01

4.9K 614 142
                                    

Boneka pembunuh.

Ia bahkan tidak mendengar itu dari mulut ketua klan yang mengusirnya jauh. Instingnya hanya menantang seseorang yang kuat, dan itu Megumi.

Puluhan kelinci yang berlari dari arah depan, Toji menebas tanpa peduli seberapa imut makhluk itu.

Belum ada perlawanan yang sepadan dari pihak lawan.

Hingga entah karena apa sekilas kejadian menembus ketidak sadaran yang membelenggunya, kesadarannya perlahan hadir.

"Siapa namamu?"

"Fushiguro."

Rasa lega datang membawa kesadarannya pulih, "bukan Zenin?"

Dan perasaan itu membawanya kembali memejamkan mata, tempatnya bukan lagi di sini.

.

.

.

Tes tes tes

Toji terganggu dengan tetesan air yang jatuh tepat mengenai wajahnya. Inderanya yang tajam, menangkap langkah kaki kecil dan bunyi benda yang diletakkan dilantai.

Toji ingin membuka mata, tetapi belum bisa.

Langkah kaki kecil itu menjauh lalu kembali, kali ini mendekatinya. Tidak ada lagi tetesan air yang mengenai wajahnya. Lama sekali tidak mengenainya. Toji tidak merasa nyaman dan mulai membuka mata.

"A-ayah!" anak kecil berambut hitam buru-buru melepas payung yang semula ia pegang.

Ia mundur, kemudian berdehem sedikit.

"Ayah sekarang hujan deras dan atap kita bocor! Kamarku hampir banjir."

Anak laki-laki itu bersungut-sungut kesal.

Toji terdiam.

Matanya menatap pada sekeliling, ia tidak mengenali tempat ini.

Kepalanya sedikit pusing, ia melirik kekananan dan kiri, ia tidak menemukan arwah kutukan bahkan kehadirannya pun tidak terasa.

Lalu tatapan matanya jatuh pada anak laki-laki didepannya.

"Namamu?"

"Megumi."

Tangan Toji menepuk sisi ranjang, menyuruh Megumi mendekat.

Payung yang tadi Megumi buang ia ambil, ia memayungi Megumi yang yang sudah memposisikan diri tidur disampingnya.

"Tidur disini."

"Iya, Selamat malam Ayah."

Megumi menyelimuti keduanya, lalu menutup mata dan mulai tertidur lelap.

Sementara Toji, memayungi Megumi sepanjang malam hingga hujan reda.

______

Toji mengantar Megumi kesekolah, jaraknya dekat, dan selama perjalanan ia tidak menemukan arwah kutukan sama sekali.

Sampai sekarang ia belum bisa menemukan apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya.

"Fushiguro Ohayou!"

Anak kecil berambut pink, melambai-lambai kearah mereka, disamping anak itu ada remaja laki-laki yang mengenakan seragam SMK.

"Siapa?"

Megumi menoleh pada Toji, "Itadori." Dia tersenyum kecil.

Ah, Toji tidak pernah melihat senyum anaknya itu. Manis, seperti milik istrinya.

Apa Megumi yang ia lawan juga memiliki teman? atau malah menjadi penyendiri.

"Fushiguro! Are~ Ayahmu?" Yuuji namanya, dia menarik kakaknya-Sukuna mendekat.

Dua bersaudara itu seperti kembaran beda usia. Bedanya, Yuuji yang baik hati cenderung polos dan Sukuna yang ketus.

Megumi mengangguk, tali tas ia genggam erat.

"Orang yang memberimu nama perempuan!" Yuuji tertawa polos.

Megumi panik.

Dia menggenggam lebih erat tali tasnya, tidak terima. "MAGUMI ARTINYA BERKAH! AYAHKU MEMBERIKU NAMA TERBAIK! ITADORI BAKA!"

Megumi kecil berlari masuk kedalam kelas.

Masih tidak peka Yuuji malah melihat polos kearah kakaknya. Sukuna geram, dan memukul kepala merah muda Yuuji.

"HUWEE NII-SAN BAKA!" Sehingga Yuuji berlari masuk ke sekolah.

Toji hanya mengangguk ketika Sukuna menggantikan adiknya meminta maaf.

Ini dunia yang berbeda.

Tidak ada yang namanya kutukan, yang ada cuma hantu transparan yang sering mengintip ketika Toji melewati jalan untuk kembali pulang.

-TBC-

RestartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang