Bab 1. Kenalan Baru

52 34 15
                                    

Seorang gadis menaruh segelas bir pada meja di ujung bar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis menaruh segelas bir pada meja di ujung bar. Dia hampir saja memuntahkan minuman aneh itu. Baru sekali tegukan, tapi ia sudah menyerah. Bukannya tak kuat, minum alkohol memang bukan kebiasaannya. Ia terbiasa menjalani hidup sehat.

Entah apa yang membuatnya kini berada dalam sebuah bar dengan keramaian yang ia sendiri tidak menyukainya.

"Rania sialan!" umpatnya.

Seorang gadis bernama Rania datang mendekatinya, sepertinya ia telah meneguk beberapa alkohol. Rania mulai meracau kata-kata tidak jelas.

"Syila lo itu gimana sih? Gue udah capek ya deketin lo sama banyak cowok. Lo apain itu cowok-cowok, kenapa mereka pada kabur, hah?"

Syila hanya mendengarkannya acuh. Ia menatap sekeliling berharap segera menghilang dari tempat itu. Rania memang sudah mabuk meski belum separah biasanya. Iya, biasanya ia akan mengatakan hal lebih kacau dari itu. Seperti perlakuan lelaki yang kurang ajar padanya padahal baru kenal. Lalu berujung pada ia yang marah-marah sendiri.

Untuk kali ini pertanyaan Rania normal. Kalau tidak mabuk memang seperti apa ucapan Rania? Jika pertanyaan normal saja dianggap Syila sebagai meracau?

Normalnya ketika tidak mabuk Rania akan berkata sangat sopan dan halus pada Syila. Bukan-bukan, bukan sopan semacam anak muda pada orang tua, tapi lebih ke sahabat yang nggak berani macam-macam sama sahabatnya yang lain.

Iya, Rania memang sangat menghormati Syila. Baginya Syila adalah sahabat + malaikat karena selalu menolongnya ketika dulu ia mengalami masa-masa terburuk di sekolah menengah. Ah, ia benci mengingat hal itu kembali. Pokoknya Syila orang yang amat berjasa dalam hidupnya.

Rania normalnya tidak akan berani mempertanyakan hal seperti itu pada Syila. Toh, Syila memang tidak pernah berbuat macam-macam sampai lelaki yang mendekatinya lewat Rania kabur. Ini bukan salah Syila, tapi salah mereka.

Rania akan dengan sabar, lagi dan lagi, mencarikan seseorang untuk Syila. Bukan apa-apa, Syila sendiri yang memintanya untuk dijodohkan, tapi berujung Syila yang selalu menolak.

"Untuk malam ini udah, yah. Mending kita pulang aja, yuk."

Syila mencoba membantu Rania berdiri. Memapahnya dan menyeret gadis itu pulang. Sebelum Rania benar-benar mabuk atau membuat kekacauan di tempat itu.

"Lo gimana sih? Hah? Lo sendiri yang ngajak gue ke tempat ini, katanya lo pusing, sekarang malah ngajak pulang. Akhhh." Rania mulai lemas dan hampir terjatuh. Untung saja Syila sigap menangkapnya. Untunglah badan Rania kecil jadi ia tidak kehilangan kendali.

Syila memang suka berubah pikiran. Rania benar, Syila yang mengajaknya ke tempat itu untuk menghilangkan stres. Di pikirannya ketika ia bisa senang-senang di sana stresnya akan menghilang. Namun, kenyataannya tetap saja, dari awal ia memang tak suka keramaian percuma juga dipaksakan.

Maaf, Aku Belum Mencintaimu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang