BAB 23

3.3K 390 63
                                    

Ini hari Jum'at terakhir sebelum libur semester ganjil. Para siswa ditugaskan untuk membersihkan ruang kelas masing-masing. Tapi ya seperti itu, ada yang bersih-bersih, ada yang bisanya memberi perintah saja. Bahkan banyak anak lelaki yang justru sibuk bermain sepak bola di lapangan.

Kevin tidak termasuk ke dalam anak yang bermain sepak bola. Ia sedang duduk selonjoran di lorong depan kelasnya bersama teman-temannya. Ia diam-diam memperhatikan Arion yang sedang membantu kawannya yang lain membersihkan ruang kelas.

Sebenarnya ia merasa jenuh. Total sudah 3 hari ini dia merasa Arion sedang menjaga jarak cenderung menghindari dirinya. Ketika ia ingin berdekatan atau sekedar menyapa saja pasti akan ada yang mencegah Arion berlama-lama dengannya. Kevin muak.

Kali ini ia bertekad untuk bisa berbicara dengan Arion. Tidak ada waktu lagi selain hari ini, maka Kevin akan mengungkapkan isi hatinya sekarang atau dia akan gila karena memendam perasaan terlalu lama. Cinta membuatnya buta.

Kevin berdiri menghadap ke lapangan. Ia bisa melihat Raka yang sedang menggiring bola dan tertawa dengan teman-temannya. Melihatnya Kevin tersenyum miris.

Dasar pecundang, batinnya.

"Ari, bisa buang sampah? Cuma kertas sama plastik doang kok." jelas Lisa.

"Mana? Siniin." kata Arion.

Kevin yang mendengarnya tidak menyia-nyiakan kesempatan. Agar tidak mencolok ia mengulur waktu selama 5 menit baru menyusul Arion. Dirinya langsung mengikuti Arion menuju tempat pembuangan sampah yang ada di belakang gedung tepat di samping gudang lama.

Arion sedang memilah sampah antara plastik dan kertas ke dalam tempat sampah. Ia tidak menaruh curiga apapun pada sekitarnya. Dibelakangnya, Kevin sedang bersandar pada tembok sembari bersedekap. Matanya menghunus tajam memandang punggung Arion.

Ketika sudah selesai, Arion berbalik dan terkejut melihat sosok Kevin didepannya. Dirinya berusaha bersikap biasa saja dengan memberikan senyum simpul pada Kevin.

Saat akan melewati orang tersebut, tangannya di cekal dan dipaksa untuk saling berhadapan. Arion berusaha melepaskan cengkeraman Kevin tapi nihil, kekuatannya tidak seberapa dibandingkan dengan atlet seperti Kevin.

Dirinya mendongak menatap lelaki dihadapannya dengan pandangan kesal.

"Kak, lepasin!" ketus Arion.

Kevin melepaskan cengkeramannya dan dapat terlihat ruam merah di pergelangan tangan Arion.

"Bisa ngobrol sebentar?" tanya Kevin yang sejujurnya sangat ingin Arion tolak.

"Ngobrol apa? Aku masih harus piket di kelas." ujar Arion.

"Cuma mau tanya apa alasan kamu ngehindarin aku terus." terang Kevin dengan nada dingin.

Arion melarikan tatapannya ke segala arah menghindari mata Kevin yang menatapnya tajam.

"Aku gak ngehindar. Cuma perasaan kakak aja kali." kilah Arion.

Kevin mendengus mendengarnya, omong kosong sekali ucapan Arion itu.

Ia menyandarkan punggungnya pada tembok dan memasukkan tangannya pada saku celana. Kevin memandang Arion dengan pandangan mencela.

"Engga ngehindar kata lo? Terus selama tiga hari ini apa kalo bukan ngehindar?" tanya Kevin.

Arion tercengang, Kevin yang ia tahu selalu berkata lembut kini berbicara dengannya dengan nada meledek. 

"Lo pikir gue bodoh gitu gak ngerti maksud lo selalu nolak ajakan gue?" Kevin menunduk untuk menatap Arion lebih dekat berusaha mengintimidasinya.

(✓) CONNECTING LINE [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang