Arc Mendekati Flag - II. Perpindahan

197 38 2
                                    

Hahhh.... Nafasku...

Katanya disini bisa menggunakan sihir. Lakukan sesuatu dengan transportasinya dong. Apa disini nggak transportasi dengan basis sihir ya?

Hahh....

Aku nggak tahu lagi. Penulisnya nggak menjelaskan tentang kehidupan Kerajaan Noir dengan detail. Tapi kalau mengingat Raja kejam itu, aku nggak heran pelayannya disuruh jalan dengan jarak sejauh ini. Dia kan psikopat.

"Kalau begitu Ibu kembali bekerja ya."

"Iya, bu~" bahkan berpura-pura tersenyum begini juga membuatku lelah.

Aku memang sudah sampai di depan pintu kamar Cain. Tapi jujur saja, aku malas mengetuknya. Malahan aku nggak mau menemuinya setelah yakin dia bakal jadi pembunuhku. Dekat-dekat dengannya begini sama saja seperti mengantar nyawaku sendiri.

Wahai kesialan, apa nasibku memang harus semalang ini?

BRAK!

Pintu terbuka keras, tidak membiarkan mengistirahatkan nafas meski sejenak.

"Aeselyn!" teriaknya kencang.

Kalau ingat bocah ini yang nantinya bakal membunuhku, entah kenapa aku tambah kesal.

"Kenapa kau memanggilku?" tanyaku dengan tegas.

Bocah pangeran itu melihat langit-langit untuk berpikir. "Memangnya butuh alasan untuk memanggil teman?"

Oh, aku tersentuh. Kukira dia menganggapku sebagai pelayan pribadinya, tapi ternyata sebagai teman ya. Pantas dia nggak mempermasalahkan cara panggilanku padanya.

Meski begitu...

Kasta kami kan sangat jauh. Apa usianya belum sampai tahap dimana dia mengerti perbedaan kasta ya?

Aku masuk ke dalam kamarnya. Bisa masuk sesuka hati begini, sebenarnya sangat gampang untuk membunuhnya. Tapi raja kejam itu pasti memberikan suatu sihir pelindungan pada calon penerusnya, kan?

Kalau dipikirkan, usia Cain dengan Niels itu sama kan. Mereka cuma lebih tua setahun dariku. Tapi bedanya Niels sangat tenang, sedangkan bocah ini sangat-sangat berisik.

Tapi bocah memang harusnya begini kan? Mereka harus menikmati masa anak-anaknya sehingga tumbuh jadi orang dewasa yang baik.

Hm...aku nggak pantas sih mengatakannya.

"Aeselyn, apa kau pernah membaca cerita The Heroes No Id?"

Sebenarnya aku masih kagum, dia bisa membaca saat usianya enam tahun. Aku nggak tahu kehidupannya sebelum ada aku bagaimana, tapi sudah dipastikan dia diajar dengan baik.

"Kenapa dengannya?" tanyaku.

Cain mengambil bukunya dan menyerahkannya padaku. "Aku mau jadi sepertinya."

Oh... Impian anak-anak ya?

Aku melihat sampulnya yang bergambar seorang pahlawan sedang mengancungkan pedang di tengah perang.

"Kau ingin jadi pahlawan?"

Dia mengepalkan tangannya, "Bukan! Aku ingin jadi penjahatnya. Dia hebat sekali dalam menghindari pedang si pahlawan."

Ah.

Ternyata memang sudah brengsek dari kecil ya.

Aku harus segera jauh-jauh dari bocah ini. Kalau terus meladeni bocah ini, bisa-bisa aku beneran mati. Aku harus beralasan biar nggak usah datang kesini lagi.

"Kau jangan panggil aku kesini telalu sering, jarak istana pusat dan mansion pelayan sangat jauh. Aku capek bolak-balik." ucapku sambil membalik halaman buku yang diberikannya.

"Begitu ya. Jadi itu alasan Aeselyn terlambat kesini?"

Nggak.

Kalau itu lain cerita. Aku beneran nggak mau kesini tahu.

Besoknya...

"Aeselyn, kau dipindahkan ke kamar istana pusat." Ibu tiba-tiba menyampaikan berita bahaya padaku di pagi hari yang tenang.

"Apa!? kenapa!??" spontanku kaget.

"Pangeran yang memintanya."

Bocah itu.........

***

Kukira bercanda, tapi disinilah aku.

Ini memang kamar yang bagus. Tapi tetap saja!

Aku segera berlari menuju kamar yang biasa kumasuki, lalu menggedor-gedor pintunya.

Cain yang sedang mengusap matanya, memandangku ngantuk. "Ya, ada apa sepagi ini?"

"Hei, kenapa malah memindahkanku kesini?!" protesku.

Cain memandangku tanpa berkedip. "Katanya kau lelah, jadi aku meminta Ayah memindahkanmu. Dengan begini Aeselyn nggak bakal lelah!"

Dia mengucap dengan semangat. Sementara aku hanya menatapnya nggak percaya.

"Aku memang bilang begitu, tapi kan..."

Hah....seharusnya aku nggak bicara macam-macam.

"Jadi kita bisa bermain setiap hari!!"

Itu ide paling buruk yang pernah kudengar!!!

***

12.12.20

I'm not A Princess, But...Where stories live. Discover now