"Hosh-hosh."
Masih cukup pagi untuk dikatakan terlambat. Gadis itu tampaknya sangat antusias menjalani semester baru di kelas 2 SMA sebagai senior.
Memegang jabatan sebagai sekretaris OSIS, tanggungjawab Sara tak dapat dilepas. Dia datang lebih awal—bahkan sekolah masih begitu sepi—agar mempersiapkan banyak hal untuk murid-murid baru.
Sara memperbaiki alur napasnya dan dengan siap membuka pintu ruang OSIS.
Cklek!
Terlihat seluruh pengurus sudah berkumpul di meja persegi panjang. Mereka menatap Sara yang baru datang segera duduk di salah satu kursi, tepatnya di samping ketua OSIS.
"Oke, karena semua udah kumpul, gue mulai. Gue udah bagi tugas kalian masing-masing yang nanti akan memberi pengarahan ekskul dan club di salah satu kelas 1. Kalian diberi waktu 20 menit setelah bel bunyi. Peraturannya simpel, bawa santai sama junior kalian dan jangan ada yang bersikap senioritas."
Hong Jisoo. Dipanggil juga Joshua, pria tampan penuh wibawa ini menjabat sebagai ketua OSIS. Selain itu, ia juga menjadi ketua di kelasnya, membuat reputasi Joshua semakin baik di mata guru-guru juga para siswa.
"Setelah pengarahan, kalian balik ke ruangan ini untuk ambil tas dan langsung kembali ke kelas masing-masing. Sisanya, gue yang urus."
Semua mengangguk paham. Mereka berdiri dan langsung melaksanakan tugas yang telah diberi. Hanya saja, kepergian Sara dihentikan oleh Joshua.
"Kenapa?"
Pertanyaan Sara malah dibalas tatapan bingung oleh Joshua.
"Ck! Gimana sih? Lu, kan, sekelompok sama gue ke kelas 1-2.""Eh? Emang iya?"
"Dasar pelupa! Bantu gue dulu pasang daftar kelas di mading depan, yuk!" ajak Joshua sambil membawa kertas.
Joshua sudah menyiapkan selotip dan gunting untuk memasang beberapa lembar kertas di mading dekat pintu masuk sekolah. Hal ini berguna bagi murid baru kelas 1 maupun kelas 2 dan 3, karena setiap tahunnya kelas di-rolling.
Setelah semua kertas terpasang, Sara mengambil kesempatan untuk mengetahui kelasnya. Senyum tergurat ketika Sara tahu dia sekelas dengan dua sahabat perempuannya.
"Yes! Akhirnya gua sekelas sama Cayla dan Haeya!" Seru Sara.
"Wah, nggak bener nih kalo kalian sekelas," Joshua mengelus dagunya, "bisa-bisa kalian melakukan konspirasi pas ujian."
"Yah, ketahuan."
"Btw, Haeya sama Cayla nggak bareng lu?" tanya Joshua.
Sara mencoba cek jam pada arloji yang digunakan Joshua. Tertera jarum jam mengarah angka 7 lewat, sementara bel berbunyi jam 8. "Mungkin mereka lagi jalan ke sini dari asrama."
° ° °
"Hatchu!"
Dua gadis cantik berseragam rapi itu bersin secara kompak. Mereka tak menghiraukan satu sama lain. Adalah persiapan ke sekolah yang lebih mutlak sekarang.
"Ayo cepet, Cay!"
Haeya berusaha memakai sepatu lalu berdiri di ambang pintu menunggu Cayla secara tak sabar."Ih bentar dulu! Kaos kaki gua mana?! Ini kok bolong semuaaaa?" Cayla berteriak dari kamar.
"Gua duluan, Cay!"
"Bentar! Bentar lagi! Jangan tinggalin gue!" Lagi-lagi Cayla memohon agar tidak ditungguin. Sambil beranjak ke pintu depan, dia memakai kaos kakinya sambil berlari. Namun sayang, Haeya sudah sedari tadi meninggalkan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILIA
Fantasy| hiatus • on going | nyctophilia (n.) love of darkness or night. finding relaxation or comfort in the darkness. ❝ Kiranya kita akan selalu ada, dalam restu Semesta. ❞ #2 - soorin //3.3.2021// #2 - joseph //29.11.2020// #3 - soorin //3.2.2021// #5...