IV

552 59 7
                                    

___________________

🐱 Radiant
Shadow 🐈
___________________

'author pov'

"Mark, sungguh kau baik2 saja?"

"iya, tak apa2 Jae. Hanya sedikit deman. Tidak perlu khawatir nanti juga baikan." ujar Mark terdengar sedikit parau. Ia mencoba meyakinkan temannya, meski kondisi fisiknya justru sangat buruk saat ini.

"ahㅡ39°C, parah juga demanku." cicitnya setelah memeriksa sendiri suhu tubuhnya. Ia pun tak mengerti mengapa tubuhnya menjadi drop seperti ini. Setelah kejadian yang membuatnya syok bahkan masih tidak ia percayai sampai detik ini.

Mark melirik sekilas sosok pria yang duduk disisinya, menunduk sambil memainkan jemarinya seolah seperti sebuah mainan ㅡ setidaknya penampilan pria ini lebih wajar saat Mark memberikannya satu set piayama untuknya. Meski belum sepenuhnya wajar, karena ia tak bicara sedikitpun saat meminta apa2 dengan Mark. Justru mengeong, bahkan mengusal dan menjilati Mark.

Ini mungkin salah satu yang membuat Mark menjadi demam.

"Kenapa, Bi?" tanya Mark lembut. Seolah paham sosok pria yang masih ia panggil "Bi" ini sedang merajuk.

"Meow (aku lapar)." ujarnya mencebikan bibir.

"Kau lapar ya?" Mark baru ingat bahwa sejak pagi tadi hingga malam kini ia hanya berbaring diatas tempat tidurnya, lupa akan kucing besarnya yang sama sekali belum ia berikan makan.

"Meow."

Mark menghela napas, berusaha bangkit dari tempat tidurnya dengan sedikit terhuyung. Ia Berjalan kedapur melihat sekilas mangkuk kucingnya yang tergeletak kosong di bawah. Ia pun berfikir sejenak, dalam wujud seperti ini tak mungkin ia memberikan Bi makan secara biasanya. Mark kembali melangkahkan kakinya untuk memeriksa isi kulkas. Sedangkan Bi hanya berjalan membuntutinya dengan wajah semeringah.

"shit. Aku lupa belum belanja Bi. Ramyun mau?" tawar Mark, yang hanya di beri tatapan menggemaskan oleh kucing berwujud manusia itu. Mark terkekeh kecil meski kepalanya terasa berputar pening.

"apa kau mengerti apa yang kuucapkan?" Mark kembali bertanya sambil mengeluarkan mie instan dari penyimpanannya. Bi tak menjawab, hanya menatap setiap gerakan yang Mark lakukan.

Mark pun menyalakan kompor, menunggu air yang ia rebus mendidih sebelum ia masukan mie tersebut. Namun hal yang tak diduga Mark terjadi, saat kucingnya justru mencelupkan jarinya kedalam air yang sudah muncul banyak letupan2.

"MEEEOW!!"

"Bi, bahaya!" teriak Mark langsung meraih tangan Bi yang memerah. Mengalirkannya air dari keran Sink.

"Panas ya? Sakit? Perih tidak?" Mark tak henti bertanya meski tak ada jawaban. Hatinya menyeringit melihat wajah Bi memerah, bahkan hampir menangis.

"Kau duduk disini dulu, biar aku obati." Mark dengan sigap mengambil salep luka bakar dari kotak p3knya setelah membawa Bi duduk di meja makannya, mengoleskan secara perlahan pada tangan putih yang begitu lembut itu.

"sudah, kau duduk dulu disini, diam2. Tunggu, okay! Setelah matang akan langsung kubawakan buat mu." ucapnya tegas.

"Meㅡ"

"ㅡiya, bilang iya. Kalau kau paham bilang IYA." potong Mark, membuat kucing besarnya itu tertegun. Ia hanya mengangkat mulutnya yang terasa sulit untuk mengeluarkan kata-kata.

"Yasudah mengangguk saja kau itu sulit. Setidaknya biar akupun paham." Mark menyerah, tak tega meski senyum terukir di bibirnya. Menggemaskan sekali pikirnya.

Radiant Shadow [MarkJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang