Hiperaktifkah Anakku?

12 0 0
                                    

Setelah bisa berjalan, sedikit demi sedikit keceriaannya bangkit kembali. Dengan berjalan dan berlari tubuhnya semakin kuat. Ototnya kembali kencang. Ia semakin aktif dalam bergerak, dan juga banyak maunya. Setiap kemauannya harus dituruti, jika tidak ia akan menangis dan terus terobsesi untuk mendapatkannya.

Seringkali mengamati alat-alat elektronik seperti menghidupkan dan mematikan televisi berkali-kali. Mengamati putaran kipas angin, menguji coba memutar tanpa dicolokkan listriknya. Tentu saja hal ini mengkhawatirkan karena bisa kesentrum, terjepit dan sebagainya.

Pada saat  bertamu ke rumah kerabat ia selalu masuk ke setiap ruangan dan memperhatikan segala sesuatu di sana. Jika ditemukan benda yang ia senangi, ia akan memainkannya. Ia tak peduli apakah diizinkan atau tidak.  Jika ia ingin memilikinya, ia akan minta ke siempunya.

Aku seringkali merasa tidak enak dengan siempunya atau pemilik rumah. Walaupun ia tidak merusak atau meminta dengan paksa, tetap saja aku tak enak. Terkadang aku berfikir, jangan-jangan orang mengira aku tak mengajarkan etika. Aku takut ada orang yang tak bisa memahami kekhususan anakku ini.

Walaupun demikian aku tak pernah memperlihatkan bahwa aku malu memiliki anak seperti dia. Apalagi untuk memarahinya di depan orang lain demi menutupi rasa malu. Aku tahu pasti yang dilakukannya adalah karena rasa ingin tahunya yang luar biasa, dan ia termasuk anak yang berobsesi tinggi. Terlebih lagi ia juga bisa menarik perhatian orang lain. Seringkali perhatian orang tersedot oleh tingkah lakunya. Tidak dipungkiri ia dikaruniai wajah yang cukup ganteng.

Aku tak pernah merasa terbebani oleh kelakuannya. Tetapi ada kekhawatiran melihat keaktifan dan obsesi yang tinggi. Aku khawati akan waktu-waktu mendatang yang akan dia jalani. Muncul berbagai dugaan misalnya barangkali ada kelainan di otaknya pengaruh jatuh waktu itu. Jangan-jangan ia mengalami behaviour disorder seperti hipetaktif, autisme, dan sebagainya.

Ketenanganku terusik kembali dan berusaha menemukan jalan keluar untuk putraku satu-satunya. Langkah pertama aku membawanya ke salah satu pengobatan alternatif di kota Bandung. Aku sengaja memilih pengobatan ini karena sudah beberapa orang dalam keluarga besarku sembuh dari penyakit yang berat melalui pengobatan ini. Lagipula pengobatannya masuk akal menggunakan herbal alami yang disarankan nabi besar Muhammad saw dan disebutkan dalam Alquran. Menurut herbalis tersebut, anakku adalah anak yang cerdas dan ada ketidakseimbangan pada lapisan otaknya.

Melalui herbal ini insya Allah kecendrungan hiperaktifnya bisa dikendalikan. Tentu saja aku sangat bersyukur. Ia mengkonsumsinya selama lebih kurang 7 bulan. Aku yang menghentikan karena tidak tahan melihat ia meminum herbal tersebut dengan sangat terpaksa.

Alhamdulillah banyak juga hasil pengobatan ini. Keningnya yang dulunya sering panas, sekarang tidak lagi. Keaktifan yang luar biasa menjadi lebih terarah. Aku hanya berserah diri pada yang Maha Kuasa, sambil terus berusaha menemukan cara yang lain untuk membantunya.

Belajar dari AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang