PART 05. HUBUNGAN REY!

107 37 2
                                    


Beberapa hari setelah kejadian itu hubungan antara Rey dan Rahel lost contacts. Rahel yang sibuk dengan tugasnya, dan begitupun dengan Rey.

KAMPUS

Kini Rahel tengah melamun didalam kelas tanpa Ia sadari bahwa pak Revan tengah memberikan penjelasan tentang materi berikutnya.

"Kumpulkan tugas makalah dalam hitungan ketiga udah rampung dimeja saya"

"Satu" para mahasiswa dan mahasiswi sibuk berlarian mengumpulkan tugasnya, ada yang panik karena belum selesai.

"Dua"

"Tiga" Rahel masih sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tidak menyadarinya.

"Woi Rahel" teriak Dita disamping telinganya. Rahel sontak kaget.

"Rahel Dwi Utami" panggil pak Revan dengan suara yang begitu dikenal dengan suara mematikan.

"I-iya pak"

"Kenapa tidak mengumpulkan tugas?" tegasnya dengan tatapan elang.

"Belum selesai pak" cicit Rahel. Pak Revan kembali ketempat duduknya, Rahel menghela nafas lega ia pikir dosen didepannya ini akan mengutuknya menjadi mahasiswi abadi.

Namun yang dipikirkan Rahel salah.

"Keruangan saya sekarang!" Ucapnya mengambil beberapa bukunya diatas meja lalu pergi meninggalkan kelas.

Rahel merutuki dirinya sendiri

"LO KENAPA SIH HELL, SADAR REY GAK PERNAH MEMIKIRKAN LO" batin Rahel sambil memukul buku yang ada diatas meja kekepalanya.

"Lo kenapa lagi sih Rahel" tanya Jerry.

"Paling gak jauh-jauh dari Rey lagi" sewot Dita.

"Kalian semua kenapa sih segitu gak sukanya dengan Rey" jawab Rahel. Ia bingung disatu sisi yang dikatakan oleh temannya memang benar tapi ia belum bisa melupakan Rey.

"Hel, kita semua gak mau Lo kek gini terus" Devi memperjelas dengan lembut.

"Mau sampe kapan Lo dipanggil dosen terus?"

"Ini udah semester akhir Hel, sekarang fokus ke materi dan skripsi Lo" jelas Jerry yang duduk disebelah Rahel. Rahel hanya terdiam.

Benar yang dikatakan oleh temannya itu ia juga sudah berusaha menjelaskan semuanya kepada Rey tapi kenapa Rey selalu menghantui dirinya.

"Udah Sono lu selesaikan masalah Lo dengan Dogan" ujar Dita mengingatkan takut jika sahabatnya yang satu ini menjadi mahasiswi abadi.

"Gue duluan ya" Rahel mendengarkan temannya dan pergi menuju ruang dosen itu. Entah keberapa kalinya ia harus berhadapan dengan dosen yang terbilang killer dan menyebalkan.

Setibanya di depan ruangan yang bertuliskan Revandra Putra Liandra.

Ayo Hel, Lo harus fokus
Mau sampe kapan Lo dipanggil keruangan macan ini.
Ngapain sih pakek mikirin si Rey- Batin Rahel sambil menepuk dahinya dengan pelan.

Tok tokk..

Mendengar ada sahutan dari dalam Rahel membuka pintunya
"Permisi pak"

"Masuk" satu kata yang keluar dari mulut dosen kutub itu yang sedang fokus menatap layar laptop nya.

"Tugasnya?" Ucapnya lagi yang menanyakan tugas Rahel yang belum selesai.

Rahel bergegas membuka tasnya dan mengambil beberapa kertas yang masih berantakan dan meletakkannya diatas meja sang dosen, berharap ia masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki tugasnya. "Ini pak"

Rahel benar-benar pasrah ia akan melakukan apapun asal jangan diskors. Kali ini Rahel tengah merapikan perpustakaan milik Revan.

Rahel yang alergi terhadap debu mulai bersin-bersin dan kulit tangannya mulai muncul kemerahan.

"Udah selesai pak" ucap Rahel bersusah payah menahan bersinnya.

"Ok" ucapnya tanpa berpaling sedikitpun dan melihat keadaan Rahel yang mungkin akan terkena flu.

Tiba-tiba Revan menyodorkan sebuah obat dan air minum untuk meredakan alergi yang dimiliki Rahel.

"Minum"

"Ini obat apa pak" tanya Rahel yang heran, kenapa dosen yang paling tidak memiliki hati kemanusiaan ini bisa mendadak baik kepadanya.

"Anti alergi" Rahel sedikit ragu untuk meminum obat itu, bisa saja kan dosennya ini ingin ia mati muda.

Revan kembali membuka suaranya "Saya gak menaruh obat tidur, jangan mikir macem-macem"

Secepat kilat Rahel meminum obat yang diberikan oleh Revan.

"Terimakasih pak" setelah itu Rahel pergi, ia ingin pulang, kali ini badannya terasa sakit dan kelelahan tapi menurutnya tidak masalah yang terpenting ia tidak di marahin Ayah-nya.

"Hemm"

Setiba dirumah nya Rahel melihat mobil putih yang terparkir di depan rumahnya. Ia sangat mengenali mobil itu. Pemilik nya adalah Rey. Ya kenapa Rey ada dirumahnya.

"Assalamualaikum" ucap Rahel yang melihat Rey tengah duduk di ruang tamu bersama kedua orangtuanya Rahel.

"Sini hel" panggil Aura yang menepuk kursi disebelahnya. Rahel mengikuti keinginan bundanya. Ia bingung ada apa dengan semua ini. Kenapa Rey tiba-tiba hadir di kehidupannya lagi.

"Temenin nak Rey ya sayang, bunda mau siapin minuman buat kalian" ucap Aura lalu pergi disusul dengan Varo yang sedang mengangkat telepon.

"Hel" panggil Rey, Rahel sedikit terkejut. Ia benar-benar tidak mengerti ada apa dengan ini semua.

"Iya kenapa?" Tanya Rahel sedikit ragu.

"Gak usah canggung gitu, aku udah jelasin semuanya ke ayah kamu. Walaupun itu gak mudah setidaknya aku bisa disini menemui kamu" jelas Rey.

"Terus ayah bilang apa?" Kali ini Rahel sangat berfikir Positif, ia mengira ayahnya mau menerima Rey lagi.

"Ayah gak bilang apa-apa"

"Masa ayah diem aja"

"Iya Rahel, aku minta maaf atas semua yang udah dilakukan oleh orang-tua ku"

"Gapapa kok Rey, aku banyak belajar dari semua ini. Tentang rasa sabar, tantang rasa mengalah. Mungkin memang membutuhkan waktu yang tepat untuk meluluhkan hati orang tua-mu."

"Terimakasih udah sabar untuk mempertahankan hubungan ini" mata Rey berkaca-kaca bukan cengeng tapi ini bukti ia sangat mencintai Rahel.

"Mungkin wanita lain gak bakalan sanggup bertahan dengan ini semua, aku beruntung bisa memiliki kamu yang tetap berusaha menjadi yang terbaik walaupun di sakiti." Lanjut Rey dengan tutur pelan sambil mengelus punggung tangan Rahel.

Rahel hanya tersenyum. Setelah itu Rey berpamitan pulang kepada keluarga Rahel.

Setelah Rey pergi, Rahel menanyakan kepada Varo "Tadi Rey bilang apa aja ke ayah"

"Dia bilang kalo dia sayang sama kamu tapi perlu waktu untuk kamu diterima di keluarganya."

"Terus ayah gak marah kan sama Rey" Rahel sedikit bahagia melihat Rey yang begitu gigih memperjuangkan hubungannya.

"Enggak" ucap Varo dan pergi.

Rahel kembali ke kamarnya dan membersihkan dirinya. Kembali menatap nanar tugas yang menumpuk diatas mejanya. "Ayoo semangat Hel, Lo pasti bisa"-monolognya.

Setelah beberapa jam ia selesai, penat? bukan lagi nih otak juga terasa nyut-nyutan.

Rahel tertidur tanpa makan malamnya. Ia harus bangun pagi, ia tidak ingin kali ini dosennya memarahi dirinya lagi.

KEESOKAN PAGINYA DIKAMPUS

Rahel becicit lari, kali ini ia kesiangan. Dengan sekuat tenaga ia berlari menuju kelasnya. Tanpa ia sadari dirinya menabrak dosen dan meminta maaf kepada orang itu.

Hai guys
Gw comeback ada yang kangen
Kalo gak ada ya gapapa kok gw orangnya penyabar

14 September 2023

REVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang