BAB 93

6.3K 1.3K 98
                                    

Leopold mengembuskan asap cerutunya dan tertawa mendengarkan kalimat pamannya, "Dyadya, kalau hal itu terjadi semua orang akan bertepuk tangan kepadamu."

Pria bodoh, pikir Leopold. Pamannya sedang membicarakan mengenai rencana menurunkan menteri keuangan dengan skandal korupsi yang dibuat-dibuat.

"Ide yang brilian," kata Leopold mengisap cerutunya lagi. "Dyadya, aku setuju. Kapan rencananya akan dieksekusi?"

Yuri Romanov dengan bangga mengatakan rencananya dan Leopold terus mengangguk setuju. Lalu Yuri meneguk gelas vodkanya yang kesepuluh, wajah merahnya terlihat sangat bangga akan dirinya yang pintar dan mendapat dukungan penuh dari Leopold Romanov. "Son, you are better than your father. Kamu mengerti visiku."

"Ah, Dyadya, aku mengerti visimu, tentu saja aku akan selalu berada di sisimu," jawab Leopold. Ia meneguk gelas vodkanya yang pertama hanya untuk menunjukkan kepada pamannya kalau dirinya setuju dengan semua kata-katanya. "Dyadya," kata Leopold. Ia menunggu hingga cairan alkohol tersebut hilang membakar tenggorokannya dan berbicara lagi, "Dyadya, Firenze, ada apa disana?"

Yuri Romanov yang setengah mabuk tersenyum, "Firenze? Aku tidak tahu."

"Seseorang bernama Turan menyuntikkan dana setiap bulan ke Raven melalui sebuah bank terpencil di Firenze. Apa Dyadya tahu?"

Yuri mengangguk, "Turan, ah, pendukungku. Aku hanya perlu memberitahu apa yang aku inginkan dan ia akan menyuntikkan dana kepadaku. Bulan lalu ketika aku merencanakan pembangunan sektor tenaga nuklir baru di timur, Turan melalui pelantaranya mengiyakan rencanaku."

Leopold mengangguk. Bulan lalu pamannya hampir membuat perang dunia ketiga dengan rencana bodohnya, sampai ayahnya menghentikkannya dengan mengeluarkan hukum baru mengenai tenaga nuklir. Tenaga nuklir yang direncanakan Yuri Romanov akan dijadikan senjata yang akan ia gunakan sebagai ancaman kepada negara-negara kecil. Pria bodoh, ulang Leopold.

Ia menaruh cerutunya dan bertanya kepada pamannya, "Turan, apa aku bisa bertemu dengannya?"

"Ah, pelantaranya tidak mengizinkan. Orang-orangku mencoba untuk menemukan Turan—beberapa orang mengatakan kalau Turan hanyalah rekayasa. Dibalik Turan adalah organisasi yang mendukung visiku akan Rusia baru."

Ya, teruslah bermimpi Paman, pikir Leopold. Ia memang mengatakan kepada ayahnya kalau dirinya adalah pengecut, tapi selama ini Leopold tahu setiap rencana ayahnya untuk menghentikkan Yuri Romanov untuk menjadi penguasa Rusia. "Apa Paman bisa memberikanku kontak pelantaranya?"

___

"The amount of money is never really that big to cause anything, tapi bagi pamanku Si Bodoh, ia mengira akan cukup untuk membuat perang dunia ketiga," kata Leopold dengan sinis. "And why would a ghost played that part all these years?"

...

...

"Aku memikirkan jawabanmu—why? Dan aku mendapatkan kesimpulan—whatever you do, my father will stopped it. But why? Why do all the efforts, and I thought about it for sometime, you are playing down the enemy line to control him. To control my evil uncle, give him enough confidence to think he's ruling Russia, but in fact he's not. You're one smart ghost and certainly a generous one."

Leopold mengangguk, "Aku akan mengatakannya lagi, berhenti membuat adikku berpikir kamu masih hidup. You're not and you never will. Bhiantama mengejar hantu di Ttagiantabiantara sementara ayahku berpikir ia adalah kaisar Rusia yang melakukan tugasnya dengan baik—naif sekali, berpikir kalau selama ini ia pintar. But you're all behind this and for what, to play hero?"

"Leopold...."

"You dare to say my name woman? Setelah meninggalkanku dan Bhiantama selama lima belas tahun? Here's the fact, if you're dead to me, I'll make sure the whole world knows you're dead to them."

___

Leopold Agnibrata mengeluarkan sebuah puntung rokok dan membakarnya. Ia mengembuskan napasnya dan berkata kepada Gene asistennya, "Kita akan kembali ke Firenze karena ayahku pasti akan berpikir kalau apapun yang kucari ada di sana."

"Baik," kata Gene.

Leopold tidak menyelesaikan rokoknya dan membuang puntungnya, lalu ia menginjaknya. "Gene, pastikan ayahku tidak pernah tahu siapa yang berada di sini."

Gene menunduk dan mengiyakan keinginan sang pangeran mahkota. Gene berkata kepada sang pangeran yang sekarang sudah duduk dengan dingin di dalam mobil, "Apa Yang Mulia Bhiantama juga tidak boleh tahu, Yang Mulia?"

Leopold mengambil waktunya untuk menjawab, "Tidak, aku akan memberitahunya."

"Yang Mulia?"

"Aku akan memberitahunya untuk berhenti mengharapkan."

"Dan memberitahu kebenarannya?"

"Dan memberitahunya kalau perempuan itu telah mati tentu saja."

"..."

"..."

"Kalau Anda sudah menemukannya, kenapa tidak mengatakan kepada ayah Anda dan Yang Mulia Bhiantama kejujuran yang berhak mereka ketahui?"

Leopold dengan senyum sinisnya menjawab, "Karena bukan aku yang memutuskan semua ini dari awal."

"Tapi Yang Mulia—Anda bisa menyelesaikannya."

"Too bad, the best ending is to see her vanish from this world."

"Hatred consumes the soul and Your Highness, it's never good."

"Hatred consumes the soul? I don't have a soul to begin with. Ayo kita tinggalkan kota ini. Aku membencinya."

"Baik Yang Mulia," kata Gene yang mengikuti perintah sang pangeran. Gene mempersiapkan kepulangan sang pangeran kembali ke Firenze melalui Venesia dengan sangat hati-hati. 


Let's Call the Whole Thing Off | Kanaka No. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang