Terbangun

900 81 4
                                    

NORMAL POV

Gadis bernama Melly itu tertunduk diam, entah mengapa mood nya tiba-tiba berubah. Memang hal itu sudah biasa terjadi pada dirinya. Tapi, hal itu tak jarang membuatnya kesal kepada dirinya sendiri.

Melly pulang setelah jam kelasnya berakhir. Dia terlihat buru-buru berjalan, ketika angkutan umum memberhentikan perjalanannya saat sudah sampai di tujuan. Dia ingin segera sampai di rumah dan ke kamar untuk tidur. Sedari tadi pikirannya melayang memikirkan alas tidur nya yang menggoda untuk di tiduri. Entahlah.. Hari ini sungguh melelahkan sekali untuknya. Hey! Padahal jam pelajaran banyak yang tidak masuk, jadi untuk apa alasan lelah itu. Tapi tetap saja, walau mata memaksa terbuka jika otak sudah merasa lelah kita harus apa? Tentu saja beristirahat dan tidur seperti gadis kita satu ini, yang perlahan-lahan menutup kelopak matanya lalu tertidur pulas.

.

.

.

Dahi kecokelatan Melly menyernyit kecil dan membuka matanya secara perlahan. Tidurnya terganggu kali ini. Tidak biasanya ia terbangun oleh suara burung-burung dan rasa panas yang cukup menyengat di kulitnya.

"Ugh! Kenapa berisik sekali?!" dia menggerutu sambil mengucek matanya yang masih mengantuk, "Panas!!" tambahnya dengan sebal.

"Eh?!"

Melly sedikit memekik terkejut melihat pemandangan tanah hijau dan pepohonan hijau yang cukup tinggi. Jangan lupakan langit biru cerah dan suasana yang berbeda seperti dalam gambar dua dimensi.

"Kenapa aku ada disini?! Bukankah aku tadi di kamar?!" Melly bertanya kepada dirinya sendiri.

Untuk seukuran manusia yang terkejut. Melly cukup terlihat tenang walau jantungnya berdebar kencang di tengah kebingungannya. Berusaha bangun dan menepuk-nepuk pakaian belakangnya yang terkena debu tanah itu. Dan gerakan kasar terhenti ketika ia menyadari sesuatu.

"HAH?!!!" dia berteriak kencang ketika menyadari perubahan pada tangannya yang entah mengapa terlihat seperti anime yang sering dia lihat. Bukankah tadi aku sudah menyebutkan tentang dua dimensi?

Kulitnya yang kasar sekarang terasa halus berwarna kecokelatan di balut dengan baju jaring berlengan setengah kaus yang berwarna coklat kehitaman. Dia meraba wajah dan kepala nya, dan matanya membulat ketika kepalanya tidak tertutupi sehelai benangpun.

"Dimana penutup kepalaku?!" paniknya sendiri, keringat dingin mulai terasa di tengkuk nya itu.

"Bisa gawat kalau ada sensei yang lihat!!!"

Ingatlah,dia seorang siswi yang wajib memakai penutup kepala untuk menutupi rambut yang tidak bagus itu. Umh, lupakan kepanikan Melly yang berusaha menutupi rambut panjang bergelombang nya sekarang itu. Tanpa menyadari sesuatu yang tajam melesat dari arah samping kiri yang hampir tepat mengenainya.

"A-!"

Mencari benda apa yang barusan melesat itu dan ternyata adalah sebuah pisau berbentuk tak asing di ingatannya tertancap sempurna di pohin dekat tempat nya bernaung tadi.

'Pisau ini tak asing.' bergumam kecil sambil berpikir hingga akhirnya ia tahu jika-

"Bukankah ini kunai?!!" jeritnya ngeri.

"Itu memang kunai." sebuah suara berat menginterupsi kegiatan Melly menatap kunai itu, Melly mencari sumber suara namun ia tidak menemukan siapun di rimbunan tengah rimbunan pohon ini. Membuat Melly berpikir apakah ada hantu disini?

"Aku disini bodoh!" suara itu kembali terdengar lebih jelas kali ini. Berarah dari atas pohon-pohon besar itu. Dan disana, dia melihat orang yang berdiri sambil memegang kunai dan bergestur seolah sedang bersiap untuk menyerang. Tunggu! Menyerang?

The Impossible Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang