Awal

16 7 0
                                    

1⃣

"Coba lo liat cowo itu." Kerin mengikuti apa kata Edo, salah satu sahabat setianya.

Seorang cowok dengan tubuh atletis  turun dari motor sportnya dan berjalan lurus menuju kelasnya di lantai dua. Sepanjang koridor semua cewek berteriak histeris dan memandangnya dengan kagum. Ia adalah ketua geng motor tercool dan terkenal seantero sekolah. Begitu orang-orang mengenalnya.

"Dasar tebar pesona."

"Lo ga mau deketin cowok itu?"

"Enggak."

"Cakep gitu masa lo nolak?"

"Gue ga suka badboy."

"Terus lo mau kek gimana?"

Kerin mengedikan bahu acuh. "Gue mau fokus belajar dulu." Ia kembali fokus dengan bacaan buku di tangannya.

"Najis gue dengernya." Ia terkekeh kecil. "Kelamaan sama buku bikin otak lo miring."

Kerin memukul bahu Edo dengan bukunya yang bertuliskan ekonomi.
"Miring apanya hah? Yang gue bilang ini bener kok. Gue emang lagi ga tertarik pacaran atau cari cowok. Apalagi kayak modelan tadi."

"Gimana gue gak bilang miring, semua cewek aja histeris pas ngeliat tuh cowok jalan. Masa lo kagak si, sembunyi disini sama buku lagi."

"Bukan sama buku aja tapi sama lo juga. Udah ah pagi-pagi udah bikin gue bete aja."

"Gue kasihan aja liat sahabat gue jomblo terus."

"Lo juga sama," balas Kerin cuek.

"Siapa bilang? orang gue udah ada."

"Siapa?" Kerin menatap Edo penuh selidik. "Kok lo gak bilang-bilang sama gue!"

"Lo mau tau siapa orang yang gue suka?"

Kerin mengangguk penasaran.

"Kenapa lo pengen tau?"

"Karena gue harus memastikan dulu kalau tuh cewek dari keluarga yang baik-baik. Jadi siapa cewek yang lo suka?"

"Elo."

Kerin memukul lagi pundak Edo dengan bukunya. "Serius anjir."

Tiba-tiba dari kejauhan, Dity, teman sekelas Kerin, datang dengan gaya tomboynya memanggil Kerin dengan suara lantang.

"Ya ampun Dity! Gue ga budek kali."

"Eh ada benalu." Dity memberikan tatapan tak suka pada cowok itu. Kerin menahan lengan Edo dengan kuat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

"Gak di sekolah gak di luar selalu ngintilin anak orang. Gak punya temen lagi sampai harus nempel sama Kerin terus?"

"Sibuk banget lo sampai harus ngurusin gue sama Kerin?"

Dity tersenyum mengejek. "Kenapa kesindir? gak suka kalo gue bilang benalu?"

"Banyak bacot lo."

"Kalian kenapa jadi gini sih!" Kerin segera mengemas buku dan tasnya. "Bisa gak si kalian berdua ga usah musuhan terus? Cape gue dengernya."

"Oh gak bisa, Rin. Ini benalu harus gue kasih pelajaran dulu biar tau posisinya." Dity menatap garang.

"Gue semakin yakin untuk ngejauhin lo sama manusia toxic satu ini." Edo menggengam erat tangan Kerin dan membawanya pergi dari gazebo SMA Bintang itu. "Manusia satu ini gak pantes didektin. Ayo pergi, Rin."

"Maksud lo apaan ngomong kayak gitu? Udah bosen hidup lo?" Dity menghalang jalan mereka, ia mendorong bahu cowok itu dengan kasar.

Edo tersenyum miring, ia melihat bahunya baru saja di dorong oleh seorang cewek. "Jangan karena lo cewek gue gak berani main tangan."

"Kenapa mau tampar gue? atau mukul gue? silahkan, gue gak takut." Ia menatap Edo dengan garang. "Biar sekalian semua orang di sekolah ini tau kalo lo itu cowok brengsek dan kasar."

"Stop! Gue bilang stop!" Kerin menatap mereka dengan muak.

"Rin, lo ikut gue di kelas sekarang."

"Kerin balik sama gue." Ia menghempas cekalan tangan Dity dengan keras dan membawa Kerin pergi dari sana.

Bayangan Ba§tard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang