4.

20 3 0
                                    

"Siapa tuh cewek??"

"Yang mana??"

"Yang tadi di rumah lo"

Dilan mengingat siapa wanita di rumahnya yang tidak di kenali oleh Galang-teman kampus Dilan. "Oh Warni"

"Namanya Warni??"

Dilan mengangguk. "Hmm, kenapa lo suka??"

Tidak usah heran kenapa Dilan berkata seperti itu, dia sudah hafal dengan  teman sejak Sekolah Dasar nya yang satu ini.

Galang Pramadano, cowok yang suka bergonta ganti pasangan. Tidak perlu terkejut, Galang memang memiliki wajah yang cukup tampan bagi kalangan wanita yang melihat pria ini, tetapi tetap saja tampanan Dilan kemana mana.

Sejak mereka duduk di bangku SMP, Galang sudah mulai menjabat sebagai Fuckboy kelas mujaer. Dari yang satu negara sampai beda negara dan dari yang satu agama sampai berbeda agama pun sudah Galang cicipi semua. Jangan berfikiran kotor, makhsud mencicipi adalah berpacaran, tidak ada kata lain lagi.

Galang mulai tertawa dengan pertanyaan Dilan, sepertinya temannya sudah hafal betul tentang dirinya. "Gak tau, tapi kayaknya. Hahaha"

Dilan hanya tersenyum tipis. "Tipe lo udah pindah ke cewek pembantu?? Lama lama Bi Iyum di taksirin lo juga ntar."

"Hahaha, kagak lah anjir. Gak tau kenapa, ada geleyar aneh gitu pas liat pembantu lo yang tadi. Gapapa lah, pengen nyicipin gimana aja pacaran sama pembantu. Yang penting itu cantiknya."

Dilan menggelengkan kepala pelan, entah kenapa dia mau mau nya berteman dengan cowo tak waras seperti Galang. Mencintai karna fisik. Cuih.

"Seterah lo deh. Yang penting, jangan Bi Iyum aja lo embat."

Lagi lagi Galang tertawa karna penuturan Dilan.

***

Warni memegang dadanya karna terkejut saat ada tangan yang memegang pundaknya.

"Ih bibi, ngagetin Warni aja."

Bi Iyum terkekeh sebentar. "Emang dikiranya siapa?? Setan??"

"Ya bukan"

Wanita paruh baya itu mendudukan dirinya di kursi pantry. "Udah istirahat dulu neng, rumah juga udah bersih."

"Tadi bibi denger, neng Warni ribut sama neng Innes ya?? trus di omelin sama mas Daniel??"

Warni meringiskan bibirnya. "Hehe, gak di omelin sih. Cuma di tegur aja."

"Jangan di masukin ke hati ya neng, mas Daniel emang sedikit keras orangnya. Tapi aslinya dia baik kok. Banget malah. Cuma emng gitu cara bicara dan sikap dia."

Warni menggelengkan kepala cepat. "Enggak kok bi. Ngapain juga di masukin ke hati, hehe. Lagian tadi si Innes innes itu aja yang agak nyebelin." Ucap Warni sedikit berbisik.

"Emm, bibi aja gak demen sama pacarnya mas Daniel.  Gak sopan."

"Iya, masa tadi dia dateng dateng langsung nyuruh Warni. Kan gak sopan." Sungut Warni kala mengingat betapa menyebalkan wajah tebal penuh bedak itu.

Lagi lagi Bi Iyum mengangguk. "Bener neng. Nyebelin"

Bi Iyum memang orang yang tepat jika tentang gibah menggibah. Bi Iyum Gibahable.

***

Sebenarnya ingin sekali Warni menanyakan tentang suami bu Santi. Sejak kemarin ia sama sekali tak melihat sosok kepala keluarga di rumah besar Gifari ini.

Jumpa (New Journal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang