"Biarkan saya berjalan sendiri," kata Derek kepada Sergei ketika mereka turun dari mobil. "Saya tahu kemana saya ingin pergi," katanya kepada ajudan setianya.
"Tapi Yang Mulia—"
"Tidak apa-apa," kata Derek, kali ini ia memberikan ultimatum kepada Sergei dan para penjaganya untuk menjaga jarak. "Saya akan berjalan sebentar dan kembali."
Sergei menunduk dan mengikuti perintah sang kaisar, ia berbalik dan memberikan sinyal kepada para penjaga untuk menjaga jarak. Giardinna St. Giorgio Eden adalah taman di tengah-tengah kota Venesia yang tidak banyak diketahui orang dan dimiliki oleh keluarga Romanov. Taman ini mengingatkannya kepada ibunya. Tsarina Elaine Alexandria Romanov menyukai taman penuh dengan bunga-bunga eksotis dan liar, dan kali terakhir ia berbicara dengan ibunya adalah di taman ini. Malam sebelum....
Derek menarik napasnya menghirup wangi bunga-bunga yang bermekaran. "Mama," bisiknya.
Pagi itu ibunya mengajak Derek berjalan-jalan dan ia sangat kesal karena dibangunkan pagi-pagi, "Mama, aku tidak mau pergi jalan-jalan, sangat dingin."
"Nicho," Ibunya memanggilnya. "Besok kita sudah kembali ke Moskow, kota yang akan jauh lebih dingin. Berjalan-jalanlah denganku Nicho."
"Mama ajak saja Niam atau Nashya," kata Derek yang menarik kembali selimutnya ke atas dada. "Aku ngantuk dan diluar dingin."
Elaine tersenyum dan berbisik kepada telinga anaknya, "Aku dengar croissant di Patticeria di pagi hari dengan cokelat panas sangat enak."
"Kita akan makan?" kata Derek kali ini ia memberikan perhatian penuh kepada ibunya.
"Ya, croissant and hot chocolate, Nicho, kesukaanmu."
Derek Tver Nicholas Romanov tersenyum dan bersiap-siap. Embun pagi menutupi seluruh kota yang masih tidur hanya suara burung-burung yang terdengar dan suara langkah kakinya bersama dengan ibunya. "Mama," katanya.
"Ya, Nicho?"
Derek mengaitkan tangannya kepada tangan ibunya, "Apa tamannya indah?"
"Sangat indah," kata Elaine. "Moskow terlalu dingin untuk bunga-bunga ini, Derek. Ayahmu memberikanku taman ini sebagai hadiah pernikahan Derek. I always loved the flowers, but there's no place for them in Moscow."
Derek mengingat kata-kata ibunya pagi itu dan melihat bunga-bunga yang bermekaran di seluruh taman tersebut. Berbagai macam bunga terlihat bertumbuh membuat penuh seluruh taman. Derek menutup matanya dan menghilangkan semua pikirannya mengenai ibunya dan hari terakhir mereka menikmati taman tersebut. Kata-kata terakhir yang diucapkan ibunya benar—tidak semua bunga bisa mekar di Moskow.
Ia berbalik dan mengangguk kepada Sergei, asisten pribadinya mengangguk mengetahui kalau sang kaisar telah selesai berjalan-jalan dan mereka akan kembali ke perahu. "Yang Mulia, perahu telah siap untuk Anda."
"Ya," Derek mengangguk.
Sergei berjalan terlebih dahulu dan Derek mengikuti. Ia baru saja akan menaiki perahu yang akan membawanya kembali tapi Derek mengerutkan dahinya, "Tadi, bagaimana bisa kita masuk ke dalam taman, Sergei?"
Sergei mengerutkan dahinya, "Tamannya sudah terbuka, Yang Mulia."
Derek mengingat dulu ibunya harus meminta seorang penjaga untuk membukakan pintu depan taman dan sekarang ia baru menyadari kalau pintu sudah terbuka ketika mereka masuk. "Apa penjaga tamannya tidak melihat kita?" tanya Derek.
Sergei menjawab, "Saya tidak yakin, Yang Mulia—"
Derek membalikkan tubuhnya dan berkata, "Aku akan mencari penjaga taman ini, Sergei."
"Yang Mulia?" Sergei terkejut karena sang kaisar berbalik dan berjalan kembali ke taman. "Yang Mulia—" Sergei mencoba untuk mengejar sang kaisar tapi ia tahu tidak ada gunanya ia mencoba. Mereka tiba di Venesia satu jam yang lalu, membuat Sergei sedikit terkejut karena keputusan sang kaisar yang tidak ingin langsung ke Firenze dimana Pangeran Mahkota Leopold Agnibrata berada.
"..."
"..."
"...Jadi kalau memang bunganya tidak bisa hidup di cuaca seperti ini kita pindahkan saja...."
"...Kita harus membiarkan bibitnya...."
Derek kembali membalikkan badannya menghadap Sergei dan sementara itu Sergei membalikkan tubuhnya juga mendengar suara dari belakang punggungnya.
"Mi scusi?" tanya penjaga taman yang terlihat sangat tua bersama dengan seorang gadis muda yang terlihat bingung dengan banyaknya penjaga berseragam hitam mengelilingi mereka.
"Signore, apa yang kalian lakukan di tanah pribadi ini?" tanya gadis itu kali ini yang berdiri di samping penjaga taman. Derek mengerutkan dahinya dan bertanya, "Ini tanah saya."
Gadis itu mengerutkan dahinya, "Signore, kecuali Anda adalah keturunan keluarga saya dan saya mengenal Anda—sudah pasti tanah ini bukan milik Anda."
"And you are?" tanya Derek kepada gadis itu. "Saya adalah kaisar Rusia, Derek Romanov."
"...Kya kita harus memberitahu Signore Apollo kalau bunga...." Terdengar suara lain dari belakang dan Derek mendongak melewati gadis muda tersebut dan melihat seorang wanita berambut pendek tengah berjalan dan sama sekali tidak memerhatikan siapapun yang ada dihadapannya.
"...Kya, Mama...."
"Arvi?"
Dan wanita itu mendongak. "Kamu mengenaliku," bisik Derek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Call the Whole Thing Off | Kanaka No. 3
RomansaTELAH DITERBITKAN (PENERBIT: BUKUNE PUBLISHING) LET'S CALL THE WHOLE THING OFF. © 2020, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ========================================================= This work is protected under the copyright laws...