7.

9 3 0
                                    

Warni atau Luna, masih setia menutup mulutnya selama berada di dalam mobil Galang.

Setiap ucapan Daniel terus terngiang di kepalanya, bagaikan rekaman rusak. Biasanya, ia akan kebal dengan kata kata pedas dari siapa pun. Tapi kali ini, dia sudah tak kuat lagi.

Warni menatap sebuah tangan besar yang kini tengah  mengusap punggung tangannya. "Udah dong sedihnya. Lo gak perlu pikirin ucapan Daniel, anggap aja itu angin lewat."

"Aku emang kaya perempuan murahan, Lang."

"Shttt, lo ngomong apaan sih. Eh War, di mata gue, lo itu adalah cewe baik baik. Dari pertama gue liat, sampe sekarang pun, kalo lo itu adalah cewe baik baik. Gak usah lo dengerin omongannya Daniel."

Ingin sekali Galang merobek bibir Daniel yang dengan seenteng kapas, mengatakan bahwa Warni adalah wanita murahan. Cuih, dirinya tak sadar. Ia juga berpacaran dengan lintah darat, yang sama seperti wanita murahan.

Ini tak biasa terjadi padanya. Biasanya ia akan terlihat biasa saja jika wanita yang ia sukai di hina seseorang. Tetapi Warni?? Galang sudah yakin, jika ia sudah mencintai Warni.

Ini bukan cinta seperti sebelumnya, tetapi ia benar benar mencintai gadis sederhana ini.

"Setelah lo sampe di rumah gue nanti, lo anggap aja kaya di rumah lo sendiri. Gue bakal buat lo senyaman mungkin, War."

Apa Warni harus mengatakan jika Galang adalah pria baik untuknya?? Dia tak ingin di kecewakan ekpetasi lagi. Tetapi, Warni akan tetap bersyukur, karna masih ada Galang yang mau menolongnya di saat seperti ini.

"Makasih ya Lang."

Galang mengacak rambut Warni, gemas. "Iya, kaya sama siapa."

***

Apa dirinya harus marah karna kebodohan yang ia buat sendiri??

Empat gelas wine sudah ia tegak habis. Tiga puntung rokok juga sudah ia hisap. Tetapi gadis yang ia katakan sebagai wanita murahan, tak akan bisa kembali kedalam rumah ini.

Daniel... Menyesal.

Dua kata yang membuat Daniel tertawa bak orang gila di kamar nya yang sudah berantakan seperti kapal hancur ini.

Apa dia melakukan karna dasar cemburu??

Iya. Dia cemburu pada Galang si bocah tengil itu. Jika saja Galang bukan teman adiknya, maka Ia akan menghajar habis habisan anak itu karna sudah berani menyukai Warni.

Dia yang membawa Warni kedalam rumah ini, kenapa Galang yang menghabiskan waktu bersama gadis itu.

Dilan mengetuk pintu kamar Ibunya dengan gerakan tergesa gesa. "Mah...mah...buka pintunya mah..."

"Kenapa si Dilan??"

Mata Santi bengkak?? Apa ibu nya masih menangis di dalam kamar, karna Warni??

"Mah, Dilan denger suara gubrak gubrak di kamar Abang, Mah. Dilan panggil panggil, abang gak keluar."

Santi menatap pintu kamar putra sulungnya yang tertutup rapat. Apa yang di lakukan putranya di dalam kamar.

Tak ingin terjadi hal yang tak di inginkan, Santi dan Dilan bergegas menunju pintu kamar Daniel.

Tok tok tok

"Daniel, buka pintunya nak. Daniel, bukan pintunya."

Benar benar tak ada jawaban dari dalam sana. Pikiran Santi benar benar sudah bercabang. Bagaimana pun dia takut terjadi apa apa pada putra sulungnya.

"Biar Dilan dobrak pintunya, Mah."

"Iya sayang."

Gubrakkkk

Dengan sekali dorongan, pintu yang terbuat dari Kusen itu, terbuka.

Santi dapat melihat putra sulungnya tengah meringkuk di depan ranjang. Banyak pecahan botol minuman, dan puntung rokok yang  berserakan di lantai. Ada apa dengan Daniel.

"Niel, kamu kenapa sayang. Kamu kenapa kaya gini??" Ucap Santi sembari mengusap wajah putranya yang di penuhi keringat. Astaga, putranya benar benar sangat kacau.

"Daniel... Daniel denger mamah kan nak??"

"Maafin Daniel Mah... Daniel salah."

Santi mengecupi wajah putranya dengan sayang. "Iya sayang, mamah maafin kamu."

"Maafin Daniel, udah buat mamah nangis."

Sesalah apapun anak, tidak ada seoarang ibu yang akan terus marah pada anaknya.

"Iya nak. Sekarang kamu bangun Niel, disini banyak beling."

"Mah, Warni. Aku mau bawa Warni ke rumah ini, Mah."

Bukannya tadi Daniel sangat kekeh untuk memecat Warni sebagai ART dirumah ini?? Kenapa tiba tiba anaknya mengatakan akan membawa Warni lagi kerumah ini.

"A-aku gak suka Warni sama Galang, Mah. Galang bikin aku cemburu Mah."

Cemburu?? Mungkin saja, karna pengaruh Alkohol membuat Daniel berbicara ngelantur. Tapi bagaimana jika Daniel memang cemburu?? Tetapi bukannya Daniel sudah memiliki kekasih??"

"Abang juga suka sama Warni, Mah??" tanya Dilan sembari memunguti beberapa pecahan beling.

"Daniel, makhsud kamu apa??"

"Daniel, suk-khaa...Warni...Mah."

Dilan menepuk dahinya sendiri. Apa yang di pakai Warni, sampai abang dan sahabatnya menyukai gadis itu??

"Ya udah, kamu istirahat Niel. Besok kamu bisa jemput Warni di rumah Galang."

Tak selang lama, Dengkuran halus terdengar dari Daniel. Ya, pria itu sudah terlelap, karna pengaruh alkohol yang ia minum.

***

Lita-Ibu Galang Pramadano, terus menggulir senyum ke arah gadis manis yang berada di depannya.

"Warni. Kamu masih muda, kok memilih buat jadi seorang Asistant Rumah Tangga??"

Bagaimana ia menjelaskannya, tidak mungkin jika ia mengatakan bahwa menjadi pembantu karna kabur dari rumah.

"Terus, Warni cocoknya jadi apa Mah?? Istri aku??"

Hah?? Istri??

"Iya, Warni lebih cocok jadi menantu Mamah. Tapi kayanya, gak usah deh. Anak mamah, cowo yang gak setia, takutnya nanti kamu di sakitin sama dia."

Sial, keburukannya ternyata sudah sampai di telinga mamahnya. "Ya enggak lah Mah, aku kalo udah nikah pasti setia kok."

Warni tak mengerti dengan topik pembicaraan Galang dan ibunya. Kenapa bawa bawa menikah??

TBC

835 kata untuk part tujuh😍
Senin, 21 Desember 2020

Warni cocoknya sama siapa nihhh???
Galang or Daniel??🤔

Note:
Menyesal selalu datang terakhiran, kalo di awalan namanya notifikasi. Hahaa😆💃

JANGAN LUPA VOTE!!!

Jumpa (New Journal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang