~∆~
Langkah-langkah kaki Rachel tergesa menapaki jalanan setapak yang berliku menuju sekolahnya, seakan ada sesuatu yang harus dikejar. Namun, takdir buruk berkata lain. Dengan napas terengah-engah, Rachel berteriak-teriak mengayuh tangannya ke arah bus yang kian menjauh, berharap mendapatkan perhatian sopir yang acuh tak acuh. Namun, sungguh tragis, bus tersebut tampaknya tuli ataupun mencacatkan diri terhadap seruan putus asa Rachel.
Akhirnya, dengan hembusan napas putus asa, Rachel menaiki bus yang begitu sesak. Ia memeluk erat sebuah hadiah kecilnya yang ditujukan untuk Soo-Min. "Aku akan selalu menjagamu, hadiah kecil yang berharga," gumam Rachel dengan tekad yang teguh, tetapi gerakan tubuhnya tidak terkendali karena benturan dan dorongan dari sesama penumpang yang tidak sabaran.
Bus melaju, Rachel kehilangan kendali atas tubuhnya. Sesekali, beberapa pria tampan yang ada di sekitarnya tertawa saat salah satu dari mereka terkena tubuh Rachel. Di antara keramaian, Rachel merenung lewat jendela bus. Pandangannya tersentak ketika seorang wanita cantik dengan aura keanggunan muncul. Jennie, begitulah sosok wanita yang terlihat menakutkan bagi Rachel.
Seluruh orang di dalam bus berteriak, memaksa bus mendadak berhenti. Rachel jatuh, tetapi, ah, dia berhasil menyelamatkan hadiah kecilnya. "Aku berhasil menyelamatkan kamu untuk yang kedua kalinya. Aku akan terus berusaha membuatmu senang, sayang," ungkap Rachel, bermonolog tanpa mempedulikan hinaan dari orang lain.
"Lihatlah, itu Jennie!"
"Wah, kecantikannya luar biasa."
"Apakah dia mau jadi pacarku, ya?"
Berbeda dengan sambutan dingin yang diterima Rachel, seluruh penumpang justru berlomba memberikan pujian dan perhatian kepada Jennie. Mereka dengan mudah memberikan ruang dan kesempatan bagi sang primadona tersebut untuk masuk ke dalam bus, meninggalkan si jelek itu terpinggirkan.
Dalam kebingungannya, Rachel merasa terdesak dan wajahnya yang dipenuhi kekhawatiran, nyaris menempel pada kaca jendela bus, menciptakan citra yang buruk rupa dan agak memalukan di mata para pejalan kaki di luar sana.
"Aduh," kata Rachel.
"Hei, bisakah kamu seimbang sedikit?"
Rachel memandang pria itu, wajahnya cukup tampan. "Maaf, ya," kata Rachel.
Tubuh Rachel yang gendut tak mampu menahan keseimbangan, menghempas seorang pria yang tidak bersalah yang tengah duduk. Dalam kecanggungan hebat, Rachel bertatap muka dengan pria tersebut, merasakan sentuhan hangatnya yang sejenak menenangkan.
Namun, kepedihan itu terusik saat pria itu segera menggeser diri, tidak kuasa menahan ketidaksenangan. "Maafkan aku," bisik Rachel dengan kesedihan yang nyaris terdengar dalam suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Beauty Man
Fiksi Penggemar"Lebih baik kamu mati saja, dasar jelek!" Dengan kejam, kata-kata pahit itu terlepas dari bibirnya, menggugah niatku untuk melepaskan diri dari belenggu jiwa. Aku lelah, sungguh lelah terhadap diriku yang dipenuhi oleh kesedihan ini. Terhempas sudah...