Arc Konflik Internal - III. Perpustakaan Kebenaran

242 46 0
                                    

Aku menguap.

Bocah pangeran itu tidak melakukan apapun selain menunjukkan wajah angkuh. Dia yang sejak tadi pamer dengan perpustakaan pribadinya yang ada di ruangan sebelah semakin menjadi-jadi saat aku langsung mengambil bukunya.

"Cuma karena seluruh PR mu sudah selesai bukan berarti kau diam saja, lakukan sesuatu. Kau menggangguku."

Bocah pangeran itu menatapku masih dengan angkuh. "Aku tidak akan pergi, karena Aeselyn perlu tahu semua buku itu perlu persetujuanku untuk dipinjam."

Aku sudah tahu tanpa perlu diberi tahu. Jadi intinya tujuannya hanya pamer kan dan membuatku harus memohon-mohon padanya kan?

Aku memegang erat-erat buku yang masih dalam list harus kubaca. Lalu menumpuknya menjadi satu dan mengangkat tinggi-tinggi hendak menjadikannya properti untuk memukul.

"Maaf, aku tidak dengar. Pangeran bilang apa tadi?"

Hm.....? Aku tersenyum manis.

Nyali bocah pangeran itu langsung menciut. Tapi luar biasanya dia masih gigih mempertahankan wajah angkuhnya. Jujur saja aku bisa melihat karisma si raja kejam itu darinya.

"A-Apa? Aku nggak takut denganmu."

Nggak takut tapi gemetaran?

"Aku mau pulang." ucapku berjalan ke arah pintu. Untungnya bocah pangeran itu membuatku sadar kalau hari sudah sore dan aku harus kembali. Coba kalau dia tidak menggangguku, bisa-bisa aku membaca sampai larut disini.

Dalam sekejap bocah itu berlari dan menghalangi pintu dengan kedua tangannya. "Aku perintahkan Aeselyn untuk tetap disini."

Dia menatapku, aku balas menatapnya intens. "Perintah ditolak." jawabku dan tetap melangkah maju.

Bocah pangeran itu melipat kedua tangan didadanya. "Penolakan ditolak."

Wah, darimana bocah pangeran ini belajar kata-kata itu? Apa aku harus mengajarinya tata krama? Haruskah?

Ah, terserahlah.

Aku kembali ke tempat semula untuk duduk dan membuka buku yang sudah ku-list.

"Maaf Aeselyn. Jangan marah."

Ugh, kenapa bocah ini menggemaskan sekali. Gimana caranya aku mau marah coba?

"Aku nggak marah. Selama kau nggak mengganguku."

Dia menatapku bersemangat, "oke!"

***

Huwah.

Aku menggigit kuku tidak percaya dengan buku yang kubaca.

Gimana aku bisa nggak memperhatikannya? Padahal sudah banyak clue, tapi kok aku baru sadar sekarang.

Tempat ini!
Ini tempat yang persis dengan novel pertama dan terakhir yang kubaca sebelum mati!!

Novel dengan judul The Lost Heart menceritakan Leia Svolaze sebagai bangsawan kalangan bawah yang kehilangan kepercayaannya pada orang lain. Dia diasuh oleh keluarga yang sangat ketat dan mementingkan kekuasaan. Sebagai putri tunggal keluarga Svolaze, Leia dibesarkan dengan didikan untuk menjadi bangsawan kelas atas.

Sama dengan novel romansa lainnya, Leia Svolaze dipasangkan oleh seorang deutrogonis yang sangat dibencinya. Mereka bertemu di sebuah sekolah bangsawan dan hampir tidak pernah ada perbincangan.

Mulanya Leia Svolaze tidak banyak berteman dengan yang lain, dia percaya bahwa tidak ada manusia yang dapat dipercaya selain dirinya sendiri.

Bagaikan takdir sedang mempermainkan dirinya. Usai pembatalan pertunangan dengan deutrogonis sebelumnya. Tiba-tiba saja Leia dipasangkan oleh Sang Pangeran kerajaan yang dikenal arogan dan berhati dingin karena kemampuan sihirnya.

I'm not A Princess, But...Where stories live. Discover now