Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri. Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.
Yang gak tau cara menghargai usaha seseorang dan gak tau tata krama saat bertamu, gak usah baca cerita ini yah. Makasih 😇
Follow IG: syhnbahy__
.
.
.POV Wafa Xeanna.
"Pa, ayo pulang. Tadi katanya mau pulang," rengekku pada Papa.
"E—eh, iya ... Fat, kami pulang dulu," pamit Papa.
"Iya, Pak," balas Mrs. Fatimah.
Aku dan Papa segera menaiki mobil yang akan kami gunakan untuk pulang. Aku dan Papa duduk bersebelahan.
Perlahan mobil Papa lajukan menuju ke luar gerbang sekolah. Sekilas, aku melihat dari kaca jendela mobil, Mrs. Fatimah berjalan kaki.
Apa Mrs. Fatimah nggak punya kendaraan?
"Pa, berhenti dulu sebentar," ucapku.
"Oke ...."
Aku turunkan kaca jendela mobilku setelah mobilnya berhenti. Hati-hati aku mengeluarkan kepalaku.
"Mrs. Fatimah jalan kaki?" tanyaku tanpa basa-basi.
"Eh, Wafa belum pulang? Nanti ibu bisa naik taksi atau ojek, kok," balasnya.
"Jangan! Sama kita aja. Masih kosong kok, iya 'kan, Pa?" tanyaku meminta persetujuan.
Papa yang mendapat pertanyaan tak terduga dariku hanya bisa gelagapan dan mengedikkan bahunya pertanda setuju.
"Udah Mrs, naik aja," paksaku.
Seperti tidak mempunyai pilihan lain, Mrs. Fatimah memilih menuruti paksaanku.
Pintu belakang mobil lalu dibuka oleh Mrs. Fatimah kemudian duduk di bangku belakang.
"Papa sama Mrs. Fatimah ketemu di mana?" tanyaku di sela-sela keheningan dalam perjalanan pulang kami.
"E ... anu itu ... papa sama Mrs. Fatimah dulu satu kampus sewaktu kuliah," jelas Papa.
"Satu kampus? Papa sama Mrs. Fatimah seumuran?"
"Nggak, bukan seumuran. Mrs. Fatimah itu junior-nya papa dulu," jelasnya lagi.
Aku hanya bergumam mendengar penuturan Papa. Agak lama kami berjalan, sampai akhirnya Papa menanyakan alamat Mrs. Fatimah.
"Fat, rumahmu masih sama 'kan?"
"I—iya, Pak. Masih sama," balas Mrs. Fatimah gugup.
"Ya sudah, kita ke rumah kamu dulu kalau gitu," ucap Papa lagi.
Akhirnya dengan keputusan yang Papa buat, kami bertiga memutuskan untuk terlebih dahulu mengantar Mrs. Fatimah ke rumahnya terlebih dahulu.
Lima belas menit berjalan kembali, kali ini kami sudah sampai di depan pekarangan rumah Mrs. Fatimah.
"Di sini 'kan, Fat?" tanya Papa memastikan.
"Iya, Pak. Makasih," ucap Mrs. Fatimah pada Papa.
Perlahan Mrs. Fatimah membuka pintu mobil dan beranjak keluar.
Saat memasuki pekarangan rumah, ada seorang anak kecil yang kutaksir berumur sepuluh tahunan berlari menuju ke arah Mrs. Fatimah.
"Mama!" teriaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Papa is Duda Keren (Sudah Terbit)
Ficción GeneralDevan Mahendra, seorang laki-laki dengan usia yang sudah memasuki kepala empat harus hidup bersama anak gadisnya. Kehilangan istrinya saat lima tahun lalu tak membuat Devan putus asa dalam membesarkan anak semata wayangnya. Walau Devan sudah memili...