Putri

595 51 4
                                    

Ku terduduk di kursi taman belakang sendiri. Ku pejamkan mataku sambil menikmati angin malam ditemani secangkir kopi dan pisang goreng yang tadi ku buat.

Ku menyadari ada seseorang memperhatikanku dari jauh. Ku buka mataku perlahan dan melihat lelaki berkaos hitam sedang memandangku dari jendela kamarnya.
Ku tersenyum dan menggapaikan tangan tanda mengajaknya duduk bersamaku disini. Lelaki itu tak lain adalah Pierre. Pierre menghampiriku dan duduk denganku sekarang.

"Kamu senang ya tiap malam disini" katanya.

Aku mengangguk.

Ia mengambil sepotong pisang goreng dan memakannya.

"Pisang goreng ini enak ya. Pasti Mbok Mirah yang buat" katanya.

"Ah kamu enak saja. Itu aku yang buat" kataku sambil menepuk pelan pundak Pierre.

"Oh ya? Hebat juga kamu memasak" katanya lagi sambil tertawa kecil.

Aku tersenyum.

Malam itu sudah pukul 21.00

Pierre sengaja tidak tidur karena ia menunggu Pak Nas pulang. Sedangkan aku ingin menemaninya menunggu Pak Nas.

"Lebih baik kamu tidur. Sudah malam" katanya.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Aku belum mengantuk" jawabku.

Pierre tersenyum.

Kami mengobrol dan Pierre sedang menceritakan pengalaman hidupnya sampai ke titik sekarang menjadi Ajudan Pak Nas. Kami tertawa bersama hingga tak terasa jam menunjukan pukul 23.30. Sudah tengah malam dan Pak Nas belum juga pulang.

Aku tak sengaja tertidur di kursi itu. Memalukan!
Pierre hanya tersenyum dan menggendongku ke kamar.

"Ah berat sekali dia" katanya.

Pierre menggendongku sampai ke kamar.

Sayup-sayup terdengar Pierre berbicara padaku yang tengah tertidur.

"Selamat malam, Putri"

******

Terdengar dari kamarku suara hentakan sepatu prajurit prajurit dan ajudan ajudan Pak Nas yang berlalu lalang. Ah apakah Pierre sudah berangkat? Kebiasaan burukku di rumah tak bisa hilang. Ya! Aku selalu bangun siang.

Ku lihat meja di sebelah tempat tidurku. Senyumku mengembang. Sarapan itu ada lagi disertai sepucuk surat. Ku bergegas bangun dan membuka surat itu.

Jangan lupa makan ya,Putri. Ini masakanku.
-Pierre

Hah? Putri? Dia memanggilku Putri?
Entahlah. Suratnya ku simpan di kotak. Aku mengambil handuk dan bergegas mandi.

**

Ku menyantap sarapan yang di masak oleh Pierre. Menunya adalah nasi putih dan Rawon dengan Teh. Haha aku tak percaya ini masakannya. Karena ini sungguh enak.

"Tok..tok..tok" suara ketukan pintu.

"Pasti mbok mirah" kataku pelan.

"Iya Mbok..."
Ku buka pintu ternyata itu adalah Pierre.

"Selamat Pagi" katanya.

Aku tersenyum.

"Ya, Selamat pagi juga, Mas Pierre" kataku sambil tertawa kecil.

"Aku hanya ingin memastikan kalau masakanku di makan" katanya.

Aku tersenyum.

"Udah habis. Tapi aku tak percaya itu masakanmu" kataku lagi.

Lelaki itu..PierreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang