Interogasi

503 74 6
                                    

Me POV

Apa dia pikir aku bodoh? Atau ini hanya alibi mereka untuk mengelabui ku? Disini, aku terbangun hanya membawa diri saja. Tidak terlahir murni di dunia ini dengan kekuatan dan kekayaan. Jadi apa yang ingin mereka lakukan kepadaku? Memutilasiku dan memberikan potongan tubuhku kepada hewan buas di hutan lebat sana?

"Untuk gadis seumuran dirimu, kau cukup pintar dalam menganalisa." Kakashi sensei tersenyum, dia sedang mengejekku atau apa?

"Aku tahu jika kau mengetahui sesuatu yang tidak kami ketahui. Sesuatu yang besar." Sesaat itu suara Kakashi Sensei berubah serius seolah menyeimbangi suasana tegang disini yang kuciptakan sendiri. Tapi aku tidak takut Entah mengapa justru aku malah tertarik dengan perbincangan ini.

"Apa yang akan kau lakukan jika aku tahu?" tanyaku sambil menyunggingkan bibir, mencoba mengejek keadaan ini.

"Tapi aku tidak bisa mengatakannya padamu." Lanjutku sambil menyeringai dan pria bermasker itu hanya menatap datar diriku memajukan tubuhnya dan duduk tepat di depanku.

"Untuk itulah mengapa aku ada disini.." nada bicaranya kembali mengambang. "Kau sekarang berada dalam pengawasan ku. Tentang kau yang tidak bisa mengatakannya padaku itu memang benar, dan aku pun tak bisa menggali pikiranmu lebih dalam lagi. Tapi kita akan mencobanya sebisa mungkin." pria dewasa bermasker itu memajukan wajahnya padaku sehingga kini jarak wajah kami hanya tinggal beberapa cm saja. Aku terkejut ketika melihat tingkah Kakashi Sensei saat matanya menatap jauh nan dalam mataku membuatku tak bergerak dan aku pun berkeringat dingin secara perlahan.

Dia menjauhkan wajahnya. Aku tidak menyadari entah sejak kapan mata kiri sang Sensei Naruto itu terlihat dan tidak ditutupi oleh maskernya memperlihatkan bola mata Sharinggannya. Jangan lupakan aku yang sedang terengah-engah, sesaat setelah Kakashi-sensei menjauhkan dan memutuskan kontak matanya denganku. Aku tidak sadar dengan apa yang sedang ia lakukan. Aku hanya merasakan efek samping atas perbuatannya itu.

"Hah! Hah! Hah!" Nafasku terdengar pendek merasakan lelah entah karena apa.

"Gelap. Kau benar-benar kosong." tukas Kakashi sensei sambil memejamkan sebelah kelopak matanya. Terlihat juga dia sama berkeringatnya denganku. Bedanya, dia tidak terengah-engah sepertiku.

"Kau mencoba menggali informasi lewat mata itu? Dengan menyelam kealam bawah sadar bermedia mata sang tersangka, huh?" Tanyaku sarkas karena kesal, setelah aku berhasil menormalkan deru nafasku yang sedikit memburu.

"Kau tahu tentang hal itu?" Ha! Dia terkejut ternyata.

"Kau yang bilang jika aku mengetahui sesuatu, bukan?" Tersenyum bangga ku perlihatkan padanya. Hehehe.. Untung saja aku menonton episode itu.

"Dan kau bahkan menyebut dirimu 'tersangka'. Apa kau mengakui jika dirimu itu adalah penjahat?" penuturan itu membuat senyuman banggaku hilang. Kakashi mencoba bermain kata denganku. Aku terdiam tidak membalas, tak ingin semakin di ejek olehnya.

"Mengejutkan. Tekhnik ini sebenarnya hanya diketahui oleh para Anbu." Menggeleng pelan Kakashi menutup sebelah mata Sharinggannya kembali.

'Anbu? Para ninja pengintip itu?' batinku dongkol. Kakashi, ia berdiri membalikan tubuhnya seolah dia akan pergi dari tempat ini dari ruangan yang lembab nan dingin ini.

"Tunggu! Kau akan pergi?" tanyaku saat melihat Kakashi sensei akan pergi. Padahal ia baru saja berbincang hal yang menyenangkan dan aku akan sendirian lagi? Oh ayolah..

"Yaaa, aku akan pergi untuk mengurus beberapa hal." jawab nya sambil mengusap rambut yang seperti beruban itu tanpa mempedulikan reaksi ku. Tapi sebelum dia menyentuh knop pintu, kulihat dia berhenti dan menoleh kembali kearahku. Semoga saja dia berubah pikiran.

The Impossible Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang