Part 6: Terlambat Bicara

12 0 0
                                    

Kemajuan yang diperlihatkan anakku tentu saja membahagiakanku. Setidaknya kekhawatiran akan ketidaksempurnaan pendengaran dan organ tubuh yang lain sudah terjawab. Terlebih ketakutan akan efek kecelakaan yang dialaminya.

Berdasarkan teori perkembangan bicara seorang anak, aku sadar bahwa anakku mengalami keterlambatan bicara. Seharusnya pada usianya sekarang ia sudah berada pada fase menggunakan kalimat dengan banyak kata. Sementara ia  baru bisa menggunakan beberapa kata saja dengan tidak sempurna.

Aku kembali berusaha mencari berbagai sumber bacaan berkenaan dengan penguasaan bahasa. Kebetulan aku juga guru bahasa, dan memiliki banyak buku tentang ini. Akhirnya aku menemukan sebuah buku yang ditulis oleh seorang ibu yang juga memiliki anak yang terlambat bicara. Buku tersebut berjudul 'Anakku Terlambat Bicara', buah karya Julia Maria Van Tiel. Aku seperti menemukan harta karun dan percaya diri karena ternyata aku tidak sendiri. Banyak anak-anak di luar sana mengalami keterlambatan bicara seperti yang dialami oleh anakku.

Dari buku ini aku menemukan informasi yang kubutuhkan. Tidak hanya untuk membantu anakku, terlebih lagi memberikan rasa percaya diri dan semangat untuk terus berjuang dalam memberikan yang terbaik untuknya. Buku ini memberikan banyak jalan keluar yang sebenarnya aku cari. Namun sulit untuk nenemukan suatu wadah atau lembaga yang khusus mengurus anak-anak yang perkembangannya berbeda dari anak-anak pada umumnya. Sedangkan Ibu Maria lebih beruntung karena beliau tinggal di Belanda yang memiliki wadah untuk mencari solusi.

Aku mencatat apa yang dikutip oleh Julia Maria tentang periode perkembangan bicara dari Mieke Pronk-Boerma. Ia membagi menjadi periode praverbal dan periode verbal. Periode praverbal adalah periode yang sangat penting. Diawali dari minggu ke-0 hingga keenam merupakan periode menangis. Minggu keenam hingga bulan keempat adalah periode vokalisasi, ah, uh. Selanjutnya hingga bulan kedelapan, anak memasuki periode babbling atau mengoceh dengan bunyi vokal terus menerus, misalnya aaaa, .... tatatatata, mama, papa, dan mengikuti ucapan ibu atau pengasuhnya. Pada bukan ke-8 hingga ke-12 disebut social babbling. Mengoceh di mana ia mengambil alih pola bunyian dari sekitarnya. Anak mendengarkan, mengoceh, mengikuti, terus menerus hingga terjadilah pemahaman dan kemudian diucapkan sendiri.

Periode verbal pun mempunyai beberapa fase. Bulan ke-12 hingga ke-15 merupakan fase dengan satu kata. Bulan ke-15 hingga 2 tahun adalah fase dengan dua kata. Biasanya seorang anak usia 2 tahun telah memiliki 270 kata. Ia juga sudah bisa bertanya dengan intonasi bertanya. Usia 2 sampai 3 tahun merupakan fase dengan banyak kata. Kalimat sudah menggunakan kata benda dan kata kerja walaupun belum dalam struktur yang benar. Tetapi sudah mengucapkan berdasarkan arti atau maksud. Pada fase ini, anak memiliki kosa kata yang jauh lebih banyak, sudah menggunakan kata kepunyaan seperti 'ku' dan 'mu' walaupun kadang-kadang bertukar penggunaannya.

Usia 3 hingga 4 tahun akan banyak bercerita. Ia juga bisa mengucapkan berbagai bunyi kecuali s/l/r. Namun masih ada beberapa kesalahan pengucapan kata sambung. Seringkali masih ada kata yang diulang-ulang karena anak pada usia ini berpikir lebih cepat daripada mengucapkan kalimat. Fase berikutnya adalah usia 4 hingga 6 tahun. Di usia enam anak-anak ini akan semakin baik mengucapkan berbagai huruf termasuk s dan r, struktur kalimat, dan penggunaan kata hubung. Mereka juga mulai mampu menyampaikan pemikiran dari abstraksinya.

Kalau mengamati pola di atas, jelas bahwa anakku mengalami keterlambatan bicara. Khususnya pada periode verbal, bertepatan dengan kecelakaan yang menimpanya. Hal pertama yaitu ia tidak mengucapkan kata sebagaimana seharusnya. Kedua, jangankan 270 kata, ia hanya mampu mengucapkan 'tu-tu' untuk meminta susu, 'num' untuk minta minum, dan selebihnya dengan menggunakan bahasa non verbal. Tetapi secara arti atau maksud ia memahaminya. Ia akan mengangguk dan menerima sesuatu yang dusetujuinya. Ia akan menggeleng atau menangis untuk menyangkal dan menolak sesuatu yang aku atau orang lain ucapkan. Hal ini berlansung hingga ia berumur 5 tahun dengan perkembangan berbahasa yang sangat minim, tetapi mampu melakukan sesuatu yang ia pikirkan dengan baik.

Belajar dari AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang