Hatinya sudah teracuni
Tawanya tak nyaring, pun bicaranya tak lagi bising
Segaris senyum hanya terpaksa mampir di bibirnya yang keringJiwanya perlahan berkarat
Kian usang tak terawat
Mata yang dulu cemerlang kian keruh kian lusuh
Hasratnya tak lagi kasat, kian cacat pun tersesat
Lelah dipecundangi kata kata para bajingan berwajah malaikat
Kasihnya yang lapang kini penuh sekatRaganya diam tertunduk
Mengais serpihan rasa yang remuk
Semenja menyulam sisa sisa kemanusiaan yang masih berbentuk
Menutupi tengkorak yang mulai membusukDirinya yang diasuh kenyataan jatuh
Terkekeh tanpa sedu seolah candu akan pilu
Membungkam kosong yang kelu dengan semu
Dia yang sendiri pun sudah tak lagi utuh
Satu namun tidak tunggal
Satu namun terpenggal-Ge, 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Sang Puan
PoesíaRasa yang diterjemahkan dalam aksara Catatan seorang puan yang berteman baik dengan pena dan kertas