7

2 0 0
                                    

Keesokan harinya, setelah acara membuat es krim bersama bunda dan teman-temannya selesai, Embun mencoba mendatangi rumah orang tua Bagas.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam, eh ada Embun. Sini masuk sayang." Ajak mamah Bagas.

"Iya mah."

"Mamah gimana kabarnya? Maaf ya mah, selama kak Bagas kerja aku jadi nggak pernah main kesini." Tutur Embun sedikit menyesal.

"Iya sayang, ngga papa kok. Mamah juga ngerti, pasti Embun juga canggung kalo nggak ada Bagas kan?"

"Hehe, iya sih mah, dikit."

Embun kembali melontarkan pertanyaan basa-basinya.

"Kalo papah kabarnya gimana?"

"Ya biasalah, papah masih ngurusin toko emasnya." Jawab mamah Bagas.

Setelah sekian lama tidak berbincang dengan orang tua Bagas, hal itu membuat Embun sedikit canggung. Ia sudah memikirkan hal ini sembari menunggu mamah Bagas yang sedang membuatkannya teh. Akhirnya setelah mengumpulkan keberaniannya, ia memberanikan diri untuk membicarakan masalah Bagas pada orangtuanya.

"Diminum dulu sayang tehnya."

"Iya mah."

Embun menyeruput sedikit teh yang dibuatkan mamah Bagas untuknya.

"Mah, Embun boleh nanya ngga?"

"Embun, kamu tuh kaya sama siapa aja sih. Ya jelas boleh lah. Emangnya Embun mau nanya apa sih?" Tanya mamah Bagas penasaran.

"Emm, Embun mau tanya soal Bagas mah. Sebenarnya, kemarin tuh Bagas udah janji sama Embun mau ketemuan di taman. Dia udah janji sama Embun kalo kemarin dia mau pulang."

"Hah, kok Bagas ngga bilang apa-apa ya sama mamah. Seperti yang mamah bilang kemarin Bagas tuh udah satu minggu ini ngga ngasih kabar ke mamah." Jelas mamah Bagas membuat kekhawatiran Embun muncul kembali.

"Ya Allah mah, terus gimana dong. Aku takut Bagas kenapa-kenapa mah. Aku juga udah ngabarin Bagas berkali-kali tapi nggak pernah dapet jawaban."

"Ya udah sayang, kamu jangan suudzon dulu ya. Siapa tahu, Bagas lagi sibuk atau mungkin dia ganti hp kali, soalnya Bagas pernah bilang ke mamah dia mau ganti hp. Kalo soal jarang ngasih kabar, temen-temen tante yang anak cowoknya merantau juga pada bilang begitu. Anak-anaknya kadang suka jarang ngabarin." Jelas mamah Bagas panjang lebar.

"Oh, gitu ya mah. Makasih ya mah, aku jadi lebih tenang sekarang." Ungkap Embun, walaupun sebenarnya masih ada sedikit rasa mengganjal di hatinya.

"Iya sayang, kamu harus jadi anak yang sabar ya kalau punya pacar anak rantau. Dan soal kamu yang nggak jadi ketemuan sama Bagas, mamah minta maaf yah. Bisa-bisanya dia bikin anak gadis yang cantik ini nunggu ditaman tanpa kepastian kaya gitu."

"Hehe, iya mah. Ya udah, kalau gitu Embun pamit ya mah, tadi nggak izin dulu sama Bunda. Takut Bunda nyariin." Benar. Embun memang tidak meminta izin kepada bundanya. Ia langsung menjalankan sepeda motornya setelah mengantarkan Hera, Ajeng dan Wulan sampai ke teras.










"Assalamu'alaikum." Ucap Embun dengan wajah sekusut cucian belum disetrika.

"Wa'alaikum salam. Dek Lo nganterin temen-temen Lo ke negara Dubai apa? Perasaan tadi ngomongnya mo nganterin sampe depan teras doang kok lama banget, mampir kemana Lo?." Ya, sudah dapat dipastikan itu adalah suara Arga. Embun sebenarnya malas berurusan dengan abangnya itu. Pasti nanti buntutnya akan sepanjang sungai Musi.

"Cari angin bang." Jawabnya asal.

"Angin dicari, tanpa dicari juga dateng sendiri tuh angin Mbun." Jawab abangnya lagi.

"Udah napa bang, orang abis keluar panas-panas Lo malah nambah bikin panas. Tuh mulut bisa diem ngga sih, bunda juga sans aja tuh, kok Lo yang ribet sih." Embun sewot.

"Yee, sensi amat neng. Ya namanya juga Abang, pasti khawatir lah kalo adeknya keluar izinnya mo nganterin sampe depan teras eh malah mampir ngalor ngidul dulu. Nanti kalo Lo diculik, terus dipaketin ke Korea buat dijadiin ART gimana?"

"Lebay amat sih bang. Iya-iya deh gue minta maaf. Maaf abangku sayang yang paling ganteng sedunia.........

Monyet"

"Apa?!!! Lo ngomong apa tadi, sini Lo."

"Ngga bang gue nggak ngomong apa-apa."

"Ngga, sini Lo jangan kabur Embun pagi. Sini Lo." Seru Bagas sambil mengejar adiknya yang sudah lari sekencang tornado ke kamarnya.

"Bundaaaa, itu Bun, kak Bagas buuuun."

Akhirnya terjadilah adegan kejar-kejaran antara Bagas dan Embun. Jelas terlihat kekanak-kanakan, namun siapa sangka? Hal yang terlihat kekanak-kanakan seperti ini ternyata bisa mengeratkan hubungan kakak adik bukan?












Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Apa kabar guys
Senang bisa up lagi, semoga kalian suka dengan ceritaku 😃
Kalo mau kasih Krisan bisa tulis di kolom komentar ya

Thank you guys

C U

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh


Hujan Oktober AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang