5.

14 3 0
                                    

Galang dengan telaten memakaikan helm di kepala Warni. "Biar aman."

"Mas Galang kok ngajak Warni??"

Galang menaiki motor besarnya. "Jangan panggil gue Mas. Emang gue om om apa di panggilnya Mas. Panggil aja Galang. "

"Iya maksudnya, kenapa kamu ngajak aku malam mingguan??"

"Pengen aja. Udah yok naik, entar keburu rame jalanan sama kaum jomblo."

Warni merutuk dirinya karna memakai rok. Jika ia tahu, Galang membawa motor, ia lebih baik memakai celana panjang saja tadi.

"Galang, nanti kamu bawa motornya pelan pelan aja ya. Aku pake rok soalnya."

Galang menarik tangan Warni untuk melingkar di perutnya. "Biar aman kaya gini."

Pipi Warni pasti sudah merah, oh Tuhann jangan buat Warni baper.

Seperti yang di bilang oleh Warni barusan, Galang membawa motornya dengan keadaan pelan membuat Warni tak merasa takut lagi.

Dan benar saja, jalanan benar benar penuh dengan orang orang berpacaran.

***

Galang itu tampan, namun dableg. Sudah di katakan untuk pulang di bawa jam sepuluh, tapi pria itu malah membuatnya pulang di jam setengah sebelas . Huft, pasti keluarga Gifari sudah tertidur semua.

Clekkk

Pelan pelan, Warni membuka pintu utama. Dirinya takut membangunkan penghuni rumah yang sudah tertidur.

"Enak malam mingguannya??"

Tubuh Warni menegang kala mendengar suara barithon di belakang tubuhnya. Seperti suara suara yang pernah membentaknya.

Tak salah. Suara itu milik Daniel Ravindra Gifari.

"Saking enaknya malam mingguan, sampe lupa posisi."

Warni menatap wajah Daniel dengan sinar lampu sudah redup. Walau tak ada sinar cahaya lampu, tetapi wajah Daniel tetap saja terlihat menyeramkan. "Hehe, pak Daniel. Belum tidur pak??"

Daniel tersenyum miring. "Seharusnya saya ngikutin kata hati saya, untuk mengunci pintu ini saat kamu belum pulang tadi."

"Maaf pak. Tadi saya udah minta pulang, tapi Galang malah ngajak saya muter muter." Ucap Warni membela diri.

"Saya gak perduli dengan alasan kamu."

Nyakar majikan sendiri dosa gak sii?? Hati dan pikiran Warni terus berkompromi untuk tidak melakukan hal keji itu.

Daniel mencondongkan wajahnya tapat di hadapan Warni. "Kamu gak lupakan kalau kamu cuma seorang pembantu?? Jadi saya ingatkan kalau kamu lupa. Kamu cuma pembantu disini. Paham??"

Warni memutar bola matanya malas. Tak perlu di ingatkan, dia selalu ingat bahwa ia hanya seorang pelayan.

"Saya ingat kok pak."

"Emm, ini udah malem. Pak Daniel jangan lupa istirahat. Good Night pak Daniel." Ucap Warni sambil mengusap rahang tegas Daniel.

Daniel cukup terkejut saat tangan mungil Warni mengusap pipinya. Hanya dengan usapan, jantungnya berpacu lebih cepat. Ini tak biasa terjadi jika bersama Innes, kekasihnya.

***

Pagi ini Warni membantu menyiapkan makanan untuk di bawa ke meja makan. Sebenarnya Warni cukup risih dengan tatapan tajam dari Daniel. Apa kesalahannya pagi ini??

Lain dengan Daniel. Gara gara efek tangan gadis pembawa panci itu, membuat ia harus mandi malam malam karna baru saja rilis album solo terbarunya di kamar mandi. Sekuat itu efeknya??

Jumpa (New Journal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang