"Here you go, Professor," Arviana berjalan ke arah Derek dan memberikan tugas yang diminta sang profesor kepadanya. "Semua nama nenek dan kakek moyangku for your pleasure."
Derek Romanov menurunkan kacamatanya dan mengambil kertas laporan yang baru saja ditaruh wanita itu di depan meja kerjanya.
Arviana Agnibrata terlihat berbeda dengan kali pertama wantia itu melangkah masuk ke dalam kelasnya, kali ini wanita itu yang berada di ruang kerjanya memakai jins yang memperlihatkan kaki jenjang wanita itu yang sangat menggodanya dan kaus putih tipis membuat Derek mengalihkan pandangannya ke bra hitam yang dikenakannya. Derek berdeham dan mencoba membaca laporan yang dikerjakan wanita yang sangat menggodanya itu.
"Are you pleased?" tanya Arviana.
Pertanyaan macam apa itu? Pikir Derek yang menyalahkan dirinya sendiri karena memiliki pikiran yang sangat tidak sopan terhadap mahasiswanya sendiri. Ia menyalahkan Arviana Agnibrata yang terlihat sangat....
Ya, Tuhan Derek!
"That's good enough, Miss Agnibrata," jawab Derek kepada Arviana.
"Great, apa nanti siang aku boleh masuk dan duduk di kelasmu, Prof?"
"Dimana kamu akan duduk?" tanya Derek. Great, Derek! Pertanyaan paling bodoh di dunia ini! Tentu saja wanita itu boleh duduk dimana saja!
"Hmm, apa kamu, Prof, akan melihatku kalau aku duduk di paling belakang?" tanya wanita itu. Derek, wanita itu adalah cobaan bagimu! Jelas-jelas wanita di depanmu sekarang sedang menggodamu dan konsentrasimu.
"Doesn't matter actually," jawab Derek dengan suara serak.
"Oh, kalau begitu aku akan duduk di paling depan—agar tentunya kamu bisa melihatku, Prof," jawab wanita itu. Ya, wanita itu akan membuatnya tidak bisa melakukan apapun sekarang.
"Oh," jawab Derek mencoba untuk tidak terdengar terpengaruh.
"Do skorogo,"[1] balas Arviana Agnibrata dengan bahasa Rusia.
"You know Russian?" tanya Derek dengan matanya yang disipitkan dengan penasaran.
"I know a lot of languages," jawab Arviana menggoda pria itu.
Siang itu kelas Geneology diadakan di auditorium The Forum yang memuat empat ratus tiga puluh mahasiswa yang mengambil kelas tersebut. Derek tengah membaca bahan presentasinya ketika kursi-kursi mulai terisi untuk dua jam kelas sejarah yang akan dibawakannya.
Ia mendongak sebentar ketika asistennya, Tio Lo, mahasiswa tingkat akhir yang sebentar lagi menyelesaikan tesis doktoratnya datang untuk membantunya dengan presentasi siang ini. "Prof," Tio menyapa Derek.
"Tio," Derek melanjutkan membaca materi presentasinya sementara asistennya mempersiapkan presentasi yang nanti akan ditampilkan di layar.
"Prof, apa Anda tahu kalau Arviana Agnibrata berada di kelas ini?" tanya Tio kepada Derek.
Minggu kemarin Tio tidak membantunya di dalam kelas, karena asisten Profesor Dia Kamia masih mengambil alih untuk membantu Derek pada waktu itu. Tio memberitahu Derek informasi kalau Arviana Agnibrata, Putri Raja Ttagiantabiantara mengambil kelas Geneology seolah-olah sang profesor tidak tahu. Jawaban dingin sang profesor membuat Tio tidak lagi mengatakan apapun dan fokus memeriksa ulang tiga puluh halaman presentasi yang dibawakan, "Aku tidak peduli siapa yang mengambil kelas Profesor Kamia, Tio. Tolong periksa ulang skema yang di halaman dua belas presentasinya Tio. Terimakasih."
"Baik, Prof."
Ketika seluruh mahasiswa sudah mengisi The Forum auditorium yang terletak di area kampus utama Columbia University, mahasiswa terakhir yang memasuki kelasnya adalah Arviana Agnibrata dan membiarkan seluruh mata memandanginya termasuk mata Derek terhadap wanita itu.
"You're late again," kata Derek kepada Arviana.
"I'm not late, Prof," kata Arviana melihat jam tangannya. "I'm simply right on time."
Arviana mengambil tempat duduknya di hadapan Derek, pria itu tahu seluruh perhatian mahasiswa di kelasnya terarah kepada Arviana yang mengibaskan rambut panjangnya sebelum membuka buku tulisnya.
"Prof, apa Anda tidak akan memulai presentasi Anda?" tanya Arviana dengan berani. "Aku siap mendengarkan dengan baik."
Derek berdeham dan meminta Tio—yang terlihat sangat terpukau kepada Arviana—untuk mengganti halaman presentasi yang ditampilkan di monitor. "Tio," Derek harus meminta asistennya sekali lagi sebelum Tio berkonsentrasi dengan presentasi yang harus digantinya di layar.
"Profesor," Arviana mengangkat tangannya pada saat Derek baru saja akan memulai kuliahnya. "Apa aku boleh bertanya satu hal?"
"Yes, Miss Agnibrata?"
"Minggu kemarin Anda sepertinya sangat penasaran dengan masa lalu saya sebagai Putri Raja Ttagiantabiantara...."
"Yes?"
"Kalau begitu—just so everyone knows as well—bagaimana kalau Anda, Prof, menjelaskan siapa diri Anda. You are the heir to the throne of Romanov, bukan? Anda Pangeran Mahkota, keturunan terakhir kerajaan Romanov, bukan begitu Prof? I've done my research."
Pada saat itu, Derek Tver Nicholas Romanov belum pernah ingin membunuh dan bercinta dengan seorang wanita pada saat bersamaan. Wanita itu jelas sedang membalas dendam kepadanya.
[1]"Sampai jumpa lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Call the Whole Thing Off | Kanaka No. 3
RomansaTELAH DITERBITKAN (PENERBIT: BUKUNE PUBLISHING) LET'S CALL THE WHOLE THING OFF. © 2020, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ========================================================= This work is protected under the copyright laws...