Braga

3 1 0
                                    

"Namun, takkan mudah bagiku

Meninggalkan jejak hidupku

Yang telah terukir abadi

Sebagai kenangan yang terindah."

Samsons – Kenangan Terindah

-o-

Manda sudah tidur duluan sekitar jam satu, sedangkan gue habis pindahin file ke laptop dan siapin kamera buat acara besok. Gue ketiduran sekitar jam duaan. Paginya, gue dibangunin Manda buat langsung siap-siap karena acaranya siang di Braga.

Siapa sih yang gak tahu Braga? Gue. Bercanda. Gue tahu Braga, tapi gak pernah main. Seperti yang gue bilang, gue sering banget ke Bandung, tapi jarang untuk main di tengah kota gini. Kata bunda untuk apa... keluarga gue lebih suka explore hal yang jarang dikunjungin orang, wisata alam, bahkan berburu air terjun.

Gue dan Mbak Ellen banyak ngobrol seputar MonDae, kadang tentang event juga.

Lo semua harus tahu, dia memuji event sekolah gue. Gila, gue senang banget! Meskipun tetap ada kritik, tapi gapapa. Gue terima karena gue juga mengritik hal yang sama. Hehe.

Selain Manda, gue juga dekat dengan beberapa SunDae lainnya di discord. Namanya Ghina, dia seumuran gue. Dia nge-fans sama Kak Juna. Hari ini gue bakal ketemu dia pertamakalinya karena kemarin dia gak ikut.

-o-

Acara berlangsung, MonDae sudah tampil. Kayak biasa, setelah MonDae tampil pasti mereka buka stand gitu buat interaksi sama SunDae sekalian dagang merchandise.

Kali ini gue gak banyak interaksi sama Kak Jevan. Karena gue juga gak tahu mau ngomongin apa. Kalau bukan gue yang memulai, dia gak akan buka obrolan juga.

"Kak Saka, spam selfie di HP aku dong!" pinta gue ke Kak Saka yang lagi gabut.

"Hah? Ngapain? Kok gak minta spamnya Jevan? Jev..."

"Ih kan aku maunya Kak Saka. Dia mah nanti aja lah, gampang."

"Cielah, gampang."

"Iya lah, Kak Jevan kan spesial."

-o-

Bang Reza nyuruh kita semua pindah ke lantai atas karena di bawah sempit banget tempatnya.

Pergelangan kaki gue sakit, entah karena kemarin jalan-jalan jauh atau karena duduk tadi salah posisinya. Soalnya tadi crowded banget. Akhirnya gue cuma duduk sambil bersandar di pilar bareng Ghina.

Lagi-lagi, bukan Kak Jevan yang peduli. Dione menghampiri gue.

"Renji kenapa?"

Sial, Dione jangan gini.

SunDae yang duduk di sekitar gue langsung ngomong kayak, "Kak Dione perhatian banget."

Asli, Dione emang perhatian banget anaknya.

"Gak apa-apa, Dione," seperti biasa, jawaban cewek pada umumnya.

"Renji kakinya sakit, Dione," jawab Manda.

"Lah? Sakit yang mana? Ya sudah duduk sini aja aku temenin. Jangan banyak gerak dulu."

Anjir, tahan, Ji. Dione masih bocah, meskipun dia cuma beda setahun dari gue.

"Ah, Dione mulu yang perhatian. Jevan gak pernah," cibir gue pelan.

"Ya udah aku pergi."

Refleks gue nahan tangan Dione buat balik duduk samping gue. "Justru karena Kak Jevan gak peduli, makanya kamu di sini aja."

Prinsip gue, buaya dibalas buaya.

Dione akhirnya balik duduk di hadapan gue sambil ngobrol bareng SunDae yang lain juga.

"Ibu," gak ada angin, gak ada ujan. Dione manggil gue pakai sebutan 'ibu'.

"Hah?"

"Renji kan ibu aku," jawabnya. Gue memasang mimik wajah maksud lo?

"Hah? Bapaknya siapa?" tanya gue masih heran.

"Jevan lah," jawabnya singkat.

Kali ini, gue gak bisa buaya balas buaya. Gue terlalu speechless dengar jawaban Dione.

Gue gak berani buat nyamperin Kak Jevan karena kelihatannya dia capek banget. Gue juga liat dia serius banget sama handphone-nya, makanya gue mengurungkan niat.

Pas Kak Jevan mulai gabut, baru lah gue muncul.

"Kak!"

"Iya?"

"Kita belum foto hari ini, ayo foto."

"Ayo, ayo."

"Mirror selfie, yuk. Hehe."

Setelah foto, gue ngasih kado ke Kak Jevan daripada keburu bubaran. Masih ingat lah lo semua, anak kembar gue sama Kak Jevan. Anak ayam maksud gue.

"Makasih, ya."

"Jevan, Renji. Foto sini," panggil Bang Reza.

-o-

Gue, Ghina, dan Manda pergi nyari makan di sekitar Jalan Braga. Lapar banget, gue baru ingat kalau gue belum makan apa-apa dari kemarin. Baru tadi pagi sih, Mbak Ellen ngasih gue sama Manda snack pagi gitu.

Gak terasa ternyata sudah sore banget, kelar makan Ghina pamit pulang duluan. Gue dan Manda balik lagi ke Braga. Di sana gak sengaja ketemu sama Dione dan Brian. Nyapa lah kita, masa gak nyapa.

Sebelumpulang, Manda minta ke toilet dulu. Ternyata Kak Jevan sama Kak Juna masih adadi sana. Gue cuma bisa mandangin aja dari jauh sampai mereka luput daripengelihatan gue.

The Story of Us: You Were BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang