Arc Mendekati Flag - IV. Jalan-Jalan Kerajaan

190 35 0
                                    

Di pagi yang cerah nan indah yang seharusnya dirayakan dengan bahagia, aku malah menghitung countdown kematianku.

Ya. Aku ulang tahun keenam hari ini. Sudah setahun sejak aku mengurung bocah pangeran nggak tahu diri yang hobinya merepotkan ini.

Lepas darinya? Mana bisa semenjak kamarku dipindahkan ke sebelahnya!

"Ulang tahun keenam? Kau?" Cain menatap dengan wajah bodoh. "Kok ulang tahun keenam-mu baru sekarang, aku sudah lama tuh."

Bocah ini sama sekali nggak paham tentang perbedaan tahun kelahiran.

"Kalo hadiahnya ambil saja buku yang kau pegang."

Rasanya aneh dirayakan ulang tahun dengan orang yang bakal membunuhku. Tapi, hei, dia niat ngasih hadiah nggak sih? Walau aku memang membutuhkan buku-buku di perpustakaanmu, aku nggak kepikiran kalau itu bakal jadi hadiah ulang tahunku.

"Iya deh, makasih."

Cain melihat keluar jendela dan mendorongku cepat saat aku malas-malasan. Tenagaku sama sekali nggak berguna melawan bocah ini, dia bener-bener nggak sadar diri kalau aku lebih muda setahun.

"Ayo ikut aku!"

Ini sih bukan ikut, ini pemaksaan!

"Wah..."

Saat Cain mengajakku ke suatu tempat, aku kira cuma tempat bodoh yang sering ditunjukannya padaku. Saat ini kami berada di istana timur, melihat sebuah pohon besar di tamannya sedang mekar. Terakhir kali aku kesini pohonnya cuma ranting, sekarang ada bunganya, apa bunganya kena sihir? Kok bercahaya.

"Gimana? Bagus kan. Ini berlian semua."

Huh?

Aku kembali memperhatikan dengan saksama. Jadi maksudnya cahaya yang ada di bunga itu pantulan cahaya matahari pada berlian? Bunga sebanyak ini semuanya berlian?!

Wah... Kalau kuambil satu...

"Disana." tunjuk cain mendekati bagian bawah pohon itu.

Aku makin terkesima saat kami pergi lebih dekat ke bawah pohonnya... ini sih lebih baik dari sekedar pohon uang, kan?

Cain tiduran di atas rumput disana selagi aku duduk untuk mendongak.

"Kata Ayahku bunga ini hanya mekar di bulan ulang tahunku."

Hm, jadi bunganya punya musimnya sendiri, ya.

"Ini bakal jadi tempat yang bakal kita kunjungi tiap ulang tahunmu."

"Kenapa?" tanyaku heran.

"Soalnya mata Aeselyn mirip warna bunganya."

Cuman itu? Alasan anak kecil memang polos banget. Tapi dia jujur, sih. Tapi kalau dilihat lebih baik, warnanya juga mirip dengan warna mata Raja kejam itu, kan ya?

Padahal aku cuma tokoh sampingan, tapi Raja dan Ratu... mereka nanti bakal meninggal kan? Kasihan banget menjadi tokoh utama. Padahal bocah ini sepolos ini.

"Ngomong-ngomong aku nggak tahu serunya ulang tahun. Perayaannya lama sekali."

Itu sih perayaanmu doang!

Aku ingin memukul kepalanya. Tapi aku berdecak dan ikut tidur — ah, kalau begini rasanya waktu berlalu cepat sekali!

***

16.12.20

I'm not A Princess, But...Where stories live. Discover now