Hari ini hujan deras. Maklum, sudah masuk musim penghujan. Suasana dingin terasa menusuk tulang. Aku dan Seli sedang menikmati bakso di kantin, Seli yang ajak. untuk menghilangkan rasa dingin, katanya.
Aku dan Seli duduk berhadapan di tempat biasa. Ali? Si biang kerok itu sudah 3 hari bolos. Entah apa yang dilakukannya di basement kesayangannya itu.
"Aduh, Sel. Kapan coba baksonya dimakan?" Aku gemas melihat Seli yang daritadi hanya bulak balik menambahkan kecap dan sambal ke mangkuk baksonya, membuat kuah beningnya menjadi hitam.
"Habisnya, rasanya gak pas terus Ra. Baksonya nyebelin kayak Ali." Aku tertawa kecil. Dasar Seli, ada ada saja.
"Eh, Sel. Ngomong ngomong soal Ali, Nanti pulang sekolah kita ke rumah Ali, yuk!" Ajakku, sambil menyesap es jeruk.
"Kamu mau apa kesana, Ra?" Tanya Seli sambil menyuapkan bakso kedalam mulutnya.
"Aku mengkhawatirkan Ali, Sel. Apa yang dia perbuat di basementnya itu? Aku takut dia melakukan hal yang berbahaya untuk dunia paralel." Sahutku.
"Bilang aja kangen, Ra." Seli nyengir tanpa dosa ketika mengatakannya.
"Enak saja! Aku tidak kangen si kusut jarang mandi itu, Sel. Malah ketiadaan nya 3 hari ini membuatku tenang, setidaknya aku tidak perlu mendengar teriakan fansnya ketika dia berlagak jago main basket. Cih, itu menyebalkan sekali. Norak."
"Cemburu bilang, boss" Seli tertawa, menertawakan tingkahnya sendiri. Astaga, dia menyebalkan sekali. Aku mengacungkan sendok. Mengancam.
"Kamu jangan keseringan sensi sama Ali, Ra. nanti jadi cinta lho..." Seli tidak peduli sendok di genggamanku yang sudah teracung ke arahnya, kali ini aku benar benar menimpuknya. sial! Seli menghindar, sendoknya melayang ke arah mamang bakso.
PTAAK!
"Aduh, jangan di lempar lempar atuh sendoknya, rugi nanti mamang." Mamang bakso bersungut sungut. mengusap dahinya yang tadi telak dihantam sendok. untung saja mamang bakso mengenalku, Seli, dan Ali - malah katanya dia ngefans sama Ali. Jadi dia tidak marah. Aku nyengir lebar, meminta maaf.
Ali POV
Kemarin, Pukul 23.11
"Ayolah..." aku menekan beberapa tombol lagi, ini percobaanku yang ke 23 kali. Layar hologramku berkedip.
"Ah. Menyebalkan!" aku menatap nanar layar hologramku yang lagi lagi hanya menampilkan tanda silang merah besar. ILY mendekat, mendesing halus.
"Sudahlah Ali , sebaiknya kamu istirahat. Ini sudah larut, besok kamu harus sekolah." Aku meliriknya sebal.
"Sebaiknya kamu juga mengganti bajumu. Itu sudah seharian belum diganti."
"Kamu juga belum makan, Ali ."
"Berhentilah cerewet ILY! Dasar kapsul menyebalkan!" aku berseru, emosiku benar benar tidak terkontrol. ILY mendesing, kali ini agak kasar. Dia pasti sebal diperlakukan seperti itu.
Aku hanya menuruti satu dari tiga perintah ILY, yaitu tidur. Dengan perut keroncongan dan baju yang belum diganti aku segera terlelap.
...
"Ali, bangun. Kamu harus sekolah hari ini. Ali, bangun!" belalai ILY mengguncang bahuku. Aku enggan membuka mata, bukan karena aku masih sebal kepadanya tapi mataku memang sulit dibuka, aku pusing sekali.
"ILY, bisakah aku tidur sebentar lagi?" tanyaku lirih, ILY menyadari suaraku yang tidak terdengar seperti biasanya.
"Kamu sakit, Ali ?" tanyanya. Aku bergumam, "Sepertinya iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengungkap
FanfictionMenceritakan petualangan mereka membantu Tuan Muda Ali mengungkap suatu rahasia. Rahasia apa kira kira? Apakah mereka berhasil? Kali ini bukan hanya kemampuan bertarung yang di uji. Mereka membutuhkan kekuatan lain.kekuatan apakah itu? Temukan kisa...