"Lima belas tahun El, lima belas tahun yang lalu, masih kau ingat hingga dendam padaku? Bukankah saat itu kita masih anak-anak?"Wajah Elliya mengeras, tangannya saling remas di pangkuannya dan Genta melihat itu.
"Usian tujuh belas tahun bukan lagi anak-anak, itu masa remaja, kita sudah tahu apa yang pantas kita keluarkan dari mulut kita, bagimu mungkin hanya sekadar ucapan tak berarti tapi bagiku efeknya terbawa seumur hidup apalagi hanya karena seorang Genta yang sampai pindah sekolah, aku dianggap penyebab semua itu hingga aku dikeroyok oleh pacarmu dan teman-temannya, lalu sepanjang sisa waktu meski aku pulang dari olimpiade matematika tingkat nasional dengan membawa bronze medale tetap dimusuhi oleh beberapa fans fanatikmu, dan sepanjang sisa waktu hingga aku lulus tak bisa menikmati indahnya masa putih abu-abu seperti kata orang-orang, aku merasa masa itu adalah masa kelam, kau tahu apa efeknya lagi sampai saat ini meski semua telah aku raih, semua aku miliki selalu saja ada rasa tak pantas berdiri didekat siapapun, tapi aku tetap membesarkan hati bahwa aku telah mampu meraih semuanya, perguruan tinggi favorit, selalu lulus dengan predikat cumlaude, pekerjaan yang mapan serta segalanya ada hingga aku mampu menunjukkan padamu bahwa Elliya bukan Upik abu yang selamanya tak akan pernah sejajar denganmu, kau tahu efek pembullyan bahwa akan terasa hingga tua nanti, maaf aku mau melanjutkan kerja, bukan karena aku orang nomor dua di sini lalu berleha-leha, selamat siang."
Elliya bangkit dari duduknya dan Genta menahan tangan Elliya yang segera ditarik oleh Elliya.
"Jangan lecehkan aku, saat SMA kau lecehkan harga diriku dan sekarang kau malah memegang tangan wanita yang tak sederajat denganmu, selamat bekerja, jika kau ada kesulitan, hubungi aku via telepon, pakai saja ponselmu untuk menghubungiku, tak perlu aku harus datang ke ruanganmu, apa lagi jika hanya masalah receh!"
Hentakan Stiletto Elliya menjauh, Genta mengembuskan napas berat, ia tak tahu jika jalan hidup Elliya menjadi seberat itu. Genta hanya menganggap bahwa itu kisah masa remaja yang begitu saja berlalu dan selesai sudah ternyata efeknya terbawa hingga saat ini. Merasa berdosa? Pasti, wajah penakut itu telah berubah menjadi dingin, wajah pemalu itu telah berubah menjadi angkuh. Namun Genta berjanji ia akan memperbaiki semuanya yang telah ia rusak.
.
.
.Elliya baru saja keluar dari ruang kepala sekolah, setelah menerima ucapan selamat dari seluruh keluarga besar SMA tempat dia bersekolah yang sebelumnya juga ia telah menemui kepala dinas pendidikan setempat, Elliya sempat berbincang dengan kepala sekolah mengenai apa saja yang ia alami selama masa karantina dan persiapan menuju olimpiade juga saat pelaksanaan olimpiade, ditemani beberapa guru pembina olimpiade mereka berbincang santai.
Satu jam kemudian Elliya keluar menuju ruang kelasnya. Di dekat kelasnya ia kembali bertemu dengan gerombolan Imelda dan teman-temannya, Elliya berjalan lurus ia tak ingin mencari masalah.
"Gayanya kayak artis terkenal aja, sok cuek, mau menang mau nggak ya tetep aja penampilan nggak akan berubah."
"Bener, gak berubah jadi mengkilap tetep aja kumal tak terawat."
Tawa mereka berderai dan Elliya membiarkan mereka dengan ocehannya, ia melangkah lurus menuju kelasnya, di sanapun ada beberapa teman Genta yang tak suka padanya. Semua Elliya tahan karena ia yakin semua akan berlalu jika ia kuat dan tak melayani ocehan mereka. Elliya hanya berjanji pada dirinya sendiri ia akan belajar dan belajar, kelak akan ia buktikan pada yang mencemoohnya bahwa usaha yang tekun akan mengubah hidup seseorang.
.
.
.Rapat pertama hari itu dipimpin langsung oleh Genta sebagai bos baru di perusahaan itu. Genta melihat sendiri bagaimana Elliya yang usianya lebih muda dari para manajer senior yang ada di sana tetap dihormati sebagai orang nomor dua di perusahaan itu. Kecerdasan Elliya terlihat saat pemaparan secara garis besar bagaimana perusahaan itu tumbuh dan berkembang setahun terakhir. Genta menatap tajam ke arah wanita yang percaya diri berbicara di depan para senior di perusahaan itu.
Selesai rapat Elliya merasa jika Genta masih terus menatapnya, ia merasa tak enak pada beberapa orang yang masih berada di ruang meeting hingga akhirnya ia pamit dan Genta mengekor di belakangnya.
"El."
Elliya menoleh dan mengerutkan kening.
"Panggil Bu Ellliya, kita tidak sedang bicara berdua di ruangan Anda, sangat tidak nyaman jika kita tak tahu aturan kepantasan."
Genta menghela napas, ia benar-benar ingin menggigit bibir mungil yang selalu terlihat rapat tapi sekali berbicara mengeluarkan bisa.
"Saya hanya ingin bertanya, Bu Elliya dapat undangan reuni?"
"Saya tidak akan datang!"
"Apa Anda tidak ingin bertemu dengan para guru yang dulu telah memberi kita ilmu?"
"Saya pikir-pikir, permisi."
Genta hanya menatap langkah Elliya yang semakin menjauh dan masuk ke ruangannya. Entah mengapa kaki Genta melangkah mengikuti langkah Elliya menuju ruangannya. Elliya kaget saat masuk ternyata Genta telah ada di belakangnya dan menutup pintu ruangannya. Elliya berbalik dan menatap Genta dengan tatapan penuh tanya.
"Ada apa Bapak masuk ke sini? Saya merasa tak ada urusan lagi?"
Terdengar tawa Genta yang memilih duduk di sofa yang ada di ruang kerja Elliya.
"Bisa Bapak keluar dari ruangan saya? Saya tidak mau ada omongan tidak enak tentang kita."
"El, kita hanya berdua, lalu apa salahnya jika kita bicara lebih akrab, kita bukan orang asing, kita pernah sekelas."
Elliya masih berdiri ia tatap tajam mata Genta.
"Setelah semua kekacauan yang kau buat dalam hidupku masih saja menganggap kita akan baik-baik saja? Tidak, aku tidak akan pernah menganggap kita pernah sekelas atau apapun, kau tahu bahwa hanya karena ocehanmu yang tanpa otak, aku selalu merasa tak pantas saat siapapun dekat denganku, selalu berpikir bahwa aku hanya akan mendatangkan masalah dan parahnya aku tak ada keinginan menikah, aku normal, aku juga tertarik pada lawan jenis tapi tiap kali aku didekati maka aku memilih menjauh, menjauh sebelum mereka kecewa saat tahu bahwa aku hanya wanita yang banyak memiliki masalah dalam hidup, orang tuaku dulu hanya babu, numpang di rumah orang yang kebetulan baik hati dan menyekolahkan aku hingga perguruan tinggi, keluar! Aku ingin sendiri! sejak kamu hadir aku sudah merasa masalah hidupku akan semakin bertambah. Kau tahu, sendainya bisa memilih, aku tak ingin bertemu denganmu, pertemuan kita ini sebenarnya sering datang dalam mimpi burukku, kini ternyata kau ada dan nyata di depanku, entah apa dosaku pada kedua orang tuaku hingga aku dipertemukan lagi dengan laki-laki yang sepanjang hidup membuat aku terbelit masalah, meski ada kepuasan karena kini kita sejajar, tapi setelah ini aku akan memilih keluar dari perusahaan ini, yang penting kau sudah tahu bahwa aku bukan Elliya yang dulu!"
"Tidak! Kau tidak akan pernah keluar dari perusahaan ini!"
👣👣👣
4 Desember 2020 (09.36)
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Remember? (Sudah Terbit)
RomanceCover by @DepaCBS Up juga di dreame Pertemuam kembali Elliya Prameswari dengan seseorang dimasa lalu melecut semangatnya bahwa ia harus membuktikan jika ia bisa melebihi orang yang telah membullynya hingga efek pembullyan itu ia rasakan sampai sekar...