2. The beginning of the story

17 2 0
                                    

'Pertama kali aku bertemu dengannya, kesan yang ia tinggalkan sangat lucu. Spesies yang langka pikirku saat itu, gadis yang sangat tidak terduga, siapa yang menyangka jika kisah hidupku menjadi lebih beragam karena kehadirannya'

Mata vian terpaku pada tangan orang dihadapannya yang menggerakan penanya menari- nari di atas laporan yang sudah ia kerjakan selama sebulan ini. Orang itu terdiam, menghela nafas, kemudian menyerahkan kertas yang telah di bacanya tadi kepada vian.

"Perbaiki sesuai dengan feedback. Kesalahan kamu masih sama, sudah sebulan tidak ada progres."

Vian menghela nafas, bahkan helaan nafasnya pun terdengar tidak bertenaga.

"Mohon maaf bapak, tapi saya sudah melakukannya sesuai dengan arahan bapak, apakah masih seburuk itu?" Vian terlihat lesu, sudah sebulan lamanya tugas mata kuliah ini belum menemui titik terang.

"Baiklah, aku beri kamu kemudahan. Temui bapak Yudi, kamu akan mendapatkan subjek yang tepat untuk penelitian kamu."

Wajah vian yang awalnya sangat suram kini mulai terlihat sedikit cerah dan tersenyum. Ada secercah harapan batinnya.
"Baik bapak, terimakasih banyak.. Kalau begitu saya pamit dan izin mencari pak yudi dahulu ya pak. Mari pak"

Vian berjalan keluar dari ruangan dosen pembimbingnya, dan begitu ia sudah menutup pintunya ia segera bergegas berlari dan mencari sosok yang ia harapkan dapat membawa secercah harapan untuk tugasnya yang sudah selama sebulan ini membuatnya frustasi.

.................................................................

Vian berjalan secara terburu sehingga nampak seperti setengah berlari. Mimpi yang besar juga dapat di mulai dari langkah yang kecil bukan? Benak vian yang membawanya melangkah cepat untuk menuju ruang Prof Yudi. Ia tidak ingin menyia- nyiakan kesempatan.  Banyak yang tahu bahwa Prof Yudi merupakan orang yang sibuk sehingga jarang berada di kampus. Vian yang mendengar bahwa Prof Yudi sedang berada di kampus tentunya tidak membuang kesempatan tersebut.

Mimpi besarnya untuk menjadi orang sukseslah yang membuatnya menjadi sebersemangat ini untuk menuntaskan semua tugas- tugasnya dengan maksimal. 'Vian yang ambisius' merupakan label yang diberikan teman- teman kampus padanya.

Senyum dan perasaan lega meliputi vian ketika melihat pintu ruangan Prof Yudi terbuka lebar.

Namun secara tiba- tiba pintu itu terbuka. Seorang wanita keluar dari pintu dan berlari ke arah vian, dibelakangnya terlihat sosok yang ingin ia temui, Prof Yudi. 

"Waduhh.. Heh kamu! Tolong cepet tangkap dia!" Prof Yudi berteriak kepada vian sembari menunjuk ke arah wanita yang berlari itu.  Dari raut mukanya ia terlihat seperti kewalahan.

"Maaf bapak tapi saya kesini karena rekomendasi dari dosen pembimbing hendak membicaraka terkait tugas.."

"Udah, gampang, nanti saya bantu dan saya permudah. Asal kamu bisa bawa diakembali ke sini."

"Ehh? Mohon Maaf pak saya salah dengarkah?"

"Engg, udah cepetan! gak mau dapat A kah?"

Vian tampak tak percaya dengan apa yang ia dengar, di dalam hati ia bersorak gembira. Untuk apa ia menyia- nyiakan waktu sebulan kemarin jika ternyata menemui Prof Yufi dengan tugas mudahnya dapat membuahkan nilai A.

"Baik pak siap! Akan saya bawa dia segera ke hadapan bapak, secepatnya!" Vian sontak segera berlari mengejar wanita tadi yang sudah hampir menghilang dari mata.

Pandangan mata Vian tentunya tidak lepas dari punggung wanita yang ia kejar tersebut.

Rambut kucir kuda wanita itu bergoyang- goyang seirama dengan langkah kakinya ketika berlari.

Wanita tersebut menoleh, mendapati vian yang masih berlari mengejarnya. Terlihat mulutnya mengumpat kemudian berlari menuju belakang gedung. Sial baginya, bagian belakang gedung itu tidak ada jalan lagi, hanya terdapat satu pohon mangga yang sangat rindang dan besar, tak banyak berfikir, ia langsung memanjat pohon itu.

"Isshh, ngapain sih ngejar saya. Urusan saya kan dengan bapak tua itu, bukan kamu!" Wanita itu memanjat sembari berteriak kepada vian.

Sedikit tersentak dengan teriakan wanita tersebut membuat vian menerka- nerka. Ada hubungan apa wanita tersebut dengan Prof Yudi hingga membuatnya berlari dan berkeringat di pagi hari. Belum selesai rasa herannya, vian kembali terheran- heran memandangi wanita di depannya yang sudah cukup jauh memanjat.


"Mendingan kamu balik, bilang sama bapak tua itu kalau saya tidak mau!" Kini sosok itu sudah memeluk dahan pohon mangga dengan erat, seperti takut terjatuh namun enggan turun.

"Nona, tidak takut jatuhkah? Turunlah dan bicarakan dengan pak yudi.." vian berhenti berfikir sejenak dan mencoba menerka- nerka, ada apa gerangan antara gadis ini dengan Prof Yudi hingga membuatnya kabur berlari hingga memanjat pohon hanya untuk menjauh dari beliau
"Atau jangan- jangan pak yudi melakukan sesuatu kepada nona? Nona butuh bantuankah? Perlukah saya laporkan kepada polisi?"

Tampak panik, wanita itu menggeleng dengan keras "Tidak tidak, bukan seperti itu. Saya hanya tidak mau mendengar ocehannya, jangan lapor polisi."

Heran, vian mengerutkan dahinya. "Lalu nona ada hubungan apa dengan bapak yudi?"
Ragu- ragu vian menandang wanita tersebut dari bawah pohon.. ia menaikan sebelah alisnya dan mengatakan "Apakah nona  daun mudanya pak yudi?"

Mendengar perkataan vian, wanita itu melotot, namun kemudian tersenyum,  "iya saya daun mudanya alias simpanannya! jadi jangan bawa saya ke bapak tua itu, saya mohon.." ucapnya sembari menahan tawa.

Sosok yang dibicarakan berlari terengah- engah ke arah mereka. Pak yudi hanya menemukan vian seorang diri disana.  "Kamu kehilangan dia? Kenapa kamu lama sekali. Dia sekarang dimana?"

Tidak menjawab pertanyaan pak yudi dengan kata- kata, vian hanya mendongakkan kepalanya ke arah pohon mangga, kemudian menunjuk ke arah atas pohon. Pak yudi terheran namun ikut mendongak dan mengikuti arah pengelihatan vian.

"ASTAGA NAK, TURUN! MAU PAPA DI  BUNUH SAMA MAMAH KAMU HA?! KENAPA BISA SAMPAI ATAS SANA SIH NAK?!"

Mendengar teriakan pak yudi, bertambahlah rasa bingung vian, kini ia merasakan pening di kepalanya. Vian membeku, tidak percaya bahwa gadis tersebut adalah anak dari Prof Yudi yang sangat di hormati dan di banggakan Universitasnya.

Kini wanita itu mulai berkaca- kaca, dan berteriak "PAPAA WANDA TAKUTT HUHUHU, INI GIMANA TURUNNYA, WANDA GABISA TURUN PA."

Menepuk jidatnya, vian menatap pak yudi dan wanita bernama wanda itu secara bergantian.

'Astaga, keluarga yang benar- benar kacau'

-end of part 2

Pertemuan awal wanda sama vian nihhh hihihi

Eh btw bentar deh, kek mana ya ntar nasib nya wanda.. Bisa gitu ya, Kadang kalo pas kepepet ga kerasa, pas sadar nangiiisss hahaha

The Eternal MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang