BAB 16

3.8K 393 42
                                    

Hari-hari selanjutnya berjalan dengan baik. Punggung Arion sudah sembuh dibantu perawatan oleh Raka yang sudah berpengalaman tentang luka. Di sekolah pun kegiatan Arion tidak ada yang menggangu. Arion sampai bertanya pada Raka apa yang dilakukannya pada warga sekolah.

"Gak ngapa-ngapain kok. Emang aku ngapain?"

Ucap Raka dengan wajah polosnya waktu ditanya. Jika tidak memandang Raka lebih tua darinya Arion ingin memukul sekali saja kepala Raka.

Sekarang mereka semua sedang makan di kantin. Menyatukan dua meja panjang agar leluasa untuk makan.

"Eh kalian jadi sparring futsal sama anak XII IPA?" tanya Gayatri.

"Jadi, dua minggu lagi di GOR biasa. Jangan dateng lah kasian nanti liat jurusannya kalah." ucap Adnan.

Anak-anak Home Squad yang berjurusan IPA pun langsung memaki Adnan. Seenaknya berbicara seperti itu.

Disini memang hanya aja 2 jurusan saja. IPA dan IPS. Bahasa dulunya ada tapi karena kebijakan sekolah sekarang ditiadakan.

"Mulut lo minta disuapin sambel, Nan." Shaquille bicara santai sambil menuangkan sambel pada baksonya.

Adnan langsung mengatupkan bibirnya dan duduk diam. Ucapan Shaquille itu suka menjadi kenyataan. Adnan tidak mau disuapi sambel olehnya.

"Mampus lo Nan haha." Gilang puas menertawakan Adnan yang jadi pendiam karena ucapan Shaquille.

Dalam acara makannya Shaquille berpikir bagaimana cara membuat IPA menang. Dari kelas sepuluh mereka hanya pernah menang 2 kali. Gilang dan Raka terlalu jago untuk dikalahkan. Rasanya harga diri sebagai anak IPA perlu diperjuangkan lewat pertandingan ini.

Shaquille menatap ke arah depan yang kebetulan Arion sedang duduk di depannya. Kemudian sebuah ide terlintas di kepalanya yang membuat senyum miring tercipta di bibirnya.

"Gue yakin kali ini IPA bakal menang." ucap Shaquille sambil mengangkat dagunya.

"Atas dasar apa keyakinan lo itu? Gue tau omongan lo kadang suka jadi kenyataan tapi untuk yang ini gue ga percaya." Adnan menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Shaquille memutar matanya malas, "Ya udah sih liat aja nanti."

***

Jam terakhir pelajaran olahraga itu tidak enak. Sehabis makan perut menjadi kenyang menyebabkan malas gerak, cuaca yang panas ditambah sekarang percobaan praktik atletik.

Arion mengerutkan dahinya menangkal panas yang menyengat. Untung dirinya sudah memakai sunblock sebelum ke lapangan. Terlebih kenapa guru olahraga ini lebih memilih lapangan outdoor daripada indoor. Arion menggerutu dalam hati.

Mereka berbaris menerima instruksi untuk nanti praktik terlebih dahulu. Kemudian merentangkan tangannya untuk memulai pemanasan. Mereka punya kebiasaan sendiri untuk menghitung gerakan. Seksi olahraga akan memimpin didepan kemudian diikuti oleh yang lain.

Mereka memulai pemanasan dari kepala dulu.

"Satu tambah satu!"

"DUA!"

"Tambah satu!"

"TIGA!"

"Tambah satu!"

"EMPAT!"

"Kali dua!"

"DELAPAN!"

Berganti gerakan dan mereka akan menghitung seperti itu. Saling berteriak siapa yang paling kencang. Lebih seru dari pada hitungan yang biasa.

(✓) CONNECTING LINE [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang