BAB 9

3.1K 313 7
                                    

Arion sedang mematut diri di depan cermin, senyumnya tidak pernah luntur sedari tadi. Hari ini kencan kali keduanya setelah pacaran dengan Raka. Tadi malam Raka ke rumahnya dan bermain sebentar kemudian mengajak Arion untuk jalan-jalan hari ini. Jam sepuluh pagi adalah waktu yang mereka tetapkan untuk pergi.

Mengoleskan pelembab di bibirnya, Arion sudahlah siap sekarang. Menatap jam dinding, ternyata masih ada waktu sekitar 30 menit lagi. Sepertinya Arion terlalu bersemangat untuk kencan pertamanya.

Pintu kamar diketuk pelan, Arion menolehkan kepalanya. Sosok sang Mama membuka pintu dan menghampiri Arion. Berdiri di belakang Arion, saling berpandangan di depan cermin. Mama tersenyum lembut yang dibalas senyum kotak oleh Arion.

"Bahagia banget mau jalan sama pacar." Mama mengusak pelan surai cokelat Arion.

"Kok?" Arion mendongakkan kepalanya, merasa heran darimana Mama tahu dia sudah berpacaran dengan Raka.

Mama berpindah menjadi duduk di kasur. Arion menyamping agar lehernya tidak pegal menoleh ke arah Mama terus. Mama mengambil tangan kanan Arion, menggenggamnya di atas paha.

"Anak Mama udah besar ya. Udah tau pacar-pacaran." Mungkin terdengar seperti menggoda Arion, tapi nada yang digunakan Mama cenderung sedih. Tatapan matanya pun terlihat sendu memandangi tangan Arion.

Melihat ada yang tidak beres dari sang Mama, Arion mengulurkan tangan kirinya dan kini mereka saling menggenggam satu sama lain.

"Mama kenapa?" Arion memandang Mama dengan wajah khawatir.

Mama tersenyum menenangkan, "Gak kok, gak papa."

Arion tidak percaya, dia terus memandangi wajah sang Mama. Menuntut penjelasan secara halus. Mama tertawa melihatnya.

"Mama cuma ngga nyangka aja, dek."

Arion menaikkan sebelah alisnya heran.

"Pacar kamu itu, Mama gak nyangka dia bakal serius banget sama kamu. Semalem sebelum nemuin kamu di kamar. Dia ngajak ngobrol Papa sama Mama dulu."

Beliau pun menceritakan kejadian semalam dimana Raka yang meminta restu padanya dan sang suami. Arion yang mendengarkan cerita sang Mama pun berkaca-kaca. Dia tidak tahu kalau Raka bakal seserius itu dengannya.

"Semoga kalian selalu bahagia ya."

"Makasih, Ma." Arion beranjak untuk memeluk sang Mama yang membalasnya dengan hangat.

Sedang asyik saling berpelukan, bel rumah yang ditekan membuat mereka berdua melepas pelukannya.

"Pasti Raka. Ayo samperin."

Mereka turun ke bawah, Raka sedang berbincang dengan Papa di ruang tamu. Melihat Arion yang menuruni tangga digandeng Mama membuat Raka tersenyum. Arion menghampiri Raka dan duduk disampingnya.

"Papa lega kamu bawa mobil, kalo di motor walaupun cepet sampe tapi Papa kurang suka." terang beliau.

"Iya Pa. Kebetulan mobil ayah lagi gak dipake. Jadi Raka pinjem dulu." jelas Raka.

"Kakak bisa mobil?" Arion membulatkan matanya tidak percaya.

"Bisa. Kenapa mukanya gitu?" tanya Raka sembari menahan gemas.

"Gak nyangka aja Kakak bisa bawa mobil."

"Kalo bawa gak bisa. Berat." goda Raka.

"Iiishh."

Raka hanya tertawa mendengarnya.

"Udah punya SIM Raka?" Mama bertanya.

"Udah kok Ma. SIM C sama SIM A udah punya."

(✓) CONNECTING LINE [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang