Pagi ini, serasa berbeda. Rumah Pak Nas seperti tidak ada orang dan sangat sepi. Biasanya jam segini ajudan ajudan berlalu lalang depan kamarku dan terdengar suara hentakan sepatunya.
"Sepi sekali" kataku heran.
Ku buka jendela kamarku dan benar saja. Tak ada orang satupun kecuali Mbok Mirah. Ia sedang membereskan cangkir cangkir di kursi taman. Ku bergegas keluar kamar dan menghampiri Mbok mirah."Mbok.." panggilku
"Eh, mbak Rachel" jawabnya.
"Rumah sepi. Bu Johana, Pak Nas,Ade dan yang lainnya kemana?" tanyaku.
Mbok mirah tersenyum
"Oh mereka sedang ada acara di luar Mbak" katanya lagi.
"Oh begitu. Kalau...Pierre?" tanyaku gugup.
Mbok Mirah tersenyum."Mas Pierre tentu ikut mbak. Dia kan yang nemenin Pak Nas kemana mana" Kata mbok mirah lagi.
Hari ini dirumah sebesar dan seluas ini, hanya ada aku dan beberapa pegawai Pak Nas dan Bu Johana. Ah lebih baik aku masuk kamar kembali.
Baru saja ku membuka pintu, terdengar suara mobil dari luar. Aku terdiam dan berbalik badan berjalan menuju teras luar. Dari kejauhan, terlihat Pierre keluar dari mobil. Ya, dia hanya sendiri tanpa Pak Nas ataupun Bu Johana. Ku berjalan mendekatinya.
"Selamat pagi" kataku sambil mengukir senyum di bibir.
Pierre berbalik dan membalas senyumku.
Ia tampak gagah dengan seragam ajudannya.
"Selamat pagi.." Jawabnya sambil tersenyum sumringah.
Entah mengapa senyumannya berbeda dari biasanya. Aku rasa ia baru saja menerima gaji senyumnya tampak sumringan hehe
"Kamu kenapa?" Tanyanya heran karena aku hanya melamun memandanginya.
"Oh tidak.. Aku hanya mengagumimu memakai seragam itu" Jawabku gugup.
Pierre tertawa dan mengacak rambutku.
"Kau ini.. Mari masuk" Katanya sambil mendahuluiku masuk ke dalam.
Sungguh jantungku berdebar..
.
.
.
.Ku lihat dari jendela kamarku, Pierre sedang bercengkrama dengan sesama ajudannya. Ia sesekali tertawa sambil menyantap cemilan bersama kawan kawannya. Ternyata, salah satu kawannya menyadari kehadiranku.
"Pierre lihat" Katanya sambil menepuk lengan Pierre.
Pierre menoleh ke arahku. Ku tersentak dan langsung menutup jendela.
"Gawat! Aku malu!" Kataku pelan.
"Tok..tok..tok"
Seseorang mengetuk pintuku.
"Jangan..jangan"
"Tok..tok..tok"
Ku putar perlahan kenop pintu. Dan terlihat pria tinggi dan tampan itu.Pierre.
Ia tersenyum lebar.
"Kalau kamu kesepian, tak apa jika ingin bergabung dengan kami" Katanya.
Aku tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan.
"Aku hanya tidak sengaja melihat kamu" Jawabku.
Pierre tersenyum tipis dan menyandarkan tubuhnya di pintu dan melipat tangannya di dada.
"Aku tidak suka orang yang suka berbohong" Katanya.
Aku tersentak.
"Siapa yang berbohong" Jawabku

KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki itu..Pierre
Ficción históricaSeorang gadis yang gemar melukis bernama Rachel. Belakangan ini, Ia sering melukis seorang lelaki yang diketahui bernama Pierre Andries Tendean. Siapa Pierre? Entah. Wajahnya selalu terbayang dalam pikirannya selalu datang dalam mimpinya. Berminggu...