D U A

108 24 5
                                    

Haii gimana kabarnya?

Kalian bisa sampai dilapak cerita ini nyasar darimana?

Kalian bisa sampai dilapak cerita ini nyasar darimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu tahun kemudian..

Hari ini adalah hari senin. Tepat sekali sekarang jadwal pertamanya masuk sekolah kembali setelah berpindah dari sekolah yang lama. Seorang gadis berjalan di koridor lantai satu SMA Sanjaya dengan wajah datar, tanpa sedikit pun senyum.

Jejak langkahnya yang panjang membawanya keruang kepala sekolah. Diketuknya ruangan itu dan dibukakan oleh seorang guru laki-laki. Akhirnya ia dipersilahkan masuk dan duduk dibangku yang telah disediakan.

"Kamu murid baru yang Nabil bilang itu ya?" Tanya kepala sekolah yang duduk dihadapan Rasy.

"Iya pak."

"Kalau boleh tau, kamu siapanya Nabil?" Tanyanya lagi.

"Saya keponakannya pak Nabil, pak," jawab Rasy sopan.

"Oh yasudah, kalau begitu kamu akan saya antar, mari," ajak kepala sekolah itu.

Rasy bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah kepala sekolah yang berada didepannya.

Kepala sekolah naik tangga satu persatu sambil bertanya pada Rasy. Dan Rasy menyesuaikan langkah kepala sekokah itu sambil menjawab beberapa pertanyaan yang ditanyakan kepala sekolah. Ditengah-tengah tangga ia merasakan dorongan dari seseorang yang turun dari tangga dengan terburu-buru.

Gadis itu terkejut karena terdapat dorongan dari pundak sebelah kanannya yang menyebabkan tubuhnya oleng dan ingin terjatuh kebawah. Secara reflek kedua tangannya terayun kedepan untuk menyeimbangi. Namun hasilnya tetap nihil, ia tidak bisa mengimbangi tubuhnya agar tidak terjatuh.

Rasy menutup kedua matanya rapat sambil menunggu sebuah rasa sakit yang terjadi. Namun ia tidak merasakan apa-apa setelah berpuluh-puluh detik terhuyung kebawah. Akhirnya ia membuka kedua matanya, yang ia rasakan bukan rasa sakit melainkan rasa yang tidak bisa dijabarkan seperti apa.

"Lo gak papa?" Tanya orang itu yang membuat Rasy tersadar dan melepaskan pelukannya. Ternyata ia tidak terjatuh dari tangga melainkan terjatuh kedalam pelukan seorang murid laki-laki yang jalan terburu-buru itu.

"Iya gak papa, makasih," jawab Rasy dan merapikan seragamnya yang sedikit berantakan.

"Rasy, kamu tidak papa kan? Untung Gamma cepet nangkep kamu. Kalau engga, kamu bisa terjatuh!" Seru kepala sekolah kaget menatap Rasy was-was takut terjadi sesuatu.

ARASY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang