Mata shuyang melotot. Mulutnya ternganga, tak bisa berkata apa-apa. Dia terlalu syok dengan apa yang dilihatnya di cermin yang dipegang zelline. Ada sosok berwajah keriput dengan rambut lepek kriwil-kriwil yang hampir menutupi seluruh mukanya. Sebelah matanya tak tertutupi rambut, menatap tajam kearah cermin, dan tatapan itu tertuju pada shuyang.
" Ikut gue lu!" Kata zelline sambil keluar dari bangku nya.
Shuyang malas menyaut. Dia agak kesal karena zelline berani memerintah nya. Selama ini tidak ada satu pun cewek yang berani memerintah nya. Justru dia yang sering memerintah mereka.
Lu denger gue ga sih, yang? Ayo ikut gue ajg! Nada zelline terdengar kesal.
Shuyang menelan ludah. Ngeri juga membayangkan makhluk mengerikan itu terus ada di badannya. Hidupnya pasti gak akan tenang. Akhirnya ketakutannya mengalahkan gengsi nya. Shuyang berjalan mengikuti kemana zelline pergi. Shuyang sedikit susah menyusulnya. Zelline kemudian berhenti di depan pintu ruang kesenian. Tangannya bergerak membuka knop pintu.
"Masuk!" Perintah zelline dingin.
"Kenapa harus di tempat kyk gini? Jangan-jangan lu mau ngajak gue....." Kata-kata shuyang langsung terpotong karena zelline memukul kepala nya. Shuyang meringis sakit sambil memegangi kepalanya.
"Gausah banyak tingkah di saat genting kek gini bego" ucap zelline sambil melangkah masuk ke ruang kesenian. Wajah cewek iu benar-benar serius. Shuyang cemberut. Padahal dia ingin mengurangi rasa takutnya, tapi begitu melihat wajah zelline yang serius, dia jadi tambah takut.
Harus shuyang akui, kali ini dia takut setengah mati. Dari dulu shuyang memang tidak pernah percaya dengan adanya hantu.soalnya dia tidak pernah melihatnya secara langsung. Yang dia pernah lihat hanya hantu di tv yang gak menakutkan sama sekali. Tapi, setelah melihat dengan mata kepala sendiri, shuyang langsung takut setengah mati. Untung dia gak punya penyakit jantung. Kalau punya mungkin dia udah kena serangan jantung.
"Duduk disitu!" Zelline memerintah sambil duduk di salah satu kursi.
Dengan terpaksa dan menunjukkan muka ngeselinnya itu, shuyang ngambil kursi dan duduk di depan cewek itu. Zelline menatap tajam kearah shuyang. Tapi ternyata tatapannya tidak ditujukan untuk shuyang melainkan makhluk mengerikan yang bertengger di bahu shuyang.
"Kenapa lu ngikutin nih cowok?" Tanya zelline entah maksudnya ke siapa. Hal itu membuat shuyang celingukan, bingung. Tapi semenit kemudian, cowok itu menyadari kalau zelline sedang bertanya pada makhluk yang bertengger di bahu nya. Shuyang memutuskan untuk diam tidak berbicara, soalnya takut kalau salah ngomong ntar tuh makhluk gak mau pergi.
"Ohh jadi ini cowok yang buang air di rumah kamu, makanya kamu ngikutin dia? Oke aku bakal suruh dia nganter kamu pulang, kamu tenang aja" kata zelline yang berbicara sendiri. Kini zelline beralih menatap shuyang.
"Yang, bener ya semalem lu buang air dia pohon gede pinggir jalan tanpa permisi dulu?" Tanya zelline pada shuyang yang planga-plengo kayak orang idiot.
"I-ihhh kok lu tau?"
"Mbak Kunti yang nemplok di bahu lu yang bilang" kata zelline santai ala sikopat.
"Terus gue harus ngapain ze?"
"Nanti malem tepat jam dua belas malam, lu balik lagi ke tempat itu dan anter dia ke tempatnya semula, Jan lupa lu minta maaf!"
"Oke, gue bakal lakuin"
Zelline yang mendengar itu langsung pergi keluar dari ruang kesenian, meninggalkan shuyang yang masih planga-plengo.
Selama lima menit, shuyang diam di ruang kesenian. Dia merasa bersalah karena menganggap kalau rumor soal zelline adalah cenayang hanya omong kosong.
"Ngomong-ngomong...... Sekilas zelline mirip banget sama 'dia' ya?? Shuyang langsung menggelengkan kepalanya. Berusaha menghilangkan pikirannya tentang seseorang yang menurutnya mirip dengan zelline.
"Ah, lu mikir apa sih yang? Dia itu cuma masa lalu lu. Dia duri dalam daging lu. Jangan pernah inget dia lagi.
♡♡♡♡
_____NEXT_____
Abis baca vote Weh......
Gabutuh sider
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You [Ren shuyang]
Romance"Jangan pergi! Jangan mati! Sekali lagi zelline mengucapkan kata-kata yang sama. Seulas senyum terukir di bibir shuyang. Ia pun berkata dengan lembut "aku gak akan mati, ran. Jadi jangan nangis ya?" Deg! Kenapa gue jadi ingat Kiran? Dia...