Saat dirimu berjalan suara bisikan orang-orang sekitar terdengar, ada yang berbisik-bisik sampai dirimu tidak bisa mendengarnya, dan ada pula yang terang-terangan mengatakannya. Dirimu tidak peduli, hal ini sudah seperti makan nasi saja, dirimu telah terbiasa. "Dasar anak pemuja setan!" kata salah seorang dari mereka yang tidak dirimu kenal sama sekali, lalu ada yang melemparmu dengan telur tepat di depan wajahmu. "Pergi kau anak setan dan juga keluarga setanmu itu, kalian hanya mencemari desa ini saja!" yang lainnya ikut menyahut, lalu mereka mulai merusuh menyetujui hal itu. Dirimu semakin cepat berjalan sampai akhirnya berlari dengan linangan air mata.
**
Sesampainya di rumahmu yang gelap itu, kamu terduduk di tempat tidurmu. Lalu suara erangan membuatmu segera bangkit dan melihat ke sebelah kamarmu, tempat dimana orang paling dirimu cintai dikurung karena banyak orang bilang dia tidak waras dan membahayakan. Kali ini orang yang dipasung itu menangkap kecoak, dan tikus yang melintas lalu memakannya, suara erangan itu seperti dia berkata bahwa hal itu sungguh lezat. Dengan segera dirimu mencoba membuang hal menjijikkan itu, tapi dia mengamuk, dia mencakarmu dan ingin mengigitmu, dirimu sangat takut akan hal itu lalu menjauh. Kamu hanya melihat orang yang kamu cintai makan hal menjijikkan itu sambil menangis sendu.**
Tengah malam adalah saat kamu harus terjaga karena dirinya akan mengamuk seperti orang kesurupan, kamu hanya bisa melihatnya dan membacakan apa yang kamu percaya, tapi semakin kamu bacakan semakin dia mengerang kesakitan. Dirimu tidak pernah putus berdoa pada sang pencipta, dirimu meminta kesembuhan akan dirinya, dia memang pernah bersalah bersukutu dengan iblis hanya demi harta, namun kini dirimu yakin jika dia tersadar dia akan berubah tapi sayang hal itu bukan yang iblis itu inginkan. "Mati, mati aku mau mati!" hal itu yang selalu dia teriakkan tengah malam, air mata membuat pandanganmu kabur, dan membasahi kita suci yang sedari tadi engkau baca yang berisikan ayat-ayat suci yang diturunkan dari langit. "Jika kau tidak ingin dia mati berikan nyawamu saja, atau kepada manusia lain juga boleh," tambahnya lagi lalu tertawa. Seperti banyak orang yang berada di dalam tubuhnya yang rentan itu, kadang suara lelaki, kadang juga perempuan, kadang terdengar sangat tegas dan suka membentak, kadang juga mengerikan namun lirih.Dirimu berusaha dan terus berusaha mencari berbagai cara agar dia bisa terbebas seperti sedia kala, semua cara dirimu tempuh mulai dari ruqiah hingga ke dukun yang katanya sakti mandraguna. Lelah, terlihat jelas dimata dan wajahmu, kadang dirimu putus asa dan ingin menyerah, namun foto usang yang dirimu simpang mengingatkanmu betapa bahagianya dulu dirimu bersama Ibumu itu.
**
Hari demi hari dirimu lewati dengan air mata, dan memunajatkan doa, dengan keputusaan namun bangkit setelahnya. Hari ini dirimu akan mencoba sekali lagi mencoba untuk membuat dia bersuci dengan air wudhu dan menghadap ilahi, dirimu berharap dengan begini dia bisa lepas dari jeratan iblis laknat.Dirimu dengan telaten mencoba, membersihkannyadan juga mensucikannya, tidak perduli kamu dicakar berulang kali sampai berdarah, atau digigit beberapa kali, juga dijambak, hatimu meyakini inilah cara agar dirinya kembali seperti semula. Dia meraung-raung bagai orang disiksa, tetesan demi tetesan air wudhu terus membasahinya sampai selesai akhirnya, tapi raungan tidak juga bergenti malah semakin menjadi-jadi, dia juga menyakiti dirinya sendiri dengan terpaksa dirimu mengikat tangannya. Selanjutnya dirimu bacakan ayat-ayat suci, semakin mejadi rauangannya, suara demi suara rauangan berubah dari wanita ke pria, mereka juga mencaci dan memaki. Ya seperti itulah, di tubuh Ibumu seperti lebih dari satu orang disana, bergantian setiap malam untuk menguasainya.
**
Akhirnya dirimu tertidur, Ibumu terlepas dari pasungnya dan dengan segera mencekikmu hingga tidak bernyawa. Dia kemudian seperti orang tersadar dari koma, dia sembuh tergantikan nyawamu tapi tenanglah karena disebrang kegelapan yang Ibumu anut dulu ada penerangan yang dirimu bawakan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Slice Of Life (TAMAT)
Cerita PendekGuliran cerita tidak akan berhenti sampai dirimu tidak bernapas lagi. Ketika semua tawa, luka, resah, gelisah keluh, pedih, dan semua rasa menjadi cerita dan rana warna dunia. Setiap detik yang berharga membentuk setiap cerita dari seluruh orang yan...