*05. Udah halal (17+)*

10.5K 1K 249
                                    

"Gue emang jahat, tapi sebenarnya gue cuma nggak mau lo terluka lagi." -Raden

" -Raden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raden

"Kamu kok ngomongnya gitu, sih, Den?" Ratih berjalan cepat, mengikuti jejak kaki Bi Irna. "Itu pasti Jojo. Ya ampun, Sayang!"

Ratih setengah berlari menghampiri anak itu lalu langsung mendekapnya. Istri gue itu emang jiwa ke-ibu-annya udah mulai ada. Dia kelihatan sayang banget sama Jojo. Kasih sayangnya tulus dan udah anggep Jojo kayak anaknya sendiri. Tapi....

Gue nggak suka. Kenapa gue nggak suka? Ya, pokoknya gue nggak suka.

"Sssttt, sstt," Ratih menggendong anak itu. Tak memedulikan bajunya yang jadi ikut kotor karena Jojo. Gue heran dah. Si Jojo habis dari mana? Kenapa sekotor ini? Habis nyemplung rawa-rawa apa gimana, sih? Gue hanya bisa menggerutu dalam hati.

"Eh, Mas, Mbak! Bayar dulu ojeknya ini...." ujar kang ojek itu yang sempat gue abaikan keberadaannya. Mon maap. Dari tadi emang nggak kelihatan.

Mata gue kurang fokus anjir.

Gue meringis. Ratih udah masuk ke dalam rumah bersama dengan Jojo. Lalu gue merogoh-rogoh saku celana. Wah, gawat. Gue kagak punya uang receh. Eh, aliasnya gue nggak ada uang tunai. Ditambah pas buka dompet, eh kosong.

Pengin nangis rasanya. Anjing. Gue kayaknya sama sekali nggak ada perubahah deh.

Dulu emang beneran nggak punya uang. Sekarang udah punya uang lebih, tapi jarang ada uang tunai. Mana hape gue di dalam kamar lagi.

"Sebentar," gue mau ngambil hape gue dulu terus bayar OVO, DANA, or dompet digital lainnya. Uang gue banyak! Tapi kang ojek itu menatap gue dengan tatapan curiga. Emang muka gue ini kelihatan muka-muka orang susah ya? Hadeh. "Pasti saya bayar, Pak!" gue rada ngegas.

Gue nggak suka ditatap kek gitu- tatapan yang meremehkan gue.

"Den Raden," Bi Irna menyela. "Biar Bibi aja yang bayar," lalu wanita paruh baya itu mengulurkan uang dua puluh ribuan pada kang ojek itu. "Ini tadi ada sisa uang belanjaan dari Nyonya Ratih."

"Makasih, Bi!" setidaknya punya hutang sama Bu Irna lebih baik, daripada mendapatkan tatapan mencurigakan dari kang ojek ini. Andaikan gue punya uang cash banyak nih ye, pasti bakal gue kasih lebih tuh kang ojek sampe nyembah-nyembah ngucap syukur. Sayangnya gue lagi nggak ada uang tunai sepeser pun. Miris! Emang miris banget.

Kang ojek itu lalu memakai helmnya kembali lalu menyalakan motornya, gue sengaja berucap sedikit keras.

"Bi, nanti saya ganti uangnya 2x lipat," ujar gue lalu masuk ke dalam rumah.

Ya, emang pada akhirnya itu uangnya Bi Irna langsung gue ganti berkali-kali lipat kok. Gue kasih 5 lembar uang seratus ribuan. Nah, padahal tadi Bi Irna bayarin ke kang ojek cuma dua puluh ribu 'kan? Betapa baiknya gue. Sayangnya, gue nggak mau sombong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nikah Lagi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang