengaja aku menemukannya, lalu memastikan bahwa itu benar milikmu. Bisakah aku mengulang lagi kebiasaanku dulu, Dev?"

"Mengulang kebiasaanmu dulu? Yang mana?"

"Kau masih saja tak peka. Mengulang kebiasaanku dulu. Mengejar cintamu mungkin," ucapnya.

My Papa is Duda Keren (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang