Tempat Bernaung

467 72 4
                                    

Me PO

"Jadi aku akan tinggal disini?" aku bertanya tanpa menatap sang lawan bicaraku. Aku hanya kepada bangunan yang cukup besar didepan sana.

"Jadi, rumah siapa ini?" kembali lagi bertanya tanpa menunggu jawaban pertanyaanku sebelumnya. Orang disampingku saat ini hanya menghela nafas lelah.

"Untuk kesekian kalinya. Ya, kau akan tinggal disini. Dirumahku, bersamaku." tutur orang disampingku dengan lelah. Memang, sedari tadi aku menanyakan dua pertanyaan yang sama. Terlalu terkejut dan tidak menduga jika aku akan bernaung dirumah ini bersamanya.

"Ingat. Kau ada dalam pengawasanku." tepat saat aku akan kembali bertanya dia berkata demikian, seolah tak ingin mendengar lagi pertanyaan-pertanyaan ku.

Aku terkekeh melihatnya yang tampak sekali lelah meladeni ku. Rambut putihnya itu semakin beruban kurasa. Hahaha.. Dia pasti sangat kerepotan mengurus ini dan itu.

"Baik. Aku mengerti." tukasku sambil tersenyum kecil.

"Bagus. Ayo masuk. Maaf jika berantakan." ajaknya dan berjalan mendahuluiku didepan. Dia membukakan pintu yang terkunci dan masuk. Aku hanya mengikutinya dari belakang.

'Ck! Berantakan apanya?' batinku berdecak sebal tatkala melihat keadaan rumah bergaya khas Jepang itu yang begitu rapi dan bersih. Berbeda sekali dengan kamarku yang terlihat seperti kapal pecah, atau mungkin lebih dari itu? Sudahlah..

"Apa ini mengecewakan mu?" tanyanya menyebalkan seolah mengejek keterpanaan ku.

"Hmph! Tidak sama sekali." dengusku kecil dan menjawab datar. Dia tampak tersenyum simpul seolah memaklumiku.

"Duduklah disana. Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan." akupun menurutinya dan duduk diatas bantal dengan meja pendek di depanku. Kalian bisa membayangkannya, bukan? Pria berambut uban itu juga duduk diseberang sana. Menatapku dalam dan berdehem pelann untuk memulai percakapan.

"Kau terlihat seperti orang tua." ujarku datar saat mendengar deheman nya itu.

"Benarkah?" tanyanya dengan nada tertarik.

"Tentu saja. Maksudku, lihatlah rambutmu yang sudah memutih itu." jawabku sarkastik. Aku tak mengerti kenapa setiap bersamanya nada bicara ku itu sungguh berubah menjadi menyebalkan. Tapi kurasa itu memang bawaan. Hahaa lupakan itu.

"Yaa.. Kau bukanlah yang pertama mengatakan hal itu." ucapnya dengan nada sedih di buat buat dibalik maskernya itu.

Masker? Kalian sudah tahu siapa dia bukan? Hatake Kakashi. Dan sekarang aku tinggal bersamanya untuk saat ini. Itulah mengapa aku sangat terkejut ketika ia berkata jika aku akan tinggal bersamanya ketika sedang berjalan di ujung tangga bersama Naruto. Naruto juga hanya bisa berteriak heboh mendengar nya. Ah telingaku harus bertahan jika bersama Naruto.

"Lupakan tentang rambutku.. " tiba tiba nada suaranya berubah serius seperti waktu aku di interogasi "..ceritakan tentang dirimu." lanjutnya menatapku dengan mata menyipit.

Aku tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi, dan aku harus memutar otak untuk menghadapi nya dengan pintar.

"Aku hanya seorang gadis kecil yang entah mengapa bisa berada disini. Tersesat di dalam hutan dan hampir terbunuh. Yaa walaupun aku sempat bunuh diri.. " jelasku singkat dengan nada santai.

Kulihat dahinya menyernyit seolah tak mempercayaiku. Memangnya apa yang dia harapkan? Aslinya memang seperti itu bukan? Dia juga tahu hal itu.

"Maksudku, darimana asalmu, apa tujuanmu.. " Kakashi mencoba menjelaskan apa maksudnya. Seharusnya bilang dari tadi. Ck! Membuat ku bingung saja.

The Impossible Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang