Pelukan Pertama

18 3 0
                                    

Penulis Ringring akhirnya tiba di sebuah gedung penyiaran tempat beberapa aktor dan artis bekerja. Meski dia seorang penulis naskah terkenal dia memang jarang sekali datang ke tempat ramai untuk sekedar pembacaan naskah awalpun dia akan mempercayakannya kepada Manda, bahkan di acara penghargaan jagganim terbaik, dia juga tidak hadir dan diwakilkan oleh Manda asisten pribadinya.

Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah agar dia tidak ketahuan Bundanya dan Mas Arsyada bahwa dia masih di Indonesia. Tentunya ada alasan kuat kenapa Bunda Ratu ingin menjauhkan Canda dari Mas Arsyada Kakaknya sendiri.

Begitu tiba di ruang audisi tidak sengaja ia berpapasan dengan seseorang laki-laki tampan dengan tinggi kurang lebih 180-an, kulit putih mulus dan bersih, laki-laki itu seperti sebuah maha karya yang dihiasi sepasang mata yang indah dan bibir yang merah merona.

"Jika dilihat dari visualnya sepertinya orang itu bukan orang biasa, mungkin seorang aktor ataupun model." kata Canda membatin.

Entahlah kenapa tiba-tiba Canda memikirkan laki-laki yang baru beberapa detik ia temui. Tatapan mata mereka beradu untuk beberapa detik, dan Canda menyadari sedikit terbawa suasana kemudian langsung berpaling.

"Siapa dia? Tatapan matanya membuatku merasakan aliran listrik menyengat di dadaku." Canda bertanya-tanya dan langsung menuju ruang audisi.

Begitu ia memasuki tempat audisi, Mas hanung sang sutradara sudah bersiap dan langsung berdiri menyambutnya. Tentu saja Mas Hanung sudah bertemu beberapa kali dengannya meski belum mengetahui nama aslinya. Canda memang bertemu sutradara sekali untuk membahas naskahnya setiap ada proyek film baru.

"Selamat datang jagganim, suatu kehormatan anda mau datang." Mas Hanung mengajak Canda bersalaman.

"Terimakasih, bisa kita mulai." ujar Canda tanpa berbasa-basi. Canda memang memiliki karakter yang kuat, dia tidak suka berbasa-basi.

"Tentu saja ... silakan duduk di sini jagganim!" 

Audisipun dimulai peserta pertama dipanggil untuk masuk ke dalam, mereka mulai berakting sesuai naskah yang sudah disediakan oleh panitia.

Penulis Ringring begitu tenang dan menghayati setiap akting setiap peserta audisi, sampai kepada giliran nama Jevi Nugraha dipanggil.

"Jevi Nugraha peserta 010!" teriak staf yang bersiaga di pintu masuk ruangan.

Seorang laki-laki tinggi, rambutnya dicat pirang, mengenakan kaos polos berwana hitam melangkah dengan kaki lebarnya memasuki ruangan. Rupanya seorang laki-laki tadi yang sempat beradu mata dsn yang sempat memberi aliran listrik di dadanya.

"Jevi Nugraha apa motivasimu mengikuti audisi ini?" tanya Mas Hanung.

"Saya seorang idol, saya melakukannya demi adik saya." jawab Nunu.

Mendengar jawaban Nunu, Canda hanya diam. Dia langsung saja ingin Nunu memulai bakat beraktingnya. Siapa sangka, baru sebentar Nunu menunjukan aktingnya, Panulis RingRing langsung meminta Nunu menghentikannya. Canda merasa Nunu tidak sepenuh hati, Nunu hanya makukan itu lantaran adiknya. Bukan karena dari dalam hatinya sendiri. Canda tidak ingin menerima aktor yang bermain setengah-setengah, ia ingin aktor yang totalitas agar aktor tersebut mampu masuk ke dalam cerita yang ia buat.

Wajah Nunu terlihat merah padam, mungkin dia sangat kesal waktu itu. Namun Canda dan Mas Hanung tidak berpikir untuk melihat bakat Nunu lebih lama lagi. Peserta selanjutnya dipanggil untuk memasuki ruangan, mau tidaj mau Nunupun harus terima bahwa ia harus menyudahi harapannya untuk menunjukan akting lebih di depan Canda.

🍀🍀🍀🍀

Dengan perasaan kesal Nunu keluar dari ruang audisi, harga dirinya terasa melebur bersama butiran debu. Seorang Nunu idol tampan harus disepelekan seperti ini. Nunu tidak bisa menahan rasa panas di pipinya, matanya ikut memanas dan mulai berair.

Penulis RingRingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang