👣6👣

921 211 52
                                    

"Maaf, saya tidak terbiasa ..."

"Sebentar saja El, tak bisakah beraku~kamu?"

"Lepaskan, aku tak biasa bersentuhan seperti ini dengan laki-laki manapun." Suara Elliya terdengar kaku dan dingin.

Genta melepaskan pelukannya, wajah Elliya membeku, ia tak mempersilakan Genta masuk karena tak pantas baginya saat malam telah beranjak semakin larut, wanita dan laki-laki tanpa ikatan berada dalam satu tempat yang sama, meski ia berkuliah di luar negeri bukan berarti bebasnya pergaulan mereka akan mempengaruhi dirinya.

"Aku tahu kau sedih, tapi aku tak bisa menyilakanmu masuk, ini sudah malam, jika kau mau cerita di gazebo luar saja, aku masih mau berbaik hati meski kau sejak dulu tak pernah baik padaku."

"El, aku sedih, patah, lelah juga, tak bisakah kau sedikit manis padaku?"

Elliya menutup pintu unitnya, melangkah mendahului Genta menuju gazebo yang berjajar di depan apartemen.

Setelah keduanya duduk, masih dengan wajah datar Elliya menatap wajah Genta yang terlihat lelah, Elliya yakin, Genta langsung menuju apartemennya setelah menempuh penerbangan panjang dari Australia sana, tapi Elliya tak peduli, masalah Genta adalah masalahnya sendiri dan kalaupun kali ini mau bercerita padanya tak akan mempengaruhi perasaannya pada Genta.

"Aku yakin kau sudah mendengar dari Om Halim jika aku dan tunanganku gagal menikah, aku yang harus tegas memutuskan masalah ini karena kami sudah tak ada lagi jalan bersama, aku tahu semuanya kecewa tapi aku tak mau harga diriku terlukai, kami telah lama hidup bersama, saling percaya dan telah pasti akan menikah bahkan dia mau jika nanti pindah ke Indonesia, tapi apa yang aku lihat sungguh diluar dugaan, saat ia saling tindih dengan laki-laki yang selama ini ia akui hanya sebagai teman, teman kantor kami dulu dan aku juga sangat mengenalnya, aku melihat sendiri di apartemennya bagaimana mereka menikmati dan saling memuaskan, aku datang memang tak memberitahu, aku ingin membuat kejutan yang manis, ternyata aku yang dibuat terkejut saat melihat tingkah liar tunanganku tanpa baju diatas tubuh laki-laki lain sambil bergerak liar dengan desahan juga erangan yang keras. Aku dibohongi, aku tinggalkan apartemen itu dengan rasa sakit yang tiada terkira bahkan setelah itu melalui pesan singkat tanpa malu ia mengakui telah lama hubungan itu terjalin, dan aku yang dia salahkan, laki-laki kaku, tertekan selama berhubungan denganku, aku terlalu dominan dan mengapa baru mengatakan sekarang setelah bertahun-tahun hidup bersama, kau mungkin tak tahu rasanya sakit dikhianati orang yang kita cintai setengah mati El, harga diri yang diinjak dan terhina, tak akan mudah dilupakan."

"Yah aku memang tak tahu rasanya sakit hati ditinggal orang yang aku cintai, karena aku tak pernah mau mencoba mencintai tapi sakit hati karena dilecehkan dan dihina karena tak sederajat juga karena penampilan fisik yang tak mengenakkan mata juga sakitnya sampai ke ulu hati, bahkan sampai saat ini semua kata-katamu terngiang di telingaku, aku hanya tak menyangka saja seorang Genta yang angkuh dan sombong di masa lalu, ternyata bisa merasakan sakit hanya karena wanitanya yang bermain di belakangnya, kau punya uang banyak dan kedudukan yang tinggi, cari wanita lain lagi lalu ajak hidup bersama lagi kan selesai."

Genta terlihat marah, ia dekatkan wajahnya ke arah wajah Elliya.

"Cinta tak semudah itu hilang El, cinta tak semudah itu dipindahkan hanya karena tubuh mulus dan wajah cantik, kau tak tau rasanya."

"Yah karena yang aku tahu hanya benci pada laki-laki yang telah merusak hidupku, memberi cacat pada jiwaku dan saat ini ia datang penuh luka hanya karena wanitanya membuka selangkangannya pada laki-laki lain, sakitku lebih dari sakitmu, cacat ini terbawa sampai mati, pulanglah laki-laki lemah, ternyata kau tak berubah, dulu pindah sekolah hanya karena kalah bersaing denganku, sekarang kau lemah lagi hanya karena wanita, laki-laki sepertimu tak pantas memimpin Genta Citra Persada, orang yang selalu kalah dari wanita dan selalu merasa teraniaya karena wanita."

Elliya meninggalkan Genta seorang diri, ia mempercepat langkah dan segera masuk ke unitnya.

Genta menunduk, meremas rambutnya berkali-kali, ia tak menyangka Elliya tetap tak berubah, tetap dingin padanya saat ia butuh teman curhat. Genta tak tahu harus ke mana lagi, ia ingin ada orang didekatnya, mendengarkannya dan membuat dirinya nyaman. Genta bangkit, ia memutuskan hendak menuju kantornya. Tidur di ruangannya dan melupakan sakit hatinya karena dikhianati.

.
.
.

Elliya tak bisa memejamkan mata, wajah Genta yang kuyu dan lelah terlihat memelas seolah terus menari di matanya. Elliya tak pernah dekat dengan lawan jenis dalam arti lebih dari sekadar teman, bahkan sahabat pun dia tak punya yang berjenis kelamin laki-laki. Pengalaman saat SMA seolah mengajarkannya untuk selalu menjaga jarak dengan lawan jenis. Rasa tak pantas selalu saja ada di pikirannya. Dan saat kalut ponselnya tiba-tiba berbunyi, Elliya segera menyambar saat tahu ada nama Pak Halim di sana.

Ya Bapak

Aku titip Genta, El, aku yakin ia sedih teramat sangat, semua sudah siap, hampir 100% hanya tinggal hari H dan semua berakhir sangat menyakitkan, aku minta tolong temani dia, beri dia semangat, dia hanya penampilannya saja yang sepertinya kuat tapi dia sungguh sangat rapuh, dua kali dia kehilangan sosok seorang mama, mama kandungnya meninggal saat dia usia lima tahun, setelah itu papanya menikah lagi untungnya mama sambungnya sangat menyayanginya, dia menemukan sosok mamanya yang hilang, tapi sekitar usia tiga atau empat belas tahun kembali dia kehilangan mamanya, kembali ditinggal menghadap sang Ilahi, Genta tumbuh menjadi anak yang haus kasih sayang, emosinya sangat tidak stabil, dia ingin semua orang yang mengenal dia mencurahkan perhatiannya padanya, kesannya dia menjadi anak yang egois, saat berkuliah papanya meninggal, aku dan istriku yang menjadi tempat keluh kesahnya, tadi Elleonor menemui aku, meminta maaf karena semua harus berakhir menyakitkan, sejak lama Elleonor ingin mengakhiri hubungannya dengan Genta tapi sikap Genta yang menakutkan membuat Elleonor tak berani memutuskan, dan dia diam-diam menjalin hubungan dengan laki-laki yang membuatnya nyaman, aku tak tahu siapa yang salah kalau begini El, sekali lagi aku meminta sekaligus memohon temani dia El, dia sosok yang rapuh, mudah putus asa

Iya Pak

Suara Elliya mengambang, ia tak tahu harus berbuat apa, disatu sisi rasa ingin membalaskan sakit hatinya tetap membara sampai saat ini, namun saat mendengar kisah hidup Genta ia jadi berpikir ulang apa yang pantas ia lakukan pada Genta.  Elliya ingin agar Genta tahu bahwa apa yang ia lakukan di masa lalu membuat dirinya tak sama dengan orang lain, ia merasa jiwanya telah tak utuh. Selalu merasa kurang dan tak sama dengan yang lain. Bagi Elliya membalaskan apa yang Genta lakukan padanya di masa lalu harus ia wujudkan.

👣👣👣

6 Desember 2020 (09.45)

Do You Remember? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang