Apartemen 2

2.3K 107 14
                                    

Aku masih terkesima dengannya.
Melihat penampilannya sesudah mandi dengan rambut gondrongnya yang basah.
Serta simple sekali gayanya.
Hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong, tapi stylenya itu mampu menyihirku 'tuk enggak berkedip melihatnya.
Dingin sekali gayanya....

Kupakai piyama biru yang Azof berikan padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kupakai piyama biru yang Azof berikan padaku.
Lalu ku keluar kamar dan kulihat Azof sedang membuat sesuatu di dapur.
Letak dapur memang kentara sekali dari kamar ini.
Aku memperhatikan Azof, bagaimana sibuknya dia di dapur.
Lalu tiba-tiba dia berbalik dan melihatku sedang memperhatikannya.
"Ini tehnya.. !" katanya dengan semangat berjalan menuju sofa sambil membawa 2 cangkir teh yang sudah dibuatnya.
"Sini, Co ! Malah bengong di situ !" ajaknya.
Aku pun pelan-pelan berjalan dan duduk di sofa.
Kami berdua duduk berhadapan.
"Nih, minum dulu tehnya. Mumpung masih hangat.. " katanya.

Aku meminum teh yang di buatnya sambil memperhatikan wajah Azof yang begitu cool tapi care itu.
Setelah menyeruput secangkir teh,
Azof beranjak dari duduknya, dia mengeluarkan rokok dari saku celananya  dan  berjalan menuju teras samping  apartemennya, memang sih pemandangan malam hari kota Jakarta sangat indah di pandang apalagi kalau dilihat  dari lantai 5 apartemen ini.
Sambil menikmati teh, mataku tak pernah lelah untuk mengikuti setiap gerak-geriknya.
Rasanya banyak sesuatu yang ingin ku ketahui dari dirinya.
Aku enggak suka laki-laki perokok.
Tapi entah kenapa dengan melihat Azof merokok seperti itu, aku merasa suka.

Apalagi dengan rambutnya agak basah terurai seleher itu menambah kesan misterius di dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apalagi dengan rambutnya agak basah terurai seleher itu menambah kesan misterius di dirinya.
Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini terhadap laki-laki sebelumnya,
Karena memang aku jarang berinteraksi dengan kaum seperti mereka.
Tapi saat ini ...
Aku bersinggungan langsung dengan Azof,
Laki-laki yang baru saja ku temui pada hari ini.
Dan kami berdua dipaksa oleh Tuhan harus melewati malam ini di tempat yang sama berdua saja.

Selesai merokok, dia pun duduk lagi di sofa dan berhadapan denganku.
Jarak antara kami berdua hanya di sekat oleh meja sofa ini.
"Tadi lo mau ngomongin kesepakatan area apa ?" tanyanya.
"Hmmmm.. Maksud aku, kita harus sepakat tentang batas area boleh dan enggak boleh kita lewati untuk menghindari hal-hal yang enggak di inginkan. " jawabku.
"Misalnya nih, kesepakatan batas area kita itu sofa ini. Jadi kaki kita enggak boleh melewati batas ini. Ngerti kan ? " jelasku lagi .
"Enggak usah lah !,, lo tidur di kamar aja, biar gue tidur di sofa.  "  ucapnya.
"Tapi biar adil, mending kita undi aja. Kan kamu yang punya apartemen ini,, masa kamu tidur di luar ?! " timpalku, enggak merasa nyaman dengan situasi seperti ini.
"Dan batas area kita harus jelas, supaya kejadian seperti tadi enggak terulang lagi ( kejadian Azof masuk ke kamar saat aku ganti baju) .." kataku.
"Iya,,sorry tadi gue pikir cuma ingin ngasih piyama aja kok. Enggak ada maksud apa-apa !" ucapnya menyesal.
"Enggak usah di batesin, gue tahu diri kok.. 'Tar lo kunci aja pintu kamarnya. Jadi nanti lo bisa merasa aman,,sudah sana tidur, jam 11 nih. Besok kita berangkat kerja bareng !" perintahnya.

RASAKU, KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang