Bersyukur atas Nikmat Nya

5 1 0
                                    

Setelah mengonsumsi herba dari pengobatan di Bandung selama lebih kurang tujuh bulan, terlihat juga perubahan pada anakku. Sebelumnya ia tidak tahan mandi dengan air dingin, sekarang tidak lagi. Pelipisnya yang sering terasa panas sekarang sudah normal. Demikian juga keaktifannya mukai terkontrol. Puji syukur yang tak terhingga kami panjatkan kepada Allah yang maha kuasa.

Waktu terus bergulir. Perkembangannya
tidak luput dari perhatianku. Lumayan banyak perkembangannya. Catatan pertama adalah ia sudah bisa mengikuti dan menirukan irama. Ternyata ia memiliki kecerdasan musik. Dengan mendengar intro ia sudah bisa menebak lagu yang sedang dimainkan. Sering kami salah-salahkan menyanyikan sebuah lagu untuk menggodanya. Dia akan berteriak tanda tidak setuju.

Perkembangan lain yang cukup menggembirakan adalah ia bisa memanggil papa, mama, Titi untuk Kiki, dan Deci untuk Dessy. Ia juga bisa menirukan iklan di t.v  dengan berbunyi vokal terutama a,  dan i. Menirukan suara azan dan bunyi-bunyi lain yang sering ia dengar walaupun masih sepotong-sepotong. Untuk meminta makan ia mengatakan dengan ma-mam. Sedangkan untuk minum ia belum bisa.

Hingga bulan Desember 2005, motoriknya pun semakin kuat. Ia bisa bermain mobil-mobilan dan bola di dalam rumah. Ketertarikannya kepada bola juga agak  berlebihan. Ia mengoleksi berbagai macam bola. Setiap kali berbelanja kebutuhan sehari-hari ke toko, ia akan pergi sendiri ke bagian mobil-mobilan dan bola. Ada saja bola yang ia inginkan. Sehingga ia punya banyak koleksi, mulai dari bola plastik, karet, bola pimpong, tennis, bola kaki, bola volly, bola basket, bola takraw, dan juga bola golf. Semuanya hanya dikoleksi dan dimainkan seperlunya.

Timbul pertanyaanku kenapa ia ingin memiliki semua bola itu, sementara tidak dimainkan sebagaimana mestinya. Ternyata ia hanya ingin membuktikan bahwa gambar yang pernah dilihat itu memang ada benda nyatanya.

Kekhawatiran yang selama ini menghantuiku bahwa fungsi dengarnya terganggu. Menduga-duga kemungkinan yang menyebabkan ia tak mampu berbicara. Sekarang semakin memudar karena ia menunjukkan kemajuan. Sebagai contoh, ia kembali saat dipanggil, bisa menirukan orang lain bicara walaupun belum jelas. Ia juga bisa menyanyi, menari, melakukan gerakan senam mengiringi bunyi musik. Hal ini menjawab keraguan yang selama ini menggelayuti fikiranku.

Saat ini usianya menginjak tiga tahun. Pada usia ini ia senang menulis menggunakan spidol di papan tulis, dinding dan juga kertas. Barangkali karena ia selalu melihat aku mengajar menggunakan spidol dan papan tulis. Ia senang menggambar. Pada awalnya ia menggambar orang dalam bentuk lingkaran, segitiga dan garis membentuk gambaran manusia lengkap dengan kepala, badan, kaki, tangan, dan mata.

Kosa katanya pun bertambah seperti /pu-pu/ untuk susu, /a pu/ untuk satu, /dua/, /ti-da/ untuk tiga. Yang lucu jika ia menyebut empat dengan /mpa'/.

Dalam hal mengoperasikan alat-alat elektronik ia pun bisa dengan sendirinya. Anggota keluarga yang lain harus senantiasa menemani agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan seperti kesentrum, terjepit, dan sebagainya.

Handphone atau gadget pun menjadi hal yang biasa ia mainkan. Hal ini tak bisa dihindarkan karena banyak siswa kursus yang datang belajar membawa handphone. Walaupun aku sudah mengingatkan siswa-siswa untuk menyimpan dan mematikan hp mereka, tetap saja ia bisa menemukannya. Tak ubah seperti seorang guru yang sedang merazia hp di sekolah. Ia berkeliling di kelas memeriksa setiap tas dan kantong para siswa sambil meminta, "hp... hp...". Para siswa akhirnya menyerahkan hp mereka karena geli melihat tingkahnya. Ia akan meninggalkan hp yang tidak sesuai dengan keinginannya. Dia hanya memakai hp yang ada permainan yang ia mau. Setelah beberapa saat ia akan mengembalikan hp tersebut kepada pemiliknya.

Dengan kesabaran yang telah kuperoleh dari kehadiran anakku yang penuh cerita, saat ini aku belajar untuk bersyukur. Begitu banyak peristiwa dan pergolakan batin yang kulalui, membawaku dalam perjalanan rohani yang penuh makna. Sehingga aku mampu mensyukuri apapun kenyataan yang kutemui. Dengan rasa syukur aku menjadi lebih yakin bahwa Tuhan memberikan yang terbaik untuk umat yang berserah diri kepada Nya.

Aku betul-betul bersyukur dipercaya untuk mengasuh, membimbing titipan Nya dengan penuh kasih sayang. Dengan mengamati perkembangan anakku, banyak sekali kemudahan dan anugerah-anugerah tak terduga yang kutemukan.

Belajar dari AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang