06

2K 407 58
                                    

Sebenarnya Megumi lebih pintar dari siswa seumurannya, maka dari itu membuat Ayahnya bisa menemukannya itu hal yang mudah.

Toji sudah berada disampingnya, sementara dua siswi SMP yang tadi menculiknya-- Si kembar Mimiko dan Nanako bersimpuh didepan mereka.

Keduanya takut-takut ketika Toji melihat kearah mereka, tubuh keduanya bergetar mendapati tatapan yang terkesan dalam.

"Jadi-"

Toji membuka bungkus roti yang seharusnya ia antar ke tempat ini, masa bodo, lagi pula Megumi yang memesan makanan itu ditoko tempat Toji bekerja. Dengan cara ini pula, Toji mendapati keberadaan Megumi.

"-siapa kalian?"

Megumi memukul kepala Toji pelan. "Ayah aku sudah bilang nama kakak-kakak ini Mimiko dan Nanako."

"Benarkah?" Toji menoel-noel pipi Megumi, kemudian sedikit memberikan usapan dikepala. Megumi turun dari kursi dan duduk dipangkuan Toji. "Siapa yang menyuruh kalian?"

Mimiko menelan ludah, ia melirik adiknya yang menggelengkan kepala. Kalau misi ini gagal kesempatan mereka juga akan hilang.

"Tid-"

Ting tong~

Ketika suara bel ditekan, Toji beranjak dari sana. Ruangan yang ia yakini sebagai rumah kedua anak itu, sedikit lebih luas dari miliknya.

Dan ketika pintu dibuka, satu spesies Albino sedang bahagia dengan memamerkan dua tiket bioskop.

"Mimiko, Nanako! Aku sudah membujuk Sug-"

"Yo Gojo Satoru."

Toji, tidak mungkin melupakan nama seseorang didepannya.

.
.
.

Mereka diusir dari rumah Si kembar, alasannya karena kedua siswi itu akan keluar dan menonton bioskop bersama Suguru, yang sudah dibujuk oleh Satoru.

Seharusnya, setelah menyerahkan tiket Satoru harus mengajak Magumi jalan-jalan. Setelah itu membujuk anak itu untuk mengagung-angungkan namanya didepan Toji, seharusnya seperti itu.

"Gomen."

"Cuma itu?"

Toji menopang dagu, matanya mengamati Satoru lekat-lekat. Sama saja, tidak ada yang berubah sama sekali dari yang dulu. Tanpa sadar bibirnya berkedut samar, ada sesuatu yang ia pikirkan.

"Aku berniat mengajak Magumi jalan-jalan."

"Cuma itu?"

Satoru frustasi, dia ingin mendepak Toji dari sini. Sayangnya ini rumah milik keluarga Fushiguro, bukan miliknya.

"Ayah!" Megumi memanggil.

Yang dipanggil menengok, kemudian sedikit terkejut ketika melihat Megumi memeluk lengan Gojo. "Sensei tidak berniat jahat."

Oh, dia gurunya Megumi.

"Sensei cuma mau dekat dengan Ayah."

Raut wajah Satoru berubah berseri-seri, ia senang Megumi membelanya. Sangat kontras dengan Toji, yang seperti ingin mengulitinya hidup-hidup.

"Jadi ayah jangan salah paham."

Toji menyerah, dia mendekati Satoru dan Megumi. "Hei mata enam, kali ini aku maafkan. Tapi wajahmu menyebalkan."

"Itu karena wajahku lebih tampan," Satoru menyahut, masalah kenarsisan ia nomor satu. Jangankan wajah, masalah sepele seperti tinggi badan ia sering berdebat dengan Suguru.

Megumi menahan mati-matian Toji untuk tidak menghajar Satoru.

"Ayah! Jangan hajar Gojo-sensei!"

Toji berdecak, Satoru cengar-cengir kesenangan. Ah, ini toh rasanya punya murid berbakti, dia berjanji akan menjadi guru yang baik.

"Megumi, Sensei terharu kamu membelaku."

Megumi menatap polos, "itu karena aku tidak mau Ayah kelelahan karena menghajar Sensei."

Nah! Mana mungkin Megumi mau membelanya tampa alasan. Satoru berdiri, kemudian berjalan lesu untuk meninggalkan dua ayah-anak itu.

Masa bodo, dia kesal.

"Hei mata enam," panggil Toji.

"Apa sih?!" Satoru yang berada diambang pintu melotot kesal, dari awal bertemu ia selalu kesal dengan Toji. Sekarang ia heran akan panggilan Toji padanya.

"Terimakasih karena telah menjaga Megumi."

Pintu ditutup, Satoru merasakan hal yang menyenangkan atas perkataan itu. Seolah, seperti kerja kerasnya terbayar.

-TBC-

Ini nggak niat melenceng dari gendre normal kok, mungkin.

Ini nggak niat melenceng dari gendre normal kok, mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Geto, Mimiko & Nanako)

RestartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang