Prologue

144 12 7
                                    

Hari pertama dibulan tujuh, hari Kamis. Seperti yang anak anak SMA lain lakukan bersiap untuk bersekolah, menuntut ilmu atau hanya untuk bermain(?)

Berbeda dengan Choi Minji yang masih tergeletak diatas ranjangnya, masih menikmati mimpinya.

"Bangun dan bersiap untuk berangkat sekolah! Sepuluh menit lagi gerbang sekolah akan ditutup!" kata mamanya sambil mengguncang bahu Minji.

"HAH?! SEPULUH MENIT?! WAAA" seru Minji panik.

Minji bergegas untuk bersiap, memakai seragamnya tanpa mandi terlebih dahulu.

"MA, MINJI BERANGKAT YA." kata Minji sambil membawa sebungkus roti untuk sarapannya.

"Hati hati, nak." balas ibunya.

Minji memesan ojek online, rumahnya memang lumayan jauh dari sekolah.

Sebenarnya, Minji baru pindah kesini. Baru beberapa pekan ia sekolah disini.

Pengalaman apes bagi Minji, hari ini telat kemarin kemarin juga. Memalukan. Tidak begitu memalukan, ini sudah biasa.

Saat tiba di depan gerbang, tenyata gerbang sudah dikunci.

Biasanya kalo Minji telat dia bakal nyogok satpam biar dibukain pintu gerbangnya.

Yaiyalah, masa pintu hati.

Tapi kali ini ga ada satpamnya.

Curiga kerja sama dengan guru.

Atau disogok murid lain juga?!

Mood Minji jadi bad banget pagi ini.

"Eh, lo telat ya?" tanya seorang siswi.

"Gak liat apa?" tanya Minji Si Tipis Kesabaran.

Siswi tersebut hanya mengangkat bahu tak acuh.

"Kita satu kelas kan?" tanya siswi itu.

"Gak tau, mungkin." jawab Minji.

"Ikut gue." kata siswi itu.

"Kemana?"

"Lo mau sekolah gak?" tanya siswi itu.

"Pake nanya lagi." kata Minji.

"Makannya ikut gue." kata siswi tersebut sambil menarik tangan Minji.

"Eh iya, nama gue Giselle. Nama lo siapa?"

"Minji." jawabnya singkat.

"Itu aja?" tanya Giselle.

"Lo cuma nanya nama kan?" tanya Minji balik.

"Iya juga." kata Gisella sambil terkekeh.

Mereka berjalan kebelakang sekolah dan yiba di halaman rumah seseorang.

"Bibi! Bibi, Giselle mau pinjem tangga." serunya.

"Iya ambil aja."

Giselle mengambil sebuah tangga, lalu menyandarkannya ke dinding.

"Ayo, naik." kata Giselle.

"Lo duluan." kata Minji.

Giselle menaiki tangga lalu dilanjut oleh Minji.

Setelah itu mereka pergi kekelas yang sama.

Sudah di depan kelas, Giselle mengetuk kaca jendela.

"Rin, Karina." bisiknya.

Karina menoleh.

Lalu Giselle melirik keguru yang sedang menjelaskan pelajaran.

Seolah mengerti, Karina langsung mengangkat tangannya memanggil gurunya.

Lalu menyampaikan pertanyaan.

Ketika Karina bertanya, Giselle dan Minji masuk mengendap endap.

Giselle sudah berhasil ke mejanya, giliran Minji.

Minji mulai mengendap endap, dan terlihat seorang siswa dihadapannya. Huang Renjun, yang merupakan ketua kelas.

"Bu, Minji telat." lapornya.

"Minji!" panggi guru tersebut.

"Ya, Bu!"

"Kenapa telat?"

"Ketiduran bu."

Seisi kelas ramai dengan tawa.

"Apa gunanya nilai A+ kalau setiap hari selalu datang terlambat?!"

"Maaf, bu." kata Minji menundukkan kepalanya.

"Ini hasil ujian kamu." kata guru itu meletakan kertas diatas meja tempat milik Minji.

Tertera disana nilai A+ yang di coret menjadi C.

"Kalau kamu terlambat lagi ibu tidak segan segan memberi kamu nilai F. Mengerti?!"

"Mengerti, bu."

Semua gara gara, ketua murid sok sok an itu. Awas aja ya. -Minji.

•••

Bab 1 masih pendek ya kan prologue.

Jangan lupa vote dan komen ya.

Delayed; Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang