6.

9 3 0
                                    

Memang begitu mengesalkan saat Galang dengan sesuka hatinya membawa Warni keluar rumah. Apa bocah tengil itu lupa, jika Warni hanya seoarang pembantunya??

Tetapi hatinya pun meralatkan ucapan Innes barusan. Yang ia lihat, bukan Warni yang menyukai Galang. Namun bocah tengil itu. Galang seakan mengejar Warni.

"Kenapa kamu gak pecat dia aja??"

"Pecat?? Makhsud kamu, aku mecat Warni??"

Innes menganggukan kepala cepat. "Iya, kan nanti pembantu kamu itu, jadi gak banyak tingkah lagi. Dan kamu juga gak perlu repot repot nampung dia. "

Daniel memutar otak dengan ucapan Innes barusan, apa dia harus mengikuti saran kekasihnya??

Tidak, dia ingin memecat Warni bukan karna benci, namun dia hanya ingin menjauhkan Galang dari Warni.

Menjauhkan?? Oh ayolah, ini bukan tentang kecemburuan. Untuk apa juga ia cemburu pada wanita pembantu itu.

***

Warni menatap pria yang tengah duduk di sofa sembari memaikan kunci mobil yang ada di tangannya, untuk apa dia memanggilnya?? Sebenarnya, tidak hanya dirinya, namun Bi Iyum dan Bu Santi juga ikut berkumpul di ruang tamu.

"Ada apa Daniel, siang siang gini kamu nyuruh kita ngumpul. Kamu emang gak ada kerjaan, jam segini udah pulang??" Tanya bu Santi sambil mendudukan diri di sebelah putra sulungnya.

Daniel menarik nafas sebelum ia melontarkan kata kata yang akan dia sampaikan. "Gini mah, selama ini aku berfikir. Kalau kita gak perlu memiliki dua ART di rumah ini, Bi Iyum aja udah cukup."

"Makhsud kamu??" Tanya Santi tak mengerti.

"Ya, Daniel mau bilang. Kalau Daniel ingin mengeluarkan Warni sebagai ART di rumah kita." Ia sengaja menggunakan kata mengeluarkan agar terdengar lebih sopan.

Semua orang cukup terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Daniel barusan, begitupun dengan Warni. Apa dia melakukan kesalahan?? Warni terus berfikir tentang apa yang dia perbuat hingga Daniel ingin mengeluarkannya.

"Makhsudnya, kamu mau memecat Warni?? Tapi Warni ngelakuin kesalahan apa Niel??"

Daniel mengusap lengan sang ibu. "Makhsud Daniel gini mah, selama ini Bi Iyum juga gak ada masalah kan, dalam mengurus pangan kita?? Jadi, kalau Bi Iyum bisa sendiri, kenapa harus berdua??"

Santi benar benar tak habis pikir dengan pola pemikiran putranya. "Enggak, mamah gak akan izinin kamu mecat Warni gitu aja. Dia gak melakukan kesalahan apapun kok. Kamu jangan macem macam deh, Niel."

"Mah, sebelum Daniel bicara, aku juga udah pikirin hal ini baik baik. Pokoknya, aku bakal tetep mengeluarkan Warni sebagai ART kita."

"Terus kamu gak mikirin perasaan Warni, setelah dia keluar dari rumah ini. Dan dia juga harus kerja dimana??"

Daniel mengangkat bahu nya acuh. "Ya itu urusan dia."

Kenapa dirinya seperti sampah yang dibuang begitu saja? Memang, kehadirannya disini adalah keinginan dari dirinya sendiri, tetapi apakah seperti ini cara mengeluarkannya dari rumah ini??

"Daniel!"

"Gapapa tante. Saya bisa membawa Warni kerumah saya setelah ini."

Semua orang menatap kepada seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu masuk. Orang itu adalah Galang.

Tangan kiri Daniel terkepal saat melihat Galang yang datang bak pahlawan.

"Enggak Lang, Warni akan tetap disini. Warni gak akan pergi kemana pun." Ucap Santi sembari mengusap bahu Warni. Gadis itu sudah seperti putrinya, bagaimana ia bisa membiarkan sosok seperti putrinya pergi meninggalkannya.

Matanya terus menyorot ke arah Daniel, apa ini karna malam minggu itu?? Daniel masih kesal dengannya karna malam minggu itu??

"Tapi bang Daniel bilang, Bi Iyum udah cukup untuk menjadi ART dirumah ini, Tan. Jadi, gapapa kalau Warni kerjaa sama saya, untuk menjadi ART di rumah saya."

"Tante Santi juga gak perlu khawatir, Galang akan membuat Warni, seperti Warni dirumah ini." Lanjut Galang. Ini seperti kesempatan Galang untuk bisa lebih dekat dengan Warni.

Entah lah, mungkin memang takdirnya seperti ini, Warni akan menerimanya. "Gapapa Bu, saya ikut Galang aja. Disini juga udah ada Bi Iyum,"

Semudah itu Warni menerima saat ia di pecat dirumah ini?? Owhhh, ini pasti karna ada Galang. Ternyata yang dikatakan Innes benar adanya, jika Warni memang menyukai Galang.

Daniel tersenyum miring. "Silahkan keluar, dirumah ini juga tak menerima wanita murahan seperti kamu, yang mengikuti pria mana saja, demi kesenangannya sendiri." 

Warni terdiam kala telinga nya harus mendengar kata jahat yang keluar dari mulut pria itu.

"Daniel!! Jaga bicara kamu!!" Santi murka karna ucapan yang terlontar dari mulut putranya sendiri.

Akhir akhir ini Warni sudah jarang menangis karna ia menganggap, kehidupannya akan baik baik saja ketika berada di rumah ini. Tetapi ternyata tidak, Air matanya kembali menunjukan aksinya, dirumah yang ia anggap aman.

Semurah itu??
"Saya murahan?? Anda menganggap saya wanita murahan??"

"Maaf jika selama saya di rumah ini, saya merepotkan anda, tetapi yang perlu anda ketahui, saya bukan lah wanita murahan. Saya masih memiliki harga diri, harga diri untuk mempertahankan hidup saya dari kekejaman dunia ini."

"Terima kasih karna anda telah mau membawa saya kerumah ini. Saya akan tetap mengingat jasa anda karna telah menolong saya, dan saya juga tak akan melupakan ucapan anda, yang mengatakan saya sebagai wanita murahan."

Rasanya sesak saat Daniel melihat manik mata polos yang penuh dengan lelehan air mata. Ini bukan termasuk dari rencananya. Dia tak ingin membuat gadis ini menangis.

Galang menahan diri untuk tidak menyerang Daniel secara membabi buta, mungkin jika ia tak mengingat bahwa pria itu adalah kakak dari sahabatnya.Sudah di pastikan Daniel sudah masuk rumah sakit, karna membuat wanita yang ia cintai menangis.

Warni berjalan keluar meninggalkan rumah besar keluarga Gifari. Nasibnya selalu buruk, dimana pun ia berada.

"Warnii! Warni... Jangan tinggalkan rumah ini. Warni!!" Teriak Santi mencoba mengejar Warni yang sudah tak ada di luar rumahnya.

Bi Iyum pun menangis, bagaimana pun Warni sudah seperti anaknya sendiri. "Biarin neng Warni pergi bu."

"Warni"

Semua kenyataan pahit kembali terulang, saat putri bungsunya harus pergi meninggalkan ia selamanya. Dan kini, gadis yang ia anggap seperti putrinya, pergi secara tak terhormat dari rumahnya sendiri.

"Mama bener kecewa sama kamu Daniel!!"

"Warni adalah gadis baik, dia bukan wanita murahan seperti yang kamu ucapankan tadi!!"

"Kamu keterlaluan Daniel!!"

"Kalau kamu gak bisa menghargai Wanita, artinya kamu juga gak bisa menghargai Mama!!. Mama kecewa sama kamu!!!"

Santi meluapkan kemurkaannya kepada putra sulungnya.

Dilan memeluk tubuh ibunya yang terus meraung memanggil nama Warni. "Mah, udah mah. Mamah istirahat ya."

Tubuh Daniel seakan kehilangan jiwanya, apa yang dia lakukan?? Semuanya menjadi kacau. Semuanya di luar ekpetasinya.

TBC

1041 kata untuk part 6😘
Sabtu, 19 Desember 2020

Meler gak?? Bikin nangis gak??😪

Kalo enggak, artinya ku belum ahli di bagian Sad😔

JANGAN LUPA VOTE!!! PLISS VOTE DAN KOMEN KALIAN AKU BUTUHKAN😣

Jumpa (New Journal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang