Announcement !
I changed this story name to: Miracle Lune [MiNe] Like it?Please play the song when Yule Ball dance scene.
———————————————
30 August 1821
Verona, Italia. Ia jatuh cinta dengan kota ini, kota yang sering orang sebut-sebut sebagai kota cinta. Kota yang menjadi saksi bisu kisah romansa yang mahsyur, Romeo & Juliet.
"At the end of Romeo and Juliet, Romeo returns to Verona because he believes Juliet is dead. When he arrives at her tomb she appears lifeless, and in his grief he kills himself by drinking poison. Moments later Juliet wakes, and finding Romeo dead, she plunges his sword into her breast."
Draco mendengarkan Hermione yang sedang membacakan bukunya, Tahun ke-tiga. Tidak buruk juga. Mereka duduk berdua di bawah pohon rindang yang melindungi mereka dari teriknya matahari. Memoriam Tree. Tempat kesukaan mereka.
"Jika kita menjalin hubungan asmara, kita tidak akan menjadi Romeo dan Juliet kan?" tanya Hermione membuat dahinya mengerut bingung. Sedetik kemudian ia tersenyum.
"Untuk apa? aku pun tidak ingin. Kita akan menamai kisah kita menjadi Draco dan Hermione."
"Atau lebih tepatnya melarikan diri dari Draco." lanjut Hermione membuat keduanya tertawa kencang.
Beberapa menit kemudian mereka terdiam, sekelompok trubadur pulang dari teater melewati mereka. Mereka bersama-sama melakukan akrobat, bernyanyi bahkan melakukan ketangkasan bola.
"Apa yang mereka lakukan?" tanya Draco membuatnya menoleh. "Mereka trubadur, mereka datang ke puri untuk menghibur para ksatria dan keluarganya."
"Untuk apa?" Hermione memutar mata malasnya, "Perang. Perang sudah dimulai, sudah semestinya mereka butuh hiburan. Bahkan teman-teman ku dari desa Canis Major menjadi badut penghibur di puri."
Mata silver Draco membola, "Kau berteman dengan rakyat?" Hermione menghela napasnya dan tersenyum. "Ya, Meski kau tahu betapa hinanya derajat seorang putri seperti ku. Terkadang.. terkadang aku ingin memilih untuk menjadi seorang rakyat biasa."
"Dan rapat tahun lalu menyatakan bahwa kami akan mulai peperangan. Aku sudah berjanji untuk mengubah segalanya jika keluarga ku dalam bahaya namun, sudah terlambat."
Draco masih diam, andai ia jugavbisa memilih jalan hidupnya. Maka ia tidak ingin lahir, tapi Hermione adalah salah satu alasan mengapa ia merasa hidup. Gadis itu terisak dalam diam.
"Granger.."
Draco mendekat dan memeluknya, Hermione dapat mendengar detak jantung sahabatnya itu. Apa yang ia lakukan? Draco akan menjadi pangeran yang hina karena sudah memeluknya
"Growth is painful, change is painful. If one day you lose something, you can only see me in the dark."
Bisiknya.
Air matanya berhenti mengalir, "Ini bukan lah akhir, masih banyak kesempatan lain. Air mata mu tidak akan merubah keadaan jadi tolong bangkit dan tersenyum lah." Lanjut Draco sambil memalingkan wajahnya
Dengan perlahan Hermione melepaskan pelukannya dan menatap Draco yang tidak ingin menatapnya. Cup. Si pirang merasakan pipinya menyentuh sesuatu yang lembut.
Apa Granger menciumnya?
"A-apa yang kau lakukan?" Tanya Draco dengan wajah yang memerah padam seperti bunga mawar di halaman kastil. Atau mungkin lebih merah?
"Mencium mu, sebagai ucapan terima kasih." Hermione menunduk, lalu ia berdiri dan merapikan gaunnya dan pergi dari sana.
Setelah seperti itu, ia meninggalkan Draco? Karena tidak terima ia pun berteriak, "Hey kau mau kemana?" Gadis itu berbalik arah,
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Lune • Dramione
Fanfiction[CHANGING PLOT] Prince Draco fell in love with an enemy he had to avoid, plus he had to become king at a young age Fairy Tale of Draco and Hermione "Did marry me truly worth started a war?" "Yes." Bloodshed, shredded poetry, the death of morning sta...